Selasa, 25 November 2008

HIMPUNAN MATERI BAHASA INDONESIA

BAB 1
MENYUSUN PARAGRAF

1. PENGERTIAN
Paragraf merupakan bagian dari karangan (tertulis) atau bagian dari tuturan (lisan). Umumnya terdiri atas sejumlah kalimat. Paragraf berfungsi untuk mengungkapkan informasi tertentu dengan gagasan utama sebagai pengendalinya.

2. UNSUR-UNSUR PARAGRAF
Paragraf terdiri atas gagasan utama/ ide pokok paragraf dan beberapa gagasan penjelas atau pikiran penjelas. Gagasan utama adalah gagasan yang menjadi dasar pengembangan paragraf. Gagasan utama suatu paragraf terdapat dalam kalimat topik atau kalimat utama. Kalimat ini menjadi tumpuan pengembangan paragraf. Sebuah kalimat dapat dikatakan sebagai kalimat utama apabila pernyataan di dalamnya merupakan rangkuman atau gagaan menyeluruh yang dapat mewakili pernyataan-pernyataan lain dalam paragraf itu. Sebuah kalimat yang berisikan gagasan utama, antara lain ditandai oleh kata-kata kunci seperti: sebagai kesimpulan, yang penting, jadi, dengan demikian, intinya, pada dasarnya, dll. Sedangkan gagasan penjelas adalah gagasan yang berperan menjelaskan gagasan utama. Ciri-ciri kalimat penjelas umumnya berisikan: contoh-contoh, peristiwa ilustrasi, uraian-uraian kecil, kutipan-kutipan, dan gambaran-gambaran yang bersifat parsial.

3. CIRI-CIRI PARAGRAF YANG BAIK
Paragraf yang baik memiliki ciri-ciri sebaimana tersebut di bawah ini.
3.1 Kohesif (kepaduan bentuk)
Suatu paragraf adalah kohesif apabila pada paragraf itu dioptimalkan penanda hubungan antarkalimatnya yang berfungsi memadukan hubungan kalimat yang satu dengan kalimat yang lain. Penanda hubungan antarkalimat meliputi lima macam hal sebagaimana tersebut di bawah ini:
hubungan penunjukan, yang ditandai oleh kata-kata itu, ini, tersebut, tadi;
hubungan pergantian, ditunjukkan oleh kata-kata saya, kami, kita, engkau, anda, mereka, ia; bentuk ini, itu, dan sejenisnya dapat pula berfungsi sebagai penanda hubungan pergantian;
hubungan pelepasan, ditandai oleh penggunaan kata sebagian, seluruhnya;
hubungan perangkaian, ditandai oleh kata dan, lalu, kemudian, akan, tetapi, sementara itu, selain itu, kecualai itu, jadi, akhirnya, namun demikian;
hubungan leksikal, ditandai oleh pemanfaatan pengulangan kata, sinonim, hiponim.

3.2 Koherensi (kepaduan makna)
Suatu paragraf adalah koheren apabila informasi yang terdapat pada kalimat yang satu berhubungan dengan erat dengan kalimat lainnya. Keeratan hubungan antara kalimat-kalimat itu ditandai oleh penanda pertalian makna antarkalimat. Pertalian makna dalam sebuah paragraf bisa meliputi berbagai macam hubungan/pertalian sebagai berikut:
hubungan penjumlahan, ditandai oleh penggunaan di samping, selain itu, selain dari itu, kecuali itu, lagi pula;
hubungan perurutan, ditandai oleh penggunaan lalu, kemudian;
hubungan pertentangan, ditandai dengan ungkapan sebaliknya, akan tetapi, tetapi, namun, padahal, walaupun demikian;
hubungan lebih, ditandai oleh ungkapan malah, malahan, apalagi, lebih-lebih, bahkan;
hubungan sebab akibat, ditandai oleh ungkapan oleh karena itu, karena itu, oleh sebab itu, maka, akibatnya;
hubungan waktu, ditandai oleh ungkapan setelah itu, ketika itu, sebelum itu, sejak itu;
hubungan syarat, ditandai oleh ungkapan jika, apabila, manakala, kalau, apabila begitu;
hubungan cara, ditandai oleh ungkapan dengan demikian, dengan begitu;
hubungan kegunaan, ditandai oleh ungkapan untuk itu;
hubungan penjelasan, ditandai oleh ungkapan misalnya, contohnya, bahwasanya.

JENIS-JENIS PARAGRAF
Berdasarkan letak kalimat utamanya, dapat ditentukan jenis-jenis paragraf sebagaimana contoh tersebut di bawah ini.
4.1 Paragraf Deduktif
Paragraf jenis ini mempergunakan pola pengembangan umum-khusus, kalimat utamanya terletak pada awal paragraf diikuti oleh kalimat-kalimat penjelas. Perhatikan contoh berikut.
Kehidupan modern menuntut kita untuk selalu dapat meningkatkan daya saing. Tanpa kemampuan bersaing kita akan tergilas oleh modernisasi tersebut. Hal ini menjadikan sebagian besar dari manusia berebut kesempatan untuk menjadi yang terbaik. Siapa yang mampu memanfaatkan kesempatan dengan sebaik-baiknya akan mampu tampil dan mempunyai pengaruh di hadapan banyak orang.

4.2 Paragraf Induktif
Paragraf jenis ini mempergunakan pola pengembangan khusus-umum, kalimat utamanya terletak pada akhir paragraf. Pada bagian awal paragraf ini dimulai dengan kalimat-kalimat penjelas yang diakhiri dengan kalimat utama. Perhatikan contoh berikut.
Setiap orang mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihan yang dimiliki oleh seseorang seyogyanya bisa menutupi semua kelemahannya. Kadang banyak orang beranggapan bahwa yang dimiliki hanyalah kelebihan tanpa menyadari akan kelemahannya. Jika hal demikian selalu menjadi dasar berpikir, dapat dipastikan kehidupan kita menjadi penuh dengan keangkuhan. Untuk itu sebaiknya kita selalu dapat melakukan kontrol diri terhadap segala kelebihan dan kelemahan diri kita.

4.3 Paragraf Campuran
Paragraf campuran dapat dibedakan menjadi paragraf deduktif-induktif, deskriptif, dan naratif. Paragraf deduktif-induktif merupakan paragraf yang dimulai dengan sebuah kalimat utama, diikuti oleh beberapa kalimat kalimat penjelas, dan diakhiri oleh sebuah kalimat utama yang mempunyai ide pokok sama dengan kalimat yang pertama. Paragraf deskriptif merupakan yang tidak mempunyai kalimat utama, semua kalimat pembentuknya merupakan kalimat-kalimat penjelas, atau semua merupakan kalimat utama. Sedangkan paragraf naratif merupakan yang sering dipergunakan untuk menuliskan sebuah cerita/prosa.
Perhatikan contoh-contoh di bawah ini.

a. Paragraf Deduktif-Induktif
Perkembangan dunia pendidikan di Indonesia dapat dikatakan relatif sangat baik. Hal ini ditunjukkan dengan adanya penyesuaian-penyesuaian yang dilakukan oleh para pakar pendidikan. Di antara bentuk-bentuk penyesuain itu adalah adanya Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional yang baru, diberlakukannya kurikulum tahun 2004 yang berbasis kompetensi dan kecakapan hidup (life skill). Di samping itu juga adanya kabar gembira karena dana anggaran pendidikan akan dinaikkan menjadi 21%. Tentu saja saja hal ini dapat dikatakan pertanda perkembangan baik dunia pendidikan di Indonesia.
b. Paragraf Deskriptif
Kebudayaan bangsa merupakan aset yang harus dilestarikan. Kebudayaan bangsa berwujud berbagai macam seni tradisi, adat istiadat, dan bahasa daerah. Indonesia dikenal sebagai sebuah negara yang mempunyai banyak sekali aset budaya daerah yang patut dilestarikan. Kebudayaan nasional menjadikan bangsa Indonesia menjadi salah satu bangsa yang termasyhur di dunia.
c. Paragraf Naratif
Setiap orang di tempat itu seolah-olah merasa cemburu terhadap kaki Adi. Tiada putus-putusnya mereka mengawasi kaki Adi serupa pada kaki Adi ada melekat hal-hal yang menakjubkan. Kaki Adi rupa-rupanya benar-benar merupakan acara yang demikian menarik perhatian, hingga walikota pun tiada terjecuali ikut mengawasinya, meski dengan pandangan mencuri-curi.

Yang perlu mendapat perhatian khusus adalah bahwa dalam setiap paragraf yang baik hanya terdapat sebuah ide pokok. Jika terdapat dua buah ide pokok dalam sebuah paragraf sebaiknya dipisahkan dan ditempatkan dalam paragraf yang berbeda.



BAB 2
MENULIS INTISARI WACANA (RINGKASAN)

1. PENGERTIAN
Ringkasan (precis) adalahsuatu cara yang efektif untuk menyajikan suatu karangan yang panjang dalam bentuk yang lebih singkat. Dapatlah dikatakan bahwa menulis sebuah ringkasan merupakan suatu keterampilan untuk mengadakan reproduksi dari hasil karya-karya yang sudah ada. Kata “precis” berarti memotong atau memangkas. Karena itu ibarat memangkas pohon hingga tinggal batang, cabang, dan ranting- ranting yang penting beserta daun yang diperlukan, namun esensi pohon masih dipertahankan. Dalam meringkas, keindahan gaya bahasa, ilustrasi serta penjelasan-penjelasan yang terperinci dihilangkan, sedangkan inti karangan dibiarkan tanpa hiasan. Walaupun bentuknya ringkas, meringkas tetap mempertahankan pikiran pengarang dan pendekatan yang asli. Karena seorang penulis ringkasan berbicara dalam suara pengarang asli, ia tidak boleh memulai ringkasannya dengan mengatakan, “Dalam alinea ini/Dalam karangan ini pengarang ini berkata.…” Ia harus langsung memulai dengan membuat ringkasan karangan, berupa ringkasan-ringkasan paragraf, kalimat-kalimat, bagian-bgian, dan seterusnya.

2. TUJUAN MENULIS RINGKASAN
Berlatih mengembangkan daya kreasi dan konsentrasi serta mempertajam pemahaman terhadap karya asli, sehingga karya ringkasan itu tampak sebagai hasil pematangan penulis ringkasan.
Dengan membuat ringkasan sebenarnya kita mempelajari bagaimana seorang penulis yang baik menyusun karangan-karangannya, bagaimana ia menyampaikan gagasan-gagasannya dalam bahasa dan susunan yang baik, bagaimana ia dapat memecahklan masalah, dan sebagaimanya.
Membimbing dan menuntun seseorang agar dapat membaca karangan asli dengan cermat dan bagaimana harus menulisnya kembali dengan tepat.
Melatih seseorang menggunakan kalimat seefisien mungkin namun cakupan luas.

MACAM-MACAM RINGKASAN
Abstrak atau sari karangan, yaitu ringkasan yang benar-benar singkat padat. Pada umumnya abstrak merupakan ringkasan dari suatu karangan ilmiah, ditulis dalam bahasa yang sama dan dari sudut pandang yang sama seperti karangan aslinya, serta mengikuti tatanan dan pertimbangan aslinya tanpa penilaian pribadi. Majalah ilmiah sering memuat abstrak sebagai informasi adanya buku baru.
Precis atau ringkasan stricto sensu ialah hasil penyaringan isi suatu tulisan dengan sejauh mungkin menggunakan kata-kata sendiri. Precis hanya merangkum pikiran-pikiran utama dengan mengesampingkan detail-detail, contoh-contoh, ilustrasi-ilustrasi, hal-hal spesifik.
Ikhtisar, yaitu ringkasan yang lebih leluasa daripada abstrak dan precis. Penulis ikhtisar dapat memuat pilihan: meringkas dengan mengikuti karangan aslinya dalam hal tatanannya atau meringkas dengan tatanan yang dikehendaki oleh penulis ikhtisar sendiri demui tujuan yang dikehendakinya sendiri.

4. CARA MENULIS RINGKASAN
Beberapa hal yang harus diperhatikanpada saat menulis sebuah ringkasan yang baik dan teratur adalah sebagaimana tertera di bawah ini.
Membaca naskah asli; penulis ringkasan harus membaca naskah asli seluruhnya beberapa kali untuk mengetahui kesan umum dan maksud pengarang serta sudut pandangnya.
Mencatat gagasan utama; semua gagasan utama atau gagasan yang penting dicatat atau digarisbawahi.
Membuat reproduksi; menyusun kembali suatu karangan singkat (ringkasan) berdasarkan gagasan-gagasan utama sebagaimana yang telah dicatat sebelumnya.
Memperhatikan ketentuan-ketentuan tambahan sebagai berikut:
susunan ringkasan sebaiknya menggunakan kalimat tunggal, bukan kalimat majemuk,
bila mungkin ringkaslah kalimat menjadi frase, frase menjadi kata,
jumlah alinea/paragraf bergantung dari besarnya ringkasan dan jumlah topik utama,
bila mungkin semua keterangan atau kata sifat dihilangkan,
pertahankan susunan gagasan asli, serta ringkaslah gagasan-gagasan itu sesuai dengan urutan aslinya, dan
ringkasan ceramah atau pidato harus ditulis dengan sudut pandang orang ketiga.

5. CONTOH MENULIS RINGKASAN
Teks Asli:

PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
Masalah-masalah yang dihadapi dalam bidang pendidikan pada saat akan dimulainya pelaksanaan Repelita I sangat berat dan mendesak. Di bidang kurikulum terasa sekali kebutuhan akan pembaharuan agar sistem pendidikan dapat memenuhi tuntutan pembangunan dan kemajuan. Di amping itu, terdapat ketidakseimbangan baik di antara berbagai tingkat pendidikan (vertikal) maupun di antara berbagai jenis pendidikan (horisontal). Selanjutnya jumlah anak yang berusia sekolah yang tidak tertampung di sekolah jauh lebih besar dari jumlah anak yang putus sekolah. Demikian pula jumlah anak yang putus sekolah (drop out) adalah jauh lebih besar daripada mereka yang berhasil menyelesaikan suatu tahap pendidikan.
Sementara itu, tenaga-tenaga yang bekerja di bidang pendidikan baik teknis maupun administratif sangat kurang jumlahnya. Di sampinng itu mutu keahlian tenaga-tenaga tersebut perlu ditingkatkan. Prasarana pendidikan seperti gedung dan rung sekolah sangat tidak mencukupi. Buku-buku sangat sedikit jumlahnya. Kecuali itu, sedikit sekali sekali sekolah-sekolah yang mempunyai perpustakaan, alat-alat peraga ataupun laboratorium dan tempat praktik.
Akhirnya organisasi dan pengelolaan pendidikan dan kebudayaan baik di pusat maupun di daerah belum mencerminkan kerja sama yang serasai. Demikian pula belum ada sistem informasi pendidikan untuk keperluan perencanaan yang terarah.


Ringkasan:

Banyak masalah berat yang dihadapi bidang pendidikan pada awal Repelita I. Masalah-masalah tersebut adalah masalah kurikulum, ketidakseimbangan tingkat dan jenis pendidikan, penampungan murid, dan masalah putus sekolah. Kurangnya tenaga pendidikan, kurangnya mutu sekolah keahlian, dan kurangnya fasilitas juga merupakan beban berat yang harus ditanggung bidang pendidikan di samping juga kurangnya kerja sama dan tiadanya sistem informasi.


BAB 3
WAWANCARA

Pada dasarnya wawancara adalah tanya jawab antara seseorang dengan orang lain atau antara seseorang dengan beberapa orang. Tujuannya adalah untuk menggali sebanyak-banyaknya informasi atau untuk menapatkan jawaban yang bernilai penting, menarik, dalam, dan secara psikologis berkaitan dengan manusia. Jawaban itu diharapkan benar-benar proporsional dan akurat.
Informasi yang diperoleh dari hasil wawancara itu dapat berupa pendapat, kesan, pengalaman, pikiran, dan lain-lain. Informasi itu dapat diperoleh dari orang yang memiliki otoritas, pakar, atau mempunyai “human interest” yang tinggi, serta orang lain yang dipandang layak untuk memberikan informasi. Informasi itu dapat dimanfaatkan sebagai bahan opini, untuk memperkuat fakta peristiwa yang berasal dari manusia, sebagai bahan cerita, atau sebagai bahan penulisan biografi.
Wawancara yang baik tentu akan menhasilkan berita yang baik. Oleh karena itu, kegiatan wawancara bukan sekedar menanyai seseorang kemudian menuliskannya. Kenyataannya, kegiatan wawancara memerlukan keahlian yang luar biasa dan memerlukan kualitas tertentu di pihak pewawancara. Untuk itu, perlu diperhatikan dan dipersiapkan ecara matang baik mental maupun masalah yang akan diperbincangkan.

Langkah –langkah dalam melaksanakan wawancara
1. Tahap Persiapan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dilaksanakan pada tahap ini adalah sebagaimana tersebut di bawah ini.
Menentukan masalah yang akan dibicarakan.
Menentukan arah permasalahan yang akan digali.
Menentukan orang yang akan diwawancarai, dengan kriteria yang jelas.
Mengenali sifat dan karakter orang yang akan diwawancarai.
Menguhubungi dan membuat janji dengan orang yang akan diwawancarai.
Mempelajari permasalahan dan mempersiapkan pertanyaan dengan sebaik-baiknya.
Mempersiapkan peralatan yang diperlukan seperti bloknote, ballpoint, atau tape recorder.

2. Tahap Pelaksanaan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dilaksanakan pada tahap ini adalah sebagaimana tersebut di bawah ini.
Kalau waktunya tidak mendesak/cukup dapat menggunakan pendekatan ridak langsung.
Pertanyaan diajukan secara langsung dan tidak bertele-tele.
Anda adalah orang yang bertanya, untuk itu hindari terlalu banyak berkomentar.
Mampu mempertahankan suasana agar wawancara santai, bebas, sopan, tidak tegang, serta menghinari terjadinya perdebatan.
Sebaiknya tidak terlalu banyak mencatat dalam bloknote, sebaiknya dicatat di dalam otak.
Mampu menjaga pokok persoalan dan tangkas dalam menarik kesimpulan.
Jangan segan menanyakan hal-hal yang sederhana jika memang hal itu tidak diketahui maknanya.
Apabila akan merekam pembicaraan sebaiknya ditanyakan terlebih dahulu apakah diperkenankan untuk direkam.
Setelah selesai wawancara, ulangilah pokok tanya jawab untuk menghindari kesalahan penafsiran atau hal-hal yang kurang segera dapat diketahui.
Jangan lupa mengucapkan terima kasih setelah selesai melaksanakan wawancara.
Apabila ada keterangan yang dinyatakan secara “off the record” (tidak untuk disiarkan). MakaAnda harus benar-benar tidak menuliskannya dalam berita.

Tahap Penulisan Hasil Wawancara
Dalam kenyataanny hasil wawancara yang masih mentah baru berupa tulisan tentang kata-kata kunci atau inti jawaban orang yang diwawancarai. Sebagian yanglain masih berada di otak kita. Agar hasil wawancara itu kelihatan hasilnya, kita harus menyuntingnya menjadi tulisan yang utuh.
Ada dua bentuk yang dapat digunakan untuk menuliskan hasil wawancara, yakni bentuk tanya jawab dan bentuk berita atau laporanm. Dengan bentuk yang pertama, hasil wawancara dapat ditampilkan secara utuh. Hal ini dapat dilakukan dengan bantuantape recorder. Bentu yang kedua, hasil wawancara dimasukkan ke dalam paragraf atau diletakkan di antara uraian dalam paragraf.
BAB 4
WACANA DAN POLA PENGEMBANGANNYA

1. WACANA ARGUMENTASI
Wacana argumentasi adalah wacana yang mempergunakan pola pengembangan dengan menguraikan suatu hal yang disertai alasan, bukti, dan fakta untuk memperkuat gagasan sehingga pembaca menjadi merasa yakin akan gagasan yang disampaikan tersebut.

Contoh:
Sebagai binatang menyusui yang berparu-paru, pesut memang tidak takut menghadapi air surut. Tetapi masalahnya bukan soal pernafasan, melainkan soal ikan makanan mereka. Ikan tawes yang sejenisnya tidak dapat tahan dalam air yang makin surut, sehingga ada pesut yang mati.

2. WACANA PERSUASI
Wacana persuasi adalah wacana yang mempergunakan pola pengembangan dengan menguraikan suatu hal yang bertujuan untuk mempengaruhi dan membujuk pembaca agar melakukan sesuatu yang dikehendki oleh penulis.
Sebagai bangsa yang memiliki falsafah negara Pancasila, sudah sewajarnyalah kita memahami dan mengamalkannya dalamkehidupan sehari-hari. Kita bersyuur bahwa Pancasila dan semangat perjuangan kita mampu mengusir penjajah. Sekarang dengan semangat perjuangan marilah kita isi kemerdekaan ini dengan hal-hal yang positif. Kita tingkatkan pembangunan untuk menmcapai masyarakat adil, makmur, aman, dan sentosa.

3. WACANA EKSPOSISI
Wacana eksposisi atau paparan adalah pengembangan dengan menguraikan sesuatu hal. Uraian tersebut bertujuan untuk memberi penjelasan dengan mengembangkan gagasan.

Contoh:
Pembangunan dapat berhasil dengan baik apabila kesejahteraan dan kesehatan masyarakat semakin meningkat. Oleh karena itu, pemerintah berusaha menciptakan dan menambah sebanyak-banyaknya lapangan pekerjaan dan kesempatan kerja kepada masyarakat. Upaya lain yang dilakukan yaitu menstabilkan masalah ekonomi dan politik dalam negeri. Pemerintah juga memperbanyak sarana kesehatan, baik di pedesaan mapun perkotaan.

4. WACANA DESKRIPSI
Wacana deskripsi adalah wacana yang bertujuan untuk memberikan gambaran kepada pembaca sehingga pembaca merasakan sebagaimana apa yang dirasakan oleh penulis. Wacan deskripsi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu deskipsi ilmiah (objektif)dan deskripsi sastra (subjektif)

Contoh Wacana Deskripsi Ilmiah:
SMA Widya Dharma Turen merupakan salah satu lembaga pendidikan yang cukup terkenal di wilayah kabupaten Malang. Sekolah ini terletak di bagian timur kota Turen. Kira-kira 1 km dari jantung kota Turen. Sarana transportasi yang mudah dan memadai menjadikan salah satu faktor penentu kelangsungan hidup lembaga pendidikan yang sudah berusia 41 tahun ini. Gedung yang megah berlantai dua, berlantai keramik, serta jumlah siswa mencapai 27 kelas benar-benar menjadikan sekolah ini terkenal. Satu hal yang paling menonjol dari sekolah ini adalah pelaksanaan disiplin tertib yang sangat ketat.

Contoh Wacana Deskripsi Sastra:
Bulan masih bersinar dengan kelembutan cahayanya ketika kami melangka masuk ke desa yang konon kata orang memiliki keunikan tersebut. Keunikan itu mulai benar-benar mulai terasa. Hampir semua rumah di desa ini mempunyai gapura yang antik bak kerajaan pada zaman dahulu. Keheningan malam yang disertai dengan sapuan lembut angin gunung Merapi ini cukup membuat bulu kuduk kami berdiri. Di setiap gerbang rumah tersembul cahaya obor menambah suasana menjadi semakin unik.

5. WACANA NARASI
Wacana narasi adalah wacana yang menyampaikan informasi berdasarkan tata urutan waktu (kronologis). Wacana jenis ini sebagaimana jenis wacana deskripsi juga cenderung bersifat sastra atau menyajikan sebuah cerita.
Contoh:
Pagi itu kira-kira masih pukul 06.00 pagi, ayah sudah berangkat ke kantor. Entah karena apa perasaan kami menjadi tidak enak begitu ayah berangkat. Seperti biasanya aku berangkat sekolah bersama-sama dengan kakak setengah jam kemudian. Waktu terus berjalan dan perasaanku semakin tidak menentu. Jelas saja konsentrasiku buyar dan tidak bisa menerima pelajaran dengan sempurna. Saat itu jam pelajaran kedua, ketika Pak Abu masuk kelas dan memanggilku ke ruang BK. Aku semakin berdebart-debar, dan seakan jantung ini berhenti berpacu manakala beliau menyampaikan bahwa ayah mengalami kecelakaan dan saat itu pula telah menghadap ke hadirat Illahi.


BAB 5
RAGAM BAHASA

Ragam bahasa adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menunjuk salah satu dari sekian variasi dalam pemakaian bahasa. Variasi itu timbul karena kebutuhan penutur akan adanya alat komunikasi yang sesuai dengan situasi dan konteks sosialnya. Adanya variasi itu menunjukkan bahwa pemakaian bahasa (tutur) itu bersifat aneka ragam (heterogen).
Keanekaragaman pemakaian bahasa itu dapat berakibat timbulnya kecenderungan ke arah ketidaktentuan bahasa sebagai sistem. Setiap penutur sekan-akan dapat menciptakan “sistem bahasa” menurut kemauannya. Untuk menjaga terpeliharanya bahaa sebagai sistem yang utuh dan mantap perlu ditetapkan salah satu variasi yang terdapat dalam bahasa itu sebagai ragam bahasa bakunya.
Ada tiga kriteria penting yang perlu diperhatikan jika kita berbicara tentang ragam bahasa. Ketiga kriteria itu adalah (1) media yang digunakan, (2) latar belakang penutur, dan (3) pokok persoalan yang dibicarakan.
Berdasarkan media yang digunakan untuk menghasilkan bahasa, ragam bahasa dibedakan atas bahasa lisan dan bahasa tulis. Dilihat dari penuturnya, ragam bahasa dibedakan menajadi ragam daerah (dialek), ragam ragam bahasa terpelajar, ragam bahasa resmi, dan ragam bahasa tak resmi. Berdasarkan pokok persoalan yang dibicarakan, ragam bahasa dibedakan menjadi ragam bahasa ilmu, ragam bahasa hukum, ragam bahasa dagang, dan ragam sastra.

1. Ragam Bahasa dan Ragam Bahasa Takresmi
Ragam bahasa dipengaruhi oleh sikap penutur terhadap lawan bicara (jika lisan) atau sikap penulis terhadap pembaca (jika tertulis). Sikap itu antara lain resmi, akrab, dingin, dan santai. Sebaliknya, kedudukan lawan bicara atau pembaca juga mempengaruhi sikap tersebut. Perhatikan bahasa yang digunakan seorang bawahan yang melapor kepada atasannya, bahasa perintah atasan kepada bawahannya, bahasa seorang ibu yang membujuk atau memarahai ananknya, atau pembicaraan yang dilakukan anak-anak muda. Kita juga dapat mengamati perbedaan bahasa lamaran pekerjaan dengan bahasa surat cinta dua remaja. Perbedaan itu tampak dalam pilihan kata dan penerapan kaidah tata bahasa. Sering pula ragam tersebut di atas disebut gaya.
Pada daarnya setiap penutur bahasa memiliki kemampuan memakai bermacam ragam bahasa. Namun, keterampilan menggunakan bermacam ragam bahasa itu bukan merupakan warisan melainkan melalui proses belajar, baik melalui pelatihan maupu pengalaman. Keterbatasan penguasaan ragam/gaya menimbulkan kesan bahwa penutur itu kurang luas pergaulanya.
Jika terdapat jarak antara penutur dan lawan bicara atau penulis dan pembaca, akan digunakan digunakan ragam resmi atau ragam baku. Makin formal jarak antara penutur dan lawan bicara, semakin resmi dan berarti semakin tinggi tingkat kebakuan bahasa yang digunakan. Sebaliknya, semakin rendah tingkat keformalannya, semakin rendah pula tingkat kebakuan bahasa yang digunakan.

2. Ragam Bahasa Lisan dan Ragam bahasa Tulis
Dilihat sarana /media yang digunakan untuk menghasilkan bahasa, pemakaian bahasa dapat dibedakan ke dalam dua ragam bahasa, yaitu ragam bahasa lisan dan tulis. Persamaan dan perbedaan antara kedua ragam tersebut dapat dilihat pada bagan.
LAFAL
LISAN
TULIS
EJAAN
TATABAHASA
KOSAKATA
RAGAM BAHASA





Pada bagan di atas tampak bahwa ragam bahasa lisan mencakup aspek lafal, tatabahasa, dan kosakata. Ragam tulis mencakup ejaan, tatabahasa, dan kosakata. Lafal yang membedakan ragam lisan dari ragam tertulis, sedangkan ejaan merupakan aspek pembeda ragam tulis dari ragam lisan. Aspek tatabahasa dan kosakata meskipun termasuk pada kedua ragam tersebut, tetapi mempeunyai perbedaan dalam pemakaiannya.


PERBEDAAN RAGAM BAHASA LISAN DAN RAGAM BAHASA TULIS
SEGI TATABAHASA



Satu hal yang perlu diketahui bahwa dalam ragam bahasa lisan penutur dapat memanfaatkan peragaan, seperti gerak tangan, air muka, tinggi rendah suara, atau tekanan untuk membantu pengungkapan. Dalam ragam tulis peragaan seperti itu tidak ada. Oleh sebab itu dalam ragam bahasa tulis dituntut adanya kelengkapan unsur tatabahasa, ketepatan pemilihah kata, kebenaran penerapan kaidah ejaan untuk membantu kejelasan pengungkapan diri. Ragam bahasa inilah yang diajarkan di lembaga-lembaga pendidikan. Ragam bahasa ini pulalah yang digunakan dalam pemerintahan, media massa, ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dalam hubungannya dengan ragam bahasa tulis baku, norma, atau kaidahnya dinyatakan secara tertulis dalam bentuk tatabahasa (yang mencakup bentuk dan susunan kata serta kalimat), kamus (yang memberikan pedoman dalam hal pemakaian kata atau istilah), dan pedoman ejaan, yang memebrikan pedoman penulisan termasuk pungtuasi. Kesemuanya m,erupakan pedoman dalam penggunaan bahasa baku.



BAB 6
DASAR-DASAR PEMANDU ACARA

Istilah pemandu acara atau pembawa acara atau master of ceremoney (MC) bukan hal yang asing dalam kehidupan sehari-hari. Setiap saat istilah itu kita dengar dan kita lihat. Pada kegiatan upacara di sekolah, dalam kegiatan rapat, acara resmi kenegaraan yang ditampilkan di televisi, dan lain-lain.
Pemandu acara merupakan bagian dari kegiatan protokoler, di sam[ing penerima tamu, penjaga buku tamu, dan lain-lain. Pekerjaan itu terikat dan diatur oleh seseorang atau panitia yang pelaksanaannya diatur acara demi acara dan sudah disiapkan sebelumnya. Pelaksanaan kegiatan itu tidak boleh menyimpang dari acara yang telah ditentukan, baik macam dan jenisnya, dan urutan pelaksanaannya, waktu, maupun tempatnya.
Menjadi pemandu acara yang baik bukan pekerjaan yang mudah. Pekerjaan itu tidak bisa diciotakan dengan sekejap. Meskipun demikian bukan berarti pekerjaan itu tidak bisa dilakukan oleh seseorang yang mau mempelajari dan menekuninya. Sebagai sebuah keterampilan, memandu acara memerlukan proses untuk bisa menjadi pemandu acara yang baik.
Bagaimana menjadi seorang pemandu acara yang baik? Hal-hal berikut ini perlu mendapatkan perhatian apabila seseorang ingin menjadi pemandu acara yang baik. Hal-hal tersebut adalah: (1) penampilan, (2) cara membuka dan menutup acara, (3) cara bertindak dari acara ke acara, (4) intonasi, dan (5) penggunaan bahasa.

1. Penampilan
Penampilan seorang pemandu acara turut memberi warna pada acara yang dipandunya. Oleh karena itu, seorang pemandu acara harus memahami masalah atau hal yang berkaitan dengan penampilan, antara lain cara berbusana dan bersikap.
1.1 Cara Berbusana
Busana atau pakaian pemandu acara hendaknya mempertimbangkan di mana, kapan, dan dalam situasai apa acara itu dilaksanakan. Secara umum busana pembawa acara dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu busana resmi dan busana tidak resmi. Busana resmi umumnya digunakan pada acara-acara resmi atau acara dinas, Dharma Wanita, menerima tamu kenegaraan, dan lain-lain. Busana tidak resmi biasa digunakan pada acara pernikahan, khitan, acara keagamaan, dan lain-lain.
1.2 Sikap
Sikap yang dimaksud adalah bagaimana seorang pemandu acara melakukan hal-hal berikut:
berjalan menuju/meninggalkan podium,
sikap pandangan mata pada saat berbicara di podium,
tidak duduk sejajar dengan hadirin pada saat menunggu,
mimik harus menunjukkan sikap yang ceria, tidak cemberut,
tidak membelakangi penonto,
jangan menyalami pembicara yang baru turun dari podium,
sikap berbicara harus tegas, tidak malu-malu,
tidak memasukkan tangan ke dalam saku,
kertas susunan acara sebaiknya dipegang meskipun hafal,
mengucapkan “maaf” apabila batuk atau salah ucap, dan
tidak memegang mikrophone apabila sudah ada standarnya.

Cara Membuka dan Menutup Acara
Membuka acara sangat berpengaruh terhadap kelancaran acara berikutnya. Kesalahan dalam membuka acara akan membawa pengaruh psikologis pada pembawa acara, sehingga acara berikutnya mungkin dapat terganggu. Semakin matang seorang pembawa acara hal seeperti ini dapat diatasi.
Hal yang perlu diperhatikan dalam membuka acara adalah pemandu acara sebaiknya tidak berbicara dulu apabila undangan masih ribut atau suasananya belum tertib. Sebaiknya dilakukan dahulu pengaturan hadirin, misalnyamempersilakan hadirin untuk menempati tempat di deretan depan apabila banyak kursi di deretan depan atau meminta hadirin tenang karena acara akan segera dimulai. Pada saat memandu acara, sebaiknya pemandu acara tidak lupa menyampaikan: (1) ucapan penghormatan, (2) ucapan salam, (3) ucapan terima kasih dan rasa syukur, (4) susunan acara, dan (5) mempersilakan petugas atau pejabat untuk mengisi acara.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh seorang pemandu acara pada saat menutup acara adalah sebagai berikut: (1) mengucapkan terima kasih pada hadirin, (2) mengucapkan terima kasih kepada pembicra atau pejabat, (3) mengucapkan kata penutup dan permohonan maaf, (4) menyampaikan kesimpulan, dan (5) menyampaikan harapan terhadap hadirin setelah kegiatan usai.

3. Cara Bertindak dari Acara ke Acara
Hal penting yang perlu diperhatikan oleh pemendu acara apabila ingin menlanjutkan acara adalah sebagaimana diuraikan di bawah ini.
3.1 Tidak berbicara dulu jika hadirin sedang memberi aplaus ataumereaksi sesuatu di panggung. Tunggulah hingga reda.
3.2 Tidak perlu mengomentari atau mengulas sambutan yang baru saja berlalu, apalagi mengulanginya bertele-tele. Cukup menyebutkan acara apa yang akan disajikan berikutnya. Contoh: “Hadirin yang kami hormati, demikianlah sambutan Bapak Dr. A. Syukur Ghazali, M.Pd. Kini marilah kita ikuti acara selanjutnya yaitu pemberian tanda penghargaan kepada pegawai berprestasi di lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Malang…..” Ucapan “…demikianlah sambutan Bapak…”, boleh saja diucapkan, tetapi hanya dimaksudkan sebagai pengantar atau pembuka menuju acara berikutnya. Selebihnya tidak perlu mengulas isi sambutannya.

4. Intonasi
Intonasi turut berperan dalam kegiatan pemandu acara. Hal ini dapat dipahami karena kegiatan ini berhubungan dengan bahasa lisan. Pada saat menyampaikan acara, bersuara keras saja tidaklah cukup. Bagaimana mengatur nada suara, mengatur tempo pembicaraan, dan menetapkan perhentian secara tepat juga perlu mendapatkan perhatian yang serius. Bila hal ini diabaikan, kesan monoton akan terjadi. Tentu hal yang demikian akan mempengaruhi minat hadirin untuk memperhatikan acara demi acara yang diantarkannya.

5. Kebahasaan
Dua unsur bahasa yang paling berperan dalam memandu acara adalah pilhan kata dan struktur kalimat. Pilihan kata atau diksi harus dilakukan secara efektif dan sesuai dengan keinginan dan tujuan, sehingga dapat memberikan kesan yang dikehendaki. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan kata adalah sebagaimana tersebut di bawah ini.
Didasarkan pada seleksi bentuk, sinonim, dan rangkaian kata.
Dapat menimbulkan gagasan yang tepat.
Sesuai dengan konteks dan audiens.
Tidak berkonotasi negatif.
Akrab dan komunikatif.
Ragam bahasa yang digunakan dalam memandu acara hendaknya sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Pemakaian struktur kalimat yang tidak benar akan menimbulkan makna yang tidak sesuai dengan apa yang dimaksudkan. Marilah kita simak bahasa yang digunakan oleh pemandu acara berikut ini.
Pidato sambutan berikutnya akan disampaikan oleh Bapak Kepala Sekolah. Kepada Bapakan Kepala Sekolah, waktu dan tempat kami persilakan!
Dari segi struktur, kalimat di atas rancu dan tidak didasari oleh penalaran yang jernih, Jika kita ajukan pertanyaan, siapakah yang diminta atau dipersilakan memberikan sambutan, jawabnya tentu Bapak Kepala Sekolah, bukan waktu dan tempat. Penggunaan kata “kepada” pada awal kalimat tersebut juga tidak tepat. Penggunaan kata “kepada” menyebabkan kalimat tersebut terganggu. Jadi kalimat di atas seharusnya:
Pidato/sambutan berikutnya akan disampaikan oleh Bapak Kepala Sekolah. Bapak Kepala Sekolah kami persilakan! Atau: Pidato/sambutan berikutnya akan disampaikan oleh Bapak Kelpala Sekolah. Untuk itu, waktu dan tempat kami sediakan!

Berikut ini disajikan beberapa contoh lain kesalahan penggunaan bahasa yang biasa dilakukan oleh pemandu acara beserta bentuk yang benar.
a. Para Bapak-bapak dan Ibu-ibu kami persilakan berdiri! (Salah)
1. Bapak-bapak dan Ibu-ibu kami oersilakan berdiri! (Benar)
2. Para Bapak dan Ibu-ibu kami persilakan berdiri! (Benar)
b. Kami harap Saudara-saudara sekalian untuk tenang! (Salah)
1. Kami harap Saudara-saudar untuk tenang! (Benar)
2. Kami harap Saudara sekalian untuk tenang! (Benar)
c. Kami sampaikan sugeng rawuh kepada Bapak Ketua BP3. (Salah)
Kami sampaikan selamat datang kepada Bapak Ketua BP3. (Benar)
d. Kami menghaturkan terima kasih atas kehadiran Bapak dan Ibu dalam acara ini. (Salah)
Kami menyampaikan/mengucapkan terima kasih atas kehadiran Bapak dan Ibu dalam acara ini. (Benar).
e. Untuk mempersingkat waktu, marilah kita lanjutkan pada acara kedua. (Salah)
Untuk menghemat waktu, kita lanjutkan pada acara kedua. (Benar)
f. Inspektur upacara berkenan meninggalkan lapangan upacara. (Salah)
Inspektur upacara akan meninggalkan lapangan upacara. (Benar)
g. Bapak-bapak dan Ibu-ibu, silakan mengambil tempat duduknya masing-masing karena acara akan segera dimulai. (Salah)
1. Bapak-bapak dan Ibu-ibu kami persilakan duduk karena acara akan segera dimulai. (Benar)
2. Bapak-bapak dan Ibu-ibu dipersilakan duduk karena acara akan segera dimulai. (Benar)

Sebagai bahan latihan dan contoh pengembangan perhatikan skenario pemandu acara di bawah ini.

WORKSHOP KURIKULUM 2004

Yang terhormat Bapak Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Malang,
yang kami hormati Bapak-bapak dan Ibu-ibu pengawas Dikmenum Dinas Pendidikan Kabupaten Malang,
yang kami hormati Ibu Pembina Yayasan Pendidikan Widya Dharma Turen,
yang kami hormati Bapak Kepala SMA Widya Dharma Turen, dan
yang kami hormati para peserta workshop kurikulum 2004 SMA Widya Dharma Turen.

Assalaamualaikum Wr.Wb.
Selamat Pagi dan Salam Sejahtera bagi yang beragama selain Islam.
Puji serta syukur marilah senantiasa kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmad dan hidayah-NYA sehingga kita bisa berkumpul dalam keadaan sehat dalam rangka Workshop Kurikulum 2004 Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Berbasis Kompetensi. Di aula SMA Widya Dharma tercinta ini.
Selanjutnya atas nama panitia kami mengucapkan terima kasih, selamat datang, dan penghargaan yang tinggi kepada semua peserta dan para instruktur. Semoga semua jerih payah kita dalam kegiatan ini bisa membawa dampak positif baik bagi diri kita sendiri maupun anak didik kita pada masa yang akan datang.
Bapak Ibu hadirin yang kami hormati, keseluruhan acara pembukaan workshop 2004 adalah sebagaimana berikut.
Pembukaan.
Menyanyikan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya.
Laporan Ketua Panitia.
Sambutan Kepala SMA Widya Dharma Turen.
Sambutan Pembukkaan Workshop 2004 oleh Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Malang.
Penutup.
Demikianlah susunan acara pembukaan Workshop 2004 Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Berbasis Kompetensi.
Sebelum memulai acara ini marilah kita menundukkan kepala sejenak untuk berdoa memohon kepada Tuhan yang Maha Esa agar diberikan segala rahmad dan hidayah-NYA sehingga kegiatan ini bisa berjalan sebagaimana yang kita harapkan. Menurut agama dan keyakinan masing-masing berdoa mulai. Berdoa selesai.
Menyanyikan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya, hadirin dimohon berdiri. Hadirin disilakan duduk kembali.
Selanjutnya marilah kita ikuti bersama laporan ketua panitia workshop kurikulum 2004, yang terhormat Bapak Drs. Tiktoyo disilakan.
Demikianlah sambutan ketua panitia, berikut ini marilah kita dengarkan bersama sambutan Bapak Kepala SMA Widya Dharma Turen, yang terhormat Bapak H. Goenawan, B.A. disilakan.
Disampaikan terima kasih kepada yang terhormat Bapak H. Goenawan, B.A. Hadirin yang kami hormati, berikut ini adalah sambutan sekaliogus pembukaan Workshop Kurikulum 2004, yang akan disampaikan oleh Bapak Dinas pendidikan Kabupaten Malang. Yang terhormat Bapak Drs. H. Kamilun Muhtadin, M.Si. disilakan.
Demikianlah sambutan sekaligus kata-kata pembukaan Workshop Kurikulum 2004 oleh Bapak Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Malang. Selanjutnya marilah ikuti acara pembacaan doa yang akan dipimpin yang terhormat Bapak Drs. H. Muhammad Ali, kepadanya disilakan.
Bapak dan Ibu, hadirin yang kami hormati, demikianlah upacara pembukaan Workshop Kurikullum 2004 pada hari ini Kamis, 26 Agustus 2004, selanjutnya kami serahkan kepada Bapak Agus harianto, S.Pd. sebagi pemandu acara/moderator workshop ini. Atas nama panitia dan pembawa acara mohon maaf jika terapat kekhilafan, dan Wassalaamualaikum Wr.Wb.
BAB 7
CARA MENYANGGAH PENDAPAT

Pendapat yang dikemukakan oleh seseorang tidak selamanya kita terima begitu saja. Pendapat itu ada jkalanya baik dan memiliki dasar berpijak yang patut diterima. Akan tetapi , ada juga pendapat yang lemah, atau bertentangan dengan keadaan atau disiplin disiplin ilmu. Melihat kondisi yang demikian , tentu kita perlu mengungkapkan ketidaksetujuan kita terhadap pendapat tersebut atau dengan kata lain kita perlu menyanggah pendapat.
Anda mungkin pernah mendengar orang lain berkata, misalnya Jurusan bahasa tidak memberikan masa depan yang cerah; orang bekerja itu hanya untuk mencari uang; orang jujur tidak mungkin mujur pada masa sepeeti ini; apa gunanya perempuan bersekolah tinggi-tinggi, toh nantinya hanya menyelesaikan urusan dapur; bebas melakukan sesuatu berarti maju, modern; dsb. Apakah Anda setuju dengan pernyataan demikian? Nah, kalau tidak tentu Anda perlu mempersiapkan diri untuk membuat sanggahan yang sesuai dengan hati kecil dan wawasan Anda.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan agar Anda dapat menyanggah pendapa seseorang tanpa meninggalkan rasa hormat, meyakinkan, dan tetap menunjukkan kelembutan hati adalah sebagaimana diuraikan di bawah ini.

1. Anda perlu menggunakan cara persuasi, bukan paksaan, atau indoktrinasi. Anda tidak perlu menonjolkan dan memaksakan pendapat Anda sendiri, melainkan Anda harus berangkat dari dalam hak-hak dan sudut pandang orang yang berpendapat itu. Paksaan akan menimbulkan reaksi meledak dan tertutup akan mengacaukan jalan pikiran orang lain. Persuasi dapat menggugah hati orang, akan membuka hati dan pikiran orang.
2. Gaya berbicra sebaiknya gaya bercakap-cakap, sehingga tampak santai dan tidak tegang. Berbicaralah dari hati ke hati, tenang dan dengan wajah cerah. Berbicaralah dengan bijaksana dan baik.
3. Sebaiknya dihindari berpandang-pandangan yang terlalu lama untuk menetralkan dorongan atau naluri menyerang. Bila Anda memandang supaya memandangnya sebagai sahabat.
4. Dengan persuasi Anda mempengaruhi orang lain. Untuk itu, sebaiknya Anda tidak sekedar mengemukakan argumen yang kuat, melainkan Anda perlu menyemtuh perasaan (emosi) orang, seperti rasa cinta, takut, atau bangga. Kemudian ungkapkan contoh-contoh kongkretnya atau kejadian-kejadian nyata.
5. Belajarlah untuk bersikap kuat dan sekaligus lemah lembut.
6. Persiapkan bahan jawaban dengan baik. Anda perlu waktu untuk merenung, berpikir, dan menggali pengalaman Anda. Camkanlah semboyan ini: THINK FIRST, THEN SPEAK. (Pikir dulu sebelum bicara. Sebab berpikir sejenak bernilai sejam berkata-kata.
Tidak usah takut mengutarakan apa adanya.
Berusahalah mengutarakan fakta fakta dengan jelas dan ringkas. Tak perlu menggunakan kata-kata yang berbunga-bunga, gaya oratoris ,tetapi gunakan kata-kata yang biasa. Aristotekes pernah berkata, “Berpikirlah seperti caranya orang bijaksana,tetapi berbicaralah seperti caranya orang biasa (orang kebanyakan).”

BAB 8
MENULIS SURAT RESMI

1. Pengertian Surat
Surat adalah sarana komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan informasi tertulis oleh suatu pihak kepada pihak lain. Informasi yang disampaikan itu dapat berupa pemberitahuan, pernyataan, perintah, permintaan, atau laporan. Hubungan yang terjadi antara pihak-pihak itu di sebut surat-menyurat atau korespondensi. Dengan kata lain, surat-menyurat itu merupakan salah satu kegiatan berbahasa yang dilakukan dalam komunikasi tertulis.

2. Fungsi dan Jenis Surat
Selain sebagai sarana komunikasi, surat juga memiliki berbagai fungsi sebagai:
a. alat untuk menyampaikan pemberitahuan, permintaan, atau permohonan, buah pikiran atau gagasan;
b. alat bukti tertulis, misalnya surat perjanjian;
c. alat untuk mengingat, misalnya surat-menyurat yangh diarsipkan;
d. bukti historis, misalnya surat-surat yang bersejarah; dan
e. pedoman kerja, misalnya surat keputusan dan surat perintah.

Berdasarkan bentuk, isi, dan bahasanya, surat dapat dibedakan menjadi dua, yaitu surat resmi atau surat dinas dan surat tidak resmi atau surat pribadi.

3. Bentuk Surat
Yang dimaksud dengan bentuk surat adalah pola surat menurut susunan letak bagian-bagian surat. Setiap bagian surat itu amat penting peranannya sebagai identifikasi atau petunjuk pengelolaan surat. Yang termasuk dalam bentuk surat itu adalah penempatan tanggal, nomor, salam pembuka, salam penutup, tembusan, dll.
Menurut pola umum, dalam surat menyurat dikenal enam macam bentuk surat yaitu: (a) bentuk lurus penuh (full block style), (b) bentuklurus (block style), (c) bentuk setengah lurus (semi block style), (d) bentuk bertekuk (indented style), (e) bentuk resmi Indonesia lama, dan (f) bentuk resmi Indonesia baru.
Agar lebih jelas, perhatikan keenam bentuk berikut ini.












4. Surat Dinas atau Surat Resmi
Surat Dinas atau surat resmi adalah segala komunikasi tertulis yang menyangkut kepentingan tugas dan kegiatan dinas instansi atau badan dan dikirim kepada pihak-pihak terkait baik badan/instansi maupun perorangan. Oleh karena sifatnya yang resmi, bahasa yang digunakan juga bahasa yang sesuai dengan kaidahnya atau menggunakan bahasa baku.
Surat resmi dapat berupa surat permohonan, surat undangan dinas, surat pengumuman, dan surat nota dinas.



Surat pribadi atau surat tidak resmi adalah surat yang dibuat oleh seseorang yang isinya menyangkut kepentingan pribadi.Surat-surat pribadi itu timbul dari pergaulan hidup sehari-hari dan terjadi dalam komunikasi antara anak dan orang tua, antarkerabat, antarsejawat, dan antarteman.
Menurut jenisnya, surat pribadi dapat menggunakan kartu pos, surat bersampul, atau warkat pos. Jika dilihat dari isinya, dapat berupa surat keluarga, ucapan terima kasih, belasungkawa, perkenalan, undangan, permintaan maaf, dll.
Bahasa yang digunakan dalam surat pribadi lebih bebas dibandingkan dengan penggunaan bahasa dalam surat resmi. Penggunaanya disesuaikan dengan penerima surat, tujuan, dan situasi. Dengan demikian, penggunaan bahas baku tidak mutlak harus digunakan.

Contoh Surat Keluarga Contoh Surat Ucapan Selamat

6. Penulisan Bagian Surat
Sesuai dengan fungsinya, surat adalah utusan dari penulis yang berwujud tulisan. Oleh karena itu, bahasa surat harus jelas, lugas, dan komunikatif. Pengertian jelas dalam hal ini adalah jelas unsur-unsurnya seperti subjek dan predikat. Lugas berarti bahwa bahasa yang digunkan tidak menimbulkan makna ganda. Bentuk dan pilihan kata dalam susunan kalimat mempunyai makna yang sama yang diinginkan penulisnya. Oleh sebab itu, bahasa surat harus langsung pada persoalannya. Selain itu bahasa surat harus pun harus ekonomis selama tidak merusak kaidah kebahasaan.Petunjuk penulisan bagian-bagian surat adalah sebagaimana diuraikan di bawah ini.

a. Kepala Surat
- nama instansi tidak boleh disingkat,
- kata ‘jalan’ tidak boleh disingkat,
- kata telepon, kotak pos, alamat supaya ditulis dengan benar,
- tidak tanda baca pada akhir kepala surat.
Contoh Penulisan Kepala Surat:
DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PUSAT PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN BAHASA
Jalan Daksinapati Barat IV, Rawamangun Jakarta 13220 Kotak Pos 2625 Telepon 498557

b. Tanggal Surat
Tanggal surat ditulis lengkap, yaitu tanggal ditulis dengan angka, bulan ditulis dengan huruf, dan tahun ditulis dengan angka. Sebelum tanggal tidak perlu dituliskan nama kota karena nama kota sudah tercantum dalam kepala surat. Juda tidak perlu diberi tanda baca apapun setelah penulisan tanggal.
Contoh Penulisan Tanggal:
KEPALA SURAT
03 Juli 2004

c. Nomor, Lampiran, dan Hal
- Penulisan nomor, lampiran, dan hal ditulis dengan diawali huruf kapital dan diikuti dengan tanda dua.
- Penulisannya dapat disingkat tetapi harus taat asas.
Contoh Penulisan Nomor, Lampiran, dan Hal:
Nomor : 110/U/PPHBI/IX/2004
Lampiran : Satu berkas
Hal : Permohonan tenaga Pengajar

d. Alamat Surat
Dalam penulisan alamat surat terdapat dua macam bentuk. Bentuk yang pertama aalagh alamat ditulis di sebelah kanan atas di bawah tanggal dabn bentuk, dan bentuk yang kedua adalah alamat ditulis di sebelah kiri atas di bagian bawah ‘Hal’ atau sebelum salam pembuka.
Penulisan alamat di sebelah kiri atas lebih menguntungkan daripada di sebelah kanan atas karena kemungkinan pemenggalan tidak ada sehingga alamat yang panjang pun dapat dituliskan.
Contoh Penulisan Alamat Surat:
Yth. Bapak Subagyo, M.M.
Kepala Bagian Pengadaan Barang
Departemen Pertanian
Jalan \pandermabn raya 76
Malang

e. Penulisan Salam
Dalam penulisan surat terdapat dua buah salam, yaitu salam pembuka dan penutup. Penulian kedua bentuk salam itu merupakan awal dalam berkomunikasi antara penulis dan penerima surat. Salam pembuka yang sangat lazim digunakan adalah ‘dengan hormat’ dengan ketentuan sebagai berikut:
- huruf pertama kata ‘dengan’ ditulis dengan huruf kapital, dan huruf pertama hata ‘hormat’ ditulis dengan huruf kecil,
- pada akhir ungkapan salam pembuka/penutup dibubuhkan tanda koma.
Contoh Penulisan Salam:
Dengan hormat,
Salam sejahtera,
Merdeka,
Hormat saya,
Wasalam,

f. Penulisan Isi Surat
Secara garis besar isi surat terbagi atas tiga bagian, yaitu pembukaan, isi, dan penutup. Paragraf pembuka mengantar isi surat yang akan diberitahukan. Paragraf pembuka berisi pemberitahuan, pertanyaan, pernyataan, atau permintaan.
Contoh Penulisan Paragraf Pembuka:
1. Kami ingin memberitahukan kepada Saudara bahwa… .
2. Salah satu kegiatan Proyek Penelitian itu adalah meneliti sastra lisan Sunda. Sehubungan dengan hal itu … .
3. Dalam salah satu media massa terbitan Jakarta, kami telah membaca bahwa rumput laut telah dibudidayakan. Sehubungan dengan itu, kami ingin mendapatkan informasi tentang pembudidayaan rumput laut itu.
Di samping itu, pargraf pembuka dapat berisi balasan seperti dalam contoh berikut ini.
Sesuai dengan permintaan Saudara dalam surat tanggal 04 Januari 1994, No. 29/H/PU/1994, bersama ini kami kirimkan seberkas surat perjanjian kerja.

Paragraf penutup merupakan simpulan dan kunci isi surat. Di samping itu, paragraf penutup dapat mengandung harapan penulis surat atau berisi ucapan terima kasih kepada penerima surat.
Contoh Penulisan Paragraf Penutup:
1. Atas perhatian saudara, kami ucapkan terima kasih.
2. Atas perhatian dan kerja sama Saudara yang baik, kami ucapkan terima kasih.
3. Besar harapan kami, Saudara dapat memanfaatkan sumbangan kami.
4. Mudah-mudahan jawaban kami memuaskan Saudara.
Hal-hal yang berhubungan dengan penulisan kalimat tetap menggunakan kaidah sebagimana umumnya.

g. Nama Pengirim
Nama pengirim surat ditulis di bawah tanda tangan dan salam penutup. Tanda tangan diperlukan sebagai keabsahan surat dinas. Dalam penulisan perlu diperhatikan:
1. penulisan nama tidak perlu menggunakan huruf kapital seluruhnya,
nama tidak perlu ditulis dalam tanda kurung, tidak perlu bergaris bawah, dan tidak perlu diakhiri dengan tanda titik, dan
nama jabatan dapat dicantumkan di bawah nama pengirim.
Contoh Penulisan Nama Pengirim:
Drs. Doni Susanto
Kepala
Kepala,



Drs. Doni Susanto
NIP. 130003300

h. Tembusan Surat
Kata tembusan ditulis dengan huruf awal huruf kapital, diletakkan pada sebelah kiri kaki surat, llurus dengan bagian nomor dan hal, serta sejajar dengan nama pengirim surat. Tulisan tembusan diikuti tanda titik dua, tanpa digarisbawahi. Bagian ini hanya dicantumkan bila surat itu memerlukan tembusan untuk beberapa instansi atau pihak lain yang ada hubungannya dengan surat yang bersangkutan.
Contoh Penulisan Tembusan:
Tembusan:
Direktur Pemilihan bahan
Kepala bagian Perlengkapan
Dra. Sabandiah

ii. Inisial (Sandi)
Inisial ditempatkan pada bagian paling bawah sebelah kiri di bawah tembusan (kalau ada). Inisial merupakan tanda pengenal yang berupa singkatan nama pengonsep dan pengetik surat.

Contoh Penulisan Inisial:
HA/SS

HA singkatan nama pengonsep: Hidayah Asmarani
SS singkatan nama pengetik : Sandi Susatyo



BAB 9
KATA BERIMBUHAN

1. Imbuhan dalam Bahasa Indonesia
Dalam komunikasi sehari-hari selain digunakan kata dasar juga dupergunakan kata berimbuhan. Imbuhan (afiks) yang dilekatkan pada kata dasar dapat berupa awalan (prefiks), sisipan (infiks), akhiran (sufiks), dan gabungan awalan-akhiran (konfiks). Berikut ini beberapa contoh afiks bahasa Indonesia adalah sebagaimana tersebut di bawah ini:
a. awalan/afiks : meN-. peN-, ber-, per-, ter-, di-, ke-, dan se-
b. sisipan/infiks : -el-, -er-. dan -em-
c. akhiran/sufiks : -an, -i, -kan, dan –nya
d. awalan-akhiran : meN-kan, peN-kan, di-kan, dll.
Imbuhan di atas ada yang produktif dan ada pula yang tidak produktif. Imbuhan produktif maksudnya bahwa imbuhan tersebut banyak digunakan dalam pembentukan kata. Sedangkan imbuhan yang tidak produktif adalah imbuhan yang hampir tidak pernah digunakan dalam proses pembentukan kata, misalnya: -el-, -er-, dan –em-.

2. Imbuhan meN dan peN
Imbuhan meN (baca: me nasal) dan peN (baca: pe nasal) mempunyai alomorf (variasi bentuk) sebagai berikut.

AFIKS
ALOMORF
CONTOH
AFIKS
ALOMORF
CONTOH
meN
me-
melukis
peN
pe-
pelukis
men-
Mendaftar
pen-
pendaftar
mem-
membaca
pem-
pembaca
meny-
manyapu
peny-
penyapu
meng-
menggambar
peng-
penggambar
menge-
mengetik
penge-
Pengetik

Semua kata dasar yang berhuruf depan k, p, t, dan s kecuali kluster/konsonan rangkap dan kata serapanasing jika mendapatkan imbuhan meN dan peN mengalami peluluhan. Perhatikan contoh berikut ini.

AFIKS/KONFIKS
KATA DASAR
KATA BERIMBUHAN
meN/peN
klasifikasi
mengklasifikasi(kan)/pengklasifikasi
promosi
mempromosi(kan)
traktir
mentraktir/pentraktir
syarat
mensyarat(kan)
komunikasi
mengkomunikasi(kan)
transfer
mentransfer

3. Imbuhan ber- dan per
Imbuhan ber- dan per- mempunyai alomorf sebagai beriku
AFIKS
ALOMORF
CONTOH
AFIKS
ALOMORF
CONTOH
ber-
ber-
bermain
per-
per-
peralat(an)
be-
berenang
pe-
perajin
bekerja
pekerja
bel-
belajar
pel-
pelajar

Imbuhan ber- dan per- akan berubah menjadi be- dan pe- jika melekat pada kata dasar yang berhuruf depan r atau melekat pada kata dasar yang suku kata pertamanya mengandung bunyi er.
4. Makna Awalan ber-
MAKNA
CONTOH KALIMAT
berbalasan
mengeluarkan
menggunakan
mempunyai
mengusahakan
memanggil
menjadi/berlaku sebagai
kumpulan/himpunan
melakukan pekerjaan
dalam keadaan
mengendarai
Kapten dari kedua kesebelasan itu bersalaman.
Tanganku berdarah karena tertusuk jarum.
Mereka bertopi agar tidak tersengat panas matahari.
Kami sedang menyelidiki binatang berkaki seribu.
Berkebun adalah kegiatan ayah mengisi waktu luang.
Saya berkakak pada Rahmad.
Kami bertamu ke rumah paman ketika libur semester.
Kami berlima berangkat bersama-sama ke sekolah.
Kami bermain bersama terman-teman sore itu.
Kami bersedih karena harus berpisah.
Berkereta api ke Surabaya sungguh menyenangkan.
5. Makna Awalan meN
MAKNA
CONTOH KALIMAT
menggunakan
mengeluarkan
memberi… pada…
mencari/mengumpulkan
proses
menjadi
melakukan tindakan
menuju ke…
Paman mencangkul kebun belakang rumah.
Hariamau itu mengaum dengan hebatnya.
Penduduk kota mengecat masing-masing.
Seharian Pak Timbul merumput di kebun jagung.
Semen itu mulai mengering ketika terkena sinar matahari.
Tanaman asing itu tumbuh membesar dengan cepat.
Siswa yang membolos hari ini mendapatkan sanksi.
Para nelayan biasa melaut pada malam hari.

6. Makna Awalan ter-
MAKNA
CONTOH KALIMAT
terus-menerus
intensitas
paling
ketidaksengajaan
Benda itu terapung di sungai yang cukup deras airnya itu.
Masih terngiang-ngiang suara nasihat almarhum ayah.
Raditya anak terbesar dari tiga bersaudara.
Adik tertidur di kursi ketika melihat televisi.

6. Makna Awalan di-
MAKNA
CONTOH KALIMAT
dikenai tindakan
dijadikan
dilengkapi/dihias
Kami dituduh telah melakukan kejahatan politik.
Buah mangga itu enak dirujak.
Pintu gerbang sekolah sudah dihias dengan indahnya.

7. Makna Awalan se-
MAKNA
CONTOH KALIMAT
sesudah
sampai
satu
seluruh
sama/seperti
Sesampai di lokasi perkemahan kami segera bertenda.
Makanlah sepuasmu jika kamu di rumahku.
Permainan kesebelasan Persebaya setingkat di atas kita.
Dia menjadi juara se-Provinsi Jawa Timur.
Pohon itu sudah setinggi rumah.

8. Makna Awalan peN-
MAKNA
CONTOH KALIMAT
orang yang me-…
alat untuk
bersifat
Perampok nasabah bank itu akhirnya ditangkap polisi.
Tongkat pemukul korban itu disita polisi.
Dibandingkan Amin, dia memang lebih periang.

9. Makna Awalan per-
MAKNA
CONTOH KALIMAT
pelaku yang ber-
pelaku yang di-
yang memiliki seperti
membuat jadi lebih
menjadikan seperti
membuat jadi
Para pekerja sedang beristirahat dengan santainya.
Pesuruh sekolah kami sangat berjasa kepada para siswa.
Apabila sudah ada pertanda buruk, lebih baik tidak pergi.
Cobalah perkeras suaramu agar lebih jelas.
Janganlah kau perbudak pembantu rumah tanggamu.
Pertiga roti ini dengan adik-adikmu.

10. Makna Awalan ke-
MAKNA
CONTOH KALIMAT
berciri, yang di-
pada urutan/tingkat
kelompok/kesatuan
Pemecahan masalah itu merupakan kehendak bersama.
Dian mendapatkan urutan kelima dalam lomba pidato.
Kedua siswa itu mewakili sekolahnya dalam POPDA Jatim.

11. Makna Akhiran -kan
MAKNA
CONTOH KALIMAT
menyebabkan
melakukan tindakan
Hentikan kebiasaan jelekmu itu.
Ikatkan kambing itu ke pohon, agar tidak makan tanaman.

12. Makna Akhiran -an
MAKNA
CONTOH KALIMAT
alat
hasil
tiap-tiap
tempat
satuan
bersifat
sekitar
Timbangan itu telah sngat tua sehingga tidak valid lagi.
Lukisan ini memang tiada ternilai dengan uang.
Kami mendapat kiriman bulanan dari kakak.
Dia menghilang di kelokan jalan.
Puluhan ribu orang memadati stadion Kanjuruhan.
Buah belimbing kami telah dijadikan manisan.
Pada tahun 70-an baju seperti ini sangat digemari pemuda.

Makna Akhiran –i
MAKNA
CONTOH KALIMAT
kausati
memberi
menhilangkan
kuantitatiff
Tolong panasi dulu sayur ini.
Warnai gambarmu dengan warna biru sehingga jelas.
Sebelum dipotong-potong, kuliti dulu kambing itu
Din, tolong cabuti rumput di depan rumah itu.

14. Makna Imbuhan ber-kan
MAKNA
CONTOH KALIMAT
penguat
sebagai pemanis
Amir bercerita berdasarkan pengalamannya.
Perhiasan yang dicuri itu bertatahkan mutiara.

15. Makna Imbuhan meN-kan
MAKNA
CONTOH KALIMAT
membuat jadi/kausatif
benefaktif
maju ke…
menganggap sebagai
Adik menjatuhkan guci yang sangat indah itu.
Ibu membelikan adik sebuah boneka cantik.
Pilot mendaratkan pesawatnya ke bandara.
Janganlah mendewakan harta kekayaan.

16. Makna Imbuhan meN-i
MAKNA
CONTOH KALIMAT
kausatif
kuantitatif
memberi
Adik mengotori tempat itu.
Para wanita sedang memetiki daun the diperkebunan.
Ibu menggarami sayur di dapur.

17. Makna Imbuhan di-kan
MAKNA
CONTOH KALIMAT
kausatif
benefaktif
Harga barang dinaikkan karena banyaknya permintaan.
Ceritakan itu dibacakan ibu untuk adik.

18. Makna Imbuhan di-i
MAKNA
CONTOH KALIMAT
diberi
dibuang
kuantitatif
Luka ayah diobati dokter.
Kambing itu telah dikuliti oleh penyembelihnya.
Pohon mangga itu dilempari oleh anak-anak

19. Makna Imbuhan memper-i
MAKNA
CONTOH KALIMAT
kausatif
kuantitatif
Ayah berusaha memperbaiki sepeda yang rusak itu.
Saya harus rajin mempelajari trigonometri.

20. Makna Imbuhan memper-kan
MAKNA
CONTOH KALIMAT
kausatif
menganggap sebagai
Kita harus mempertemukan kedua orang tua mereka.
Paman memperajakan anak satu-satunya.

21. Makna Imbuhan diper-i
MAKNA
CONTOH KALIMAT
kausatif
kuantitatif
Jembatan yang rusak itu telah diperbaiki.
Kasus pembunuhan itu telah dipelajari.

22. Makna Imbuhan peN-an
MAKNA
CONTOH KALIMAT
hal melakukan…
cara melakukan suatu
alat untuk melakukan
hasil perbuatan
tempat melakukan
Pembacaan pembukaan UUD 1945 dilakukan Arif.
Penjelasan tentang masalah itu sudah dilakukan oleh Arif.
Penggorengan itu telah tua benar.
Pihak kepolisian telah mangadakan penyelidikan.
Mereka tinggal di rumah persinggahan polisi hutan.

23. Makna Imbuhan per-an
MAKNA
CONTOH KALIMAT
Menyatakan hasil
Menyatakan daerah
Menyatakan tempat
Menyatakan berbagai
Pemerintah meningkatkan perdagangan dalam negeri.
Pemandangan di pegunungan sangat indah.
Permukiman penduduk telah direnovasi oleh pemerintah.
Kita harus membawa peralatan pendakian.

24. Makna Imbuhan ke-an
MAKNA
CONTOH KALIMAT
Abstraksi suatu hal
Menyatakan tempat
Menyatakan keadaan
Menyatakan sifat
Pemerintah berusaha meningkatkan keamanan daerah.
Kami mengurus KTP di kantor kelurahan.
Sampai di puncak kami kedinginan sekali.
Lembah itu tampak kehitam-hitaman dilihat dari jauh.

25. Makna Imbuhan ber-an
MAKNA
CONTOH KALIMAT
Tindakan
Kuantitatif
Saling
Para siswa berhamburan keluar dari dalam kelas.
Buah mangga berjatuhan karena diterpa angin kencang.
Mereka bersalaman dengan hati yang damai.

26. Makna Imbuhan se-nya
MAKNA
CONTOH KALIMAT
Menyatakan paling
Menyatakan waktu
Kita harus meraih hasil yang sebaik-baiknya.
Setibanya aku langsung mandi.

BAB 10
PIDATO

1. Pengertian Pidato
Banyak definisi atau pengertian yang dilontarkan oleh banyak pemikir retorika. Salah satu di antaranya adalah pengertian retorika yang disampaikan oleh De Vinne, yaitu bahwa retorika adalah studi tentang unsur-unsur, seperti susunan atau gaya bahasa, yang digunakan dalam tulisan atau pembicaraan; seni pengungkapan maksud efektif dan penggunaan bahasa yang persuasif. Sedangkan pidato menurut pengertioan De Vinne adalah seni atau proses melakukan pembicaraan di hadapan kelom[pok pendengar.
Berdasarkan kedua pengertian retorika dan pidato di atas dapat disimpulkan bahwa pidato merupakan pengetahuan yang sangat canggih dalam hal berbicara di hadapan khalayak ramai dengan maksud dan tujuan tertentu.

2. Tujuan Pidato
Tujuan berpidato dapat dikelompokkan sebagaimana tersebut di bawah ini:
mempengaruhi pendengar,
mengihur pendengar,
menyampaikan pesan kepada para pendengar,
propaganda politi, dan
mengungkapkan percikan pemikiran kepada publik.

3. Materi Pidato
Materi pidato terdiri atas beberapa hal yang tertata secara sistematis sebagaimana tersebut di bawah ini.

a. Pendahuluan
Pendahuluan pidato harus “padat”, bahasa yang diketengahkan mengandung daya tarik bagi para pendengar, serta merangsang untuk didengarkan terus-menerus,sehingga pendengar dibikin penasaran. Kalau hal tersebut berhasil, maka boleh dikatakan separuh dari keseluruhan pidato berhasil.
b. Isi
Isi pidato yang bagus harus disesuaikan dengan tingkat umur para pendengar. Misalnya pendengar tergolong generasi muda, generasi tua, cendikiawan, atau masyarakat awam. Isi dilengkapi dengan analisis yang masuk akal, bervariasi, sedikit ada lucunya (humor), dan tidak kalah penting peribahasa dan percikan pemikiran orang-orang besar kaliber dunia.
c. Penutup
Inti dari penutup suatu pidato merupakan kesimpulan dari seluruh pembicaraan, beri pepatah dan humor yang menarik. Di samping itu suatu hal yang tidak boleh diabaikan dalam menutup pidato adalah harus menimbulkan kesan, sehingga para pendengar merasa kurang … .


4. METODE BERPIDATO
Dalam berpidato dikenal beberapa metode yang sering dipergunakan, sebagaimana tersebut di bawah ini.
a. Metode Naskah
Jika mempergunakan metode naskah, pada saat bepidato seseorang membaca naskah yang telah disiapkan sebelumnya. Metode naskah biasanya digunakan pada acara-acara resmi, misalnya pidato kenegaraan oleh Presiden.
b. Metode Menghafal
Metode ini mengaharuskan seseorang yang akan berpidato untuk menyiapkan naskah yang kemudian harus dihafalkannya, sehingga materi pidato benar-benar bisa dikuasai.
c. Metode Improtu/serta merta
Metode ini biasanya digunakan pada waktu yang spontan/mendadak/tanpa persiapan berdasarkan kebutuhan sesaat.
d. Metode Ektemporan
Metode ini merupakan metode yang paling sempurna. Dianjurkan ke[pada semua orang yang berpidato untuk memakai metode ini. Metode ekstemporan merupakan gabungan dari semua metode yang ada.
BAB 11
KONJUNGSI

1. Pengertian
Kata penghubung atau konjungsi adalah kata atau gabungan kata yang berfungsi menggabungkan bagian-bagian ujaran yang mungkin berupa dengan kata, frase dengan frase, klausa dengan klausa, atau kalimat dengan kalimat.
Berdasarkan pengertian di atas dapat konjungsi dapat dikelompokkan menjadi dua macam yaitu konjungsi intrakalimat atau antarkalimat. Kata penghubung intrakalimat berfungsi menghubungkan kata, frase, klausa, dengan frase atau klausa yang berada dalam sebuah kalimat. Sedangkan kata penghubung antarkalimat berfungsi menghubungkan kalimat dengan kalimat atau paragraf dengan paragraf berikutnya yang terletak alam sebuah wacana.

2. Jenis-jenis Konjungsi
Berdasarkan sifat hubungannya terdapat tiga jenis konjungsi, yaitu: konjungsi koordinatif, konjungsi subordinatif, konjungsi korelatif.

KONJUNGSI
CONTOH
1. Koordinatif
penambahan
pemilihan
pertentangan

dan
atau
tetapi
2. Subordinatif
waktu
syarat
pengandaian
tujuan
konsesif
pemiripan
penyebaban
pengakibatan
penjelasan
cara

sesudah, sewaktu, sesampai, ketika, pada saat
jika, asal, manakala
andaikan, sekiranya, seumpama
agar, supaya, bia
biarpun, meskipun, biarpun, walaupun, kendati
seakan-akan, seolah-olah, seperti, laksana
sebab, karena, oleh karena
sehingga, sampai, maka
bahwa
cara
3. Korelatif
baik … maupun …
tidak hanya … tetapi … juga …
bukan …. melainkan …
jangankan …, … pun …
entah … entah …
sedemikian rupa … sehingga …
apakah … atau …


Berdasarkan fungsinya konjungsi dapat dibedakan menjadi konjungsi antarkata, antarfrase, antarklausa, antarkalimat, dan antarparagraf. Perhatikan contoh dalam tabel berikut.

Contoh konjungsi berdasarkan fungsinya:

KONJUNGSI
CONTOH DALAM KALIMAT
antarkata
Ayah dan ibu pergi ke Surabaya hari ini.
antarfrase
Bagi saya yang mereka berdua atau kedua orang tunya sama saja.
antarklausa
Mobil mogok sehingga kami terlambat.
antarkalimat
Kami akan berangkat pagi itu. Tetapi hujan tiba-tiba turun sangat deras.
antarparagraf
MASALAH KEPENDUDUKAN
Masalah-masalah yang dihadapi dalam bidang pendidikan pada saat akan dimulainya pelaksanaan Repelita I sangat berat dan mendesak. Di bidang kurikulum terasa sekali kebutuhan akan pembaharuan agar sistem pendidikan dapat memenuhi tuntutan pembangunan dan kemajuan. Di samping itu, terdapat ketidakseimbangan baik di antara berbagai tingkat pendidikan (vertikal) maupun di antara berbagai jenis pendidikan (horisontal). Selanjutnya jumlah anak yang berusia sekolah yang tidak tertampung di sekolah jauh lebih besar dari jumlah anak yang putus sekolah. Demikian pula jumlah anak yang putus sekolah (drop out) adalah jauh lebih besar daripada mereka yang berhasil menyelesaikan suatu tahap pendidikan.
Sementara itu, tenaga-tenaga yang bekerja di bidang pendidikan baik teknis maupun administratif sangat kurang jumlahnya. Di sampinng itu mutu keahlian tenaga-tenaga tersebut perlu ditingkatkan. Prasarana pendidikan seperti gedung dan ruang sekolah sangat tidak mencukupi. Buku-buku sangat sedikit jumlahnya. Kecuali itu, sedikit sekali sekali sekolah-sekolah yang mempunyai perpustakaan, alat-alat peraga ataupun laboratorium dan tempat praktik.


3. Contoh Tabel Analisis Konjungsi

ANALISIS KONJINGSI DALAM WACANA
JUDUL WACANA: MASALAH KEPENDUDUKAN


BAB 12
FRASE, KLAUSA, DAN KALIMAT

1. Frase
Frase adalah suatu konstruksi sintaksis yang terdiri atas dua kata atau lebih yang merupakan unsur langsung pembentuk kalimat yang menduduki satu fungsi dalam kalimat yang dibentuknya. Fungsi yang didudukinya bisa berupa subjek, predikat, objek, pelengkap, maupun keterangan.
Contoh: Pemerintah daerah akan membuat kebijakan baru dalam waktu dekat.
S P O K
Jenis-jenis Frase
Jenis-jenis frase berdasarkan ada dan tidak adanya unsur pusat pembentuknya dapat dibedakan menjadi frase setara dan frase bertingkat.
a. Frase Setara/Frase Koordinatif
Frase setara adalah frase yang unsur-unsurnya berkedudukan sama, biasanya terdiri atas unsur inti/pusat semuanya dan dapat dihubungkan oleh kata dan, serta, atau di antara unsur-unsurnya.
Contoh: jual beli - jual dan beli
merah putih - merah atau putih
ayah ibu - ayah serta ibu
b. Frase Bertingkat/Frase Subordinatif
Frase bertingkat adalah frase yang unsur-unsur pembentuknya berkedudukan tidak sama, terdiri atas unsur inti/pusat (D) dan unsur atribut (M).
Contoh: DM : bekerja keras, televisi swasta
MD : rajin belajar, sangat baik
MDM : akan pergi jauh, lima mobil baru
c. Frase Atributif
Frase atributif adalah frase bertingkat yang unsur atributnya merupakan kata berimbuhan; frase bertingkat dengan atribut berimbuhan.
Contoh: kabinet pembangunan
rencana pemberontakan
bahasa persatuan
Berdasarkan jenis kata unsur pusatnya frase dapat diklasifikasikan sebagaimana diuraikan di bawah ini.
a. Frase Nominal
Frase nominal adalah frase yang unsur pusatnya berjenis kata benda (nominal).
Contoh: rumah mewah air panas
orang malas hak bersuara
b. Frase Verbal
Frase verbal adalah frase yang unsur pusatnya berjenis kata kerja (verbal).
Contoh: sedang berdiskusi telah terjadi
akan pergi sudah berjalan

c. Frase Adjektival
Frase adjektival adalah frase yang unsur pusatnya berjenis kata sifat (adjektival).
Contoh: lelah sekali lebih baik
sangat mahal ramah sekali
d. Frase Numeralia
Frase numeralia adalah frase yang unsur pusatnya berjenis kata bilangan (numeralia).
Contoh: tiga ekor lima lembar
empat batang satu orang
e. Frase Preposisional
Frase preposisional adalah frase yang salah satu unsur pembentuknya merupakan kata depan (preposisi), atau didahului oleh sebuah kata depan.
Contoh: di sekolah ke kamar
dari Surabaya pada halaman
f. Frase Adverbial
Frase adverbial adalah frase yang berintikan keterangan (adverbial)
Contoh: agak terlalu tidak selalu
hampir selalu tidak sekalipun
g. Frase Pronomina
Frase pronomina adalah frase yang berunsur inti kata ganti (pronomina)
Contoh: mereka berdua saya ini
dia sendiri kami semua


2. Klausa
Klausa adalah gabungan kata yang minimal mempunyai unsur subjek dan predikat, dan merupakan bagian dari kalimat majemuk; konstruksi bahasa yang terdiri atas subjek dan predikat dengan atau tanpa objek, pelengkap, atau keterangan yang belum mempunyai intonasi. Klausa dapat ditulis berdiri sendiri tanpa tanda baca atau dapat juga menjadi bagian dari kalimat yang luas.
Contoh:
adik belajar (satu klausa)
S P

Adik sedang belajar ketika ayah datang. (dua klausa)
S P Kj S P



Klausa dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu klausa utama/bebas dan klausa bawahan/terikat. Klausa bebas adalah klausa yang bisa berdiri sendiri sebagai kalimat dan isinya sudah bisa dipahami. Sedangkan klausa terikat adalah klausa yang tidak bisa berdiri sendiri dan isinya belum lengkap.
Contoh:
Adik sedang belajar ketika ayah datang.
klausa utama klausa bawahan

Karena bonekanya jatuh, gadis itu menangis.
klausa bawahan klausa utama



3. Kalimat
Kalimat adalah bagian terkecil dari suatu ujaran atau teks (wacana) yang mengungkapkan suatu pikiran yang utuh secara ketatabahasaan. Kalimat bisa hadir dalam wujud tulis dan lisan. Dalam wujud tulis kalimat dimulai dengan huruf besar atau kapital dan diakhiri tanda titik, seru, atau tanya; sementara itu di dalamnya berbagai tanda baca yang berupa spasi atau ruang kosong, koma, titik koma, titik dua,dan atau sepasang garis pendek yang mengapitbentuk tertentu.
Sebuah kalimat tersusun dari bagian-bagian yang lebih kecil, baik berupa kata atau frase/klausa (kelompok kata). Setiap bagian mempunyai fungsi sintaksis, yaitu: subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan.
a. Subjek
Subjek merupakan fungsi sintaksis penting kedua setelah predikat. Subjek biasanya terletak di depan predikat. Subjek sebuah kalimat bisa berkategori nominal, frase nominal, klausa nominal, atau verbal/frase verbal.
Contoh: Ibu akan berkunjung ke rumah bibi. (S = nominal)
Anak nakal itu tertabrak mobil. (S = frase nominal)
Yang tidah hadir harus dihukum. (S = klausa nominal)
Berenang itu menyehatkan. (S = verbal)
b. Predikat
Predikat merupakan unsur atau konstituen pusat yang disertai konstituen pwndamping kiri dengan atau tanpa pendamping kanan. Predikat dapat berupa verbal, nominal, adjektiva, numeral, preposisional atau bentuk frasenya.
Contoh: Ayah seorang anggota polisi. (P = frase nominal)
Adik mengerjakan pekerjaan rumah. (P = verbal)
Adik Nani tiga orang. (P = frase numeralia)

c. Objek
Objek merupakan fungsi kalimat yang kehadirannya dituntut oleh predikat yang berupa verba transitif pada kalimat aktif. Letaknya selalu mengikuti secara langsung predikat.
Ciri-ciri objek:
berwujud nomina, frase nominal, atau klausa nominal,
berada langsung di belakang predikat,
menjadi subjek dalam bentuk kalimat pasif/pemasifan kalimat, dan
dapat diganti oleh pronomina –nya.
Contoh:
Saya harus menjemput ayah. (O= nominal)
Adik membeli sebatang pensil. (O= frase nominal)
Ayah mengatakan bahwa hal itu benar. (O= klausa nominal)

d. Pelengkap
Ciri-ciri Pelengkap:
berjenis kata benda, kerja, sifat,
terletak di belakang verba intransitif,
tidak bisa menduduki fungsi dalam bentuk pasif, dan
tidak bisa diganti “nya”
Contoh:
Ayahnya menjadi polisi.
Anita menangis tersedu-sedu.
Roni berdagang barang-barang elektronik.
Damastuti sedang belajar menari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Como Baixar