Sabtu, 19 Desember 2009

1. KATEGORI KATA DIONYSIUS THRAX DAN PRISCIANUS


Perkembangan ilmu kebahasaan (linguistik) dapat dikatakan bersumber pada catatan sarjana-sarjana Yunani yang demikian rapi. Banyak sarjana Yunani yang berjasa besar dalam mengembangan linguistik. Di antara mereka adalah Plato dan muridnya Aristotel yang mengembangkan pengkategorian dalam bahasa. Pada perkembangan selanjutnya kita kenal Dionysius Thrax dan Priscianus yang mengembangkan kategori kata dalam bahasa. Kategori kata yang dikembangkan oleh kedua sarjana ini dapat dibandingkan sebagaimana tabel di bawah ini.



Dionysius Thrax dan Priscianus tampaknya mempunyai pandangan yang tidak jauh berbeda dalam mengelompokan kata. Kedua sarjana ini mengkategorikan kata menjadi delapan jenis. Berdasarkan tabel di atas dapat kita ketahui bahwa dari delapan kategori yang dibuat oleh Dionysius Thrax dan Priscianus hanya satu kategori saja yang berbeda, yaitu pada kategori nomor empat. Dionysius Thrax menetapkan sebuah kategori kata sandang (arthron/article), sementara Priscianus tidak mempergunakan kategori ini tetapi menggantinya dengan kata seru (interiectio/interjecsi). Secara lengkap penjelasan tentang penjenisan kata tersebut diuaikan di bawah ini.

Klasifikasi Jenis Kata Dionysius Thrax

1. Onoma, yaitu jenis kata yang dapat mengalami infleksi kasus dengan kasus yang ada, yang menandai orang atau barang.

2. Rhema, atau kata kerja, yaitu jenis kata tanpa mengalami infleksi kasus, tetapi mengalami infleksi karena tense, manusia, bilangan, dan menandai aktivitas atau proses.

3. Metoche atau participle, yaitu jenis kata yang memiliki ciri-ciri sebagai kata kerja atau kata benda.

4. Arthron atau article, yaitu jenis kata yang mengalami infleksi untuk kasus dan menempati posisi sebelum atau sesudah onoma.

5. Antonymia atau kata ganti, yaitu jenis kata yang menggantikan onoma, khususnya manusia.

6. Prothesis atau preposisi, yaitu jenis kata yang menempati posisi awal kata-kata lain dalam suatu komposisi atau dalam sintaksis.

7. Epirhema atau kata keterangan, yaitu jenis kata yang tidak mengalami infleksi dalam perubahan kata kerja atausebagai tambahan kata kerja.

8. Syndesmos atau conjungsi, yaitu jenis kata yang mengikat wacana bersama dan mengisi kesenjangan interpretasinya.

Klasifikasi Kata Priscianus

1. Nomen atau kata benda, termasuk kata-kata yang sekarang ini dikenal sebagai kata sifat. Ciri kata benda, dengan demikian, menunjukkan zat atau kualitas, kualitas umum atau kualitas khusus dari sesuatu badan atau barang.

2. Verbum atau kata kerja; kata ini menunjukkan suatu tindakan atau yang terkena tindakan. Jenis kata ini mempunyai bentuk-bentuk tense dan mood, yaitu sesuatu yang bisa mengungkapkan perasaan tetapi tidak mengalami infleksi untuk kasus.

3. Participium atau participle, yaitu suatu kelas kata kata-kata yang secara deriasional mengacu kepada kata kerja, mempunyai sifat yang sama untuk kata kerja maupun kata benda, tetapi tidak dapat dikategorikan ke dalam salah satu kata tersebut.

4. Pronomen (pronoun) atau dikenal sebagai kata ganti. Sifat kata ganti ialah kemampuannya untuk mengganti kedudukan nama diri atau kata ganti orang: pertama, kedua, atau ketiga, tunggal atau jamak.

5. Adverbium atau kata keterangan. Sifat kata keterangan ini ialah kenyataan bahwa ia dapat dipergunakan bersama-sama denga kata kerja, yang secara sintaksis dan semantis, merupakan bawahan kata kerja tersebut.

6. Prepositio atau preposisi. Sifat preposisi ini ialah kemampuannya dipergunakan sebagai kata yang terpisah yang diletakkan di muka kata-kata yang mengalami infleksi karena kasus dan di dalam komposisi seblum kata-kata yang mengalami atau tidak mengalami infleksi untuk kasus.

7. Interissctio atau interjecsi, yaitu suatu kelas kata-kata yang secara sintaksis tidak terikat oleh kata kerja, tetapi dapat menujukkan rasa atau keadaan jiwa.

8. Coniunctio atau conjungsi. Sifat kelompok kata ini ialah kemampuannya menghubungkan dua atau tiga anggota jenis kata yang lain secara sintaksis, dan menyatakan hubungan antara kata-kata itu.



2. KONTROVERSI LINGUISTIK

Perkembangan ilmu bahasa tidak bisa dilepaskan dari berbagai macam kontroversi yang mengikutinya. Kontroversi tersebut merupakan hal yang sangat alami/wajar terjadi dalam perkembangan keilmuan. Bahasa apapun di dunia ini senantiasa berkembang sesuai dengan perubahan peradaban dan kebudayaan. Perubahan-perubahan dari berbagai macam sisi ini memicu lahirnya beragam pendapat dengan kepentingan dan sudut pandang yang berbeda. Demikian pula yang terjadi dengan ilmu bahasa. Banyak sekali terjadi perbedaan pandangan terhadap analisis sebuah ilmu kebahasaan. Di antara kontroversi yang terjadi dalam kajian linguistik adalah sebagaimana diuraiakan dalam pembahasan ini.

Kontroversi linguistik sudah terjadi sejak zaman Yunani Kuno. Kontroversi dalam bidang linguistik ini terus berkembang sampai sekarang . Berbagai ragam kontroversi harus bisa menjadi tambahan khasanah keilmuan, bukan sekedar beradu argumentasi yang pada akhirnya hanya berujung pada dendam kesumat dan pengelompokan individu belaka. Dengan pembahasan ini akan dikupas berbagai kontroversi linguistik, diantaranya adalah phusis-thesis, analogi-anomali, empirisme-rasionalisme, strukturalisme-gramatika transformas generatif.

1. Phusis dan Thesis

Kontroversi antara kubu Phusis dan Thesis merupakan kontroversi bidang linguistik yang pertama, terjadi sekitar abad keenam sebelum Masehi. Kedua kubu ini mempertentangkan kaitan antara bahasa (kata) dengan alam. Kubu Phusis meyakini bahwa dalam sebuah bahasa terjadi hubungan erat antara kata-kata dengan alam. Kubu Phusis menyatakan beberapa argumentasi bahwa ada kaitan antara kata dengan alam. Pertama, adanya gejala onomatopoeia, yaitu gema suara alam. Menurut kubu ini onomatopoeia dipergunakan untuk memberikan nama konsep-konsep kebendaan yang ada di sekeliling manusia. Sebagai contoh adalah kata-kata di bawah ini.


B. INGGRIS      B.  NDONESIA          KETERANGAN

splash                percik                            suara gemercik air

pick                   petik                              suara petikan gitar

sway                 ayun                              suara ayunan_swaiis



Kedua, gejala asosiasi bunyi dengan sifat seseorang atau benda. Gejala ini merupakan perkembangan dari onomatopoeia. Sebagai contoh dari gejala ini adalah bunyi-bunyi /i/ (dalam bahasa Indonesia) diasosiasikan dengan kecantikan, kemungilan, atau kesucian. Perwujudan dari gejala ini adalah pada kata-kata melati, suci, murni, mungil, indah, dll. Gejala ketiga yang juga merupakan perkembangan dari onomatopoeia adalah asosiasi warna, lagu, dan perasaan. Perkembangan onomatopoeia jenis ini sangat bermanfaat dalam sistem pengaturan cahaya, warna kostum, lagu-lagu pengiring dalam pementasan seni, drama, dan tari.

Sementara itu kubu Thesis menyatakan bahwa tidak ada kaitan antara kata dan alam. Kubu Thesis menyampaikan contoh-contoh yang berdasarkan kaidah asosiasi ternyata tidak ada kaitannya sama sekali antara kata dengan alam. Nama-nama yang diberikan ternyata hanyalah merupakan konvensi antarsesama anggota masyarakat penutur suatu bahasa. Orang Inggris mengatakan branches of a tree, orang Indonesia menyebut cabang-cabang pohon, sementara orang Jawa mengatakan pangé wit? Hal ini tentunya juga terjadi dengan berbagai bahasa yang lain di belahan dunia ini. Hal ini menurut kubu Thesis sama sekali tidak mencerminkan adanya kaitan antara kata dengan alam, antara nama benda atau konsep dengan gema suara alam.


2. Analogi dan Anomali

Paham analogi dan paham anomali merupakan kontroversi kedua yang terjadi sekitar abad keempat sebelum Masehi. Kontroversi yang terjadi di antara kedua paham ini dapat dikatakan sangat tajam sehingga membawa pada perseteruan yang mengakibatkan pembatasan wilayah bagi kedua paham ini. Penganut paham Analogi berpusat di kota Alexandria, sedangkan para penganut paham Anomali lebih senang tinggal di kota Pergamum. Penganut paham Analogi meyakini bahwa bahasa itu tertata oleh suatu aturan yang pasti (laguange is governed). Contoh kata petinju, pelatih, pengajar, dan pengecat mengandung makna orang yang pekerjaannya sesuai dengan kata dasarnya, sehingga kata yang bentuknya sama dengan itu mempunyai makna dasar yang sama. Sementara itu penganut paham Anomali menganggap bahwa dalam bahasa tidak ada keteraturan yang pasti. Jika terdapat keteraturan, sebenarnya keteraturan itu hanya merupakan sebagian kecil dari ketidakteraturan tersebut. Bukti yang dicontohkan di atas tidak selamanya bermakna orang yang, tetapi bisa bermakna lain, misalnya penggali, penghapus, dan pembersih dapat bermakna orang atau alat. Pertentangan kedua paham ini sebenarnya merupakan kekuatan dari ilmu kebahasaan. Bagaimanpun paham analogi dan anomali, sudah barang tentu akan dapat menambah khasanah keilmuan terutamma dalam linguistik.

Kedua paham ini menyarankan agar kita mempelajari karya sastra (puisi, prosa, dan drama) para pengarang terkenal. Dalam hal ini para sastrawan harus memberikan contoh model penggunaan bahasa yang baik dan benar.

Bagaimanapun hebatnya pertentangan di antara penganut kedua paham ini, tetap tujuan akhirya adalah mempertahankan usaha meningkatkan penggunaan bahasa yang baik dan benar.


3. Empirisme dan Rasionalisme

Pada zaman Renaissance terdapat dua aliran yaitu Empirisme dan Rasionalisme. Penganut paham empirisme beranggapan bahwa manusia itu seperti kertas kosong (tabula rasa). Jiwa manusia akan kosong sebelum ada rangsangan yang lewat indera. Dalam belajar bahasa, manusia harus berinteraksi dengan lingkungannya. Bahasa harus dipelajari (learned) tidak semata-mata langsung dapat berbahasa. Hal ini bertentangan dengan paham rasionalisme. Kaum rasionalis percaya bahwa segala sesuatu itu pasti bias dirasionalkan, sehingga tidak mungkin terjadi sesuatu secara begitu saja. Menurut paham ini jiwa manusia tidak seperti kertas kosong, tetapi telah berbekal pemikiran-pemikiran yang logis. Dalam masalah bahasa penganut paham rasionalis beranggapan bahwa bahasa sudah ada dalam jiwa manusia sebagai pembawaan (innate).


4. Strukturalisme dan Gramatika Transformasi Generatif

Kontroversi keempat ini terjadi dalam abad kedua puluh, yaitu antara paham strukturalisme dengan para Cartesian Modern dengan paham Gramatika Transformasi Generatifnya. Konsep dasar kontroversi dari kedua paham ini terletak pada bagaimana sebuah bahasa disusun. Menurut paham strukturalisme, bahasa diibaratkan sebagaimana sebuah bangunan terdiri atas berbagai eleman penyusun, maka bahasa terdiri atas kalimat-kalimat yang berasal dari klausa-klausa; klausa-klausa tersebut dibangun dari frasa-frasa; frasa dibangun dari kata-kata; kata dibangun dari morfem-morfem; dan morfem dibangun dari fonem-fonem. Berdasarkan hal tersebut struktur gramatika yang diperkenalkan oleh paham ini terbatas pada gramatika struktur frasa (Phrase Structure Grammar). Untuk selanjutnya strukturalisme dalam linguistik selalu dihubungkan dengan Ferdinand de Saussure. Ferdinand de Saussure memperkenalkan gagasan-gagasan linguistik dengan diwarnai oleh berbagai macam dikotomi.

Sementara itu Chomsky salah satu dari kaum Cartesian Modern dengan paham Gramatika Transformasi Generatifnya menyatakan bahwa bahasa itu sangat rumit, tidak sesederhana sebagaimana yang dinyatakan oleh kaum strukturalis. Untuk mempelajari bahasa kita harus memisahkan sistem kognitif secara tersendiri, yaitu suatu system pengetahuan dan keyakinan yang berkembang sejak anak-anak, yang berinteraksi dengan factor-faktor lain untuk menentukan jenis perilaku kebahasaan (kompetensi). Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa menurut paham Gramatika Transformasi Generatif bahasa bukanlah learned melainkan innate.


5. Kontroversi Linguistik di Indonesia

Di Indonesia kontroversi linguistik terjadi antara kelompk yang percaya bahasa itu mempunyai fungsi transaksional dan kelompok yang percaya bahwa bahasa itu mempunyai fungsi interaksional. Fungsi transaksional dimaksudkan bahwa dalam suatu tindak komunikasi berbahasa yang dipentinkan adalah bagaimana agar daya pesan yang terkandung dalam suatu kalimat bias disampaikan dengan jelas tanpa salah. Pada fungsi ini lebih ditekankan bahasa tulisan. Sedangkan fungsi interaksional lebih mementingkan bahasa lisan. Fungsi interaksional adalah bahwa bahasa sekedar alat untuk berkomunikasi antaranggota sosial sehingga harus mempertahankan pentingnya hubungan sosial.

Pertentangan, perbedaan pendapat, ataupun sebuah kontroversi dalam hal ilmiah sudah barang tentu adalah hal yang sangat wajar terjadi. Kontroversi linguistik yang terjadi selama ini seharusnya menjadikan suatu tambahan khasanah keilmuan kita. Di kampus-kampus seperti Massachusetts Institut of Technologi (MIT), Harvard University, University of Illinois misalnya perbedaan pendapat dan kontroversi keilmuan diberi atmosfer akademik yang baik untuk menembangkan keilmuan masing-masing sehingga tercipta dinamika keilmuan yang sehat dan segar. Sementara itu di kampus-kampus kita hal seperti ini masih belum bisa tercipta dengan baik. Banyak yang belum membedakan bagaimana cara bernalar dari ketersinggunngan suatu kepentingan.

Menyikapi semua bentuk kontroversi di atas tampaknya kita harus benar-benar bisa berpikir secara lebih logis dengan nalar yang sehat. Sebagaimana diungkapkan oleh Abdul Wahab dalam Isu Linguistik Pengajaran Bahasa dan Sastra (2006) bahwa sebenarnya tidak perluterjadi pertentangan yang berlebihan antara satu dengan yang lain sebegaimana yang terjadi antara tatabahasan dan analis wacana.Mereka tidak perlu bertengkar sebab apa yang dituduhkan oleh para analis wacana tidak seluruhnya benar. Analis wacana tidak dapat mengabaikan sintaksis dan semantik sama sekali, karena analis wacana masih memerlukan analisis sintaksis dan semantik. Kontribusi sintaksis bagi analis wacana itu terutama terletak pada peranan hubungan klausa dalam suatu wacana. Hubungan klausa itu itu sangat membantu bentuk koherensi wcana yang tersusun dari komponen-komponen pikiran yang pada permulaan tidak logis.



3. DIKOTOMI MONGIN FERDINAND DE SAUSSURE

Aliran strukturalisme dalam linguistik dekat sekali dengan dikotomi-dikotomi yang disampaikan oleh Ferdinand de Saussure. Terdapat enam dikotomi yang dikemukakan oleh Ferdinand de Saussure, yaitu: diakronik-sinkronik, langue-parole, significant-signifie, mental-fisik, bentuk-substansi, dan hubungan paradigmatik-hubungan sintagmatik. Di bawah ini pembahasan lengkap keenam dikotomi tersebut.

1. Diakronik dan Sinkronik

Kata diakronik dan sinkronik berasal dari bahasa Yunani, diakronik berarti sepanjang waktu, sedangkan sinkronik berarti bersama dalam satu waktu. Berdasarkan pengertian di atas jika dihubungkan dengan studi tentang kebahasaan, diakronik dapat diartikan belajar bahasa dari waktu ke waktu, sedangkan sinkronik dapat diartikan studi kebahasaan untuk waktu yang bersamaan. Simpulan yang diberikan oleh Ferdinand de Saussure adalah bahwa bahasa itu bias dilacak dari waktu ke waktu dan dipelajari untuk jangka waktu tertentu.

2. Langue dan Parole

Langue merupakan sistem bahasa dalam konteks sosial. Interaksi antaranggota elemen masyarakat atau lembaga sosial merupakan bagian dari fungsi bahasa. Dalam langue terjadi interaksi antara individu yang satu dengan individu yang lain dalam konteks sosial kemayarakatan. Sedangkan parole atau tindak berbicara cenderung bersifat kolektif dan individual. Parole bersifat kolektif jika mejadi milik makhluk sosial, tetapi bersifat individual jika mejadi individu. Dapat disimpulkan bahwa dalam sebuah langue bisa terdapat berbagai macam parole sesuai dengan jenis interaksi yang terjadi di dalamnya.

3. Signifiant dan Signifie

Signifiant adalah bentuk bahasa yang terkandung dalam sekumpulan fonem yang merupakan perwujudan akustik suatu bahasa. Signifiant merupakan wujud dasar sistem fonologi suatu bahasa. Sdangkan signifie merupakan kandungan mental atau citra mental suatu bahasa atau makna yang terkandung dalam bahasa.

4. Mental dan fisik

Berdasarkan tinjauan mental bahasa merupakan suat toatalitas pikiran dalam jiwa manusia. Sedangkan secara fisik bahasa adalah getaran udara yang terjadi melalui alat artikulasi manusia. Kondisi fisik dan mental seseorang senantiasa menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, maka dapat dipastikan jika bahasa pada dasarnya merupakan pertemuan antara totalitas pikiran dalam jiwa dan getaran yang dibuat menusia melalui alat-alat bicaranya.

5. Bentuk dan Substansi

Bentuk merupakan semacam sistem posisi dalam linguistik. Menurut Ferdinand de Saussure yang lebih penting dalam linguitsik adlah bentuk bukan substansi. Mengapa demikian? Karena nilai sebuah satuan linguistik benar-benar ditentukan oleh posisinya bukan substansinya. Satu unit saja yang berubah dalam sebuah bentukan, maka akan mengubah nilai atau makna satuan lainnya. Sebagai gambaran contoh adalah kalimat Ibu membeli seekor ayam kampung, ketika terjadi perubahan letak atau posisi unsur-unsurnya maka akan terjadi pergeseran makna yang cukup dramatik. Misalnya, pertukaran posisi subjek dan objek menjadikan kalimat Seekor ayam kampung membeli Ibu. Berdasarkan hal tersebut dalam dikotomi ini dinyatakan bahwa bentuk lebih penting daripada substansi dalam ilmu kebahasaan atau linguistik.

6. Hubungan Paradigmatik dan Hubungan Sintagmatik

Hubungan paradigmatik yang dimaksud dalam dikotomi ini adalah hubungan derivatif atau inflektif serangkaian bentuk jadian dengan bentuk dasar dari unit bahasa, sedangkan hubungan sintagmatik merupakan hubungan yang diperoleh jika satuan-satuan diletakkan bersama dalam satu tindak tutur atau tindak bicara. Sebagai suatu contoh hubungan paradigmatif adalah pembentukan kata berimbuhan, sedangkan contoh hubungan sintagmatik adalah jika sebuah kata atau kata jadian diletakkan dalam sebuah struktur kalimat.

Hubungan Paradigmatik :

me-N+sapu menyapu

me-N +cuci mencuci

me-N+suci menyuci

Hubungan Sintagmatik:

Ibu mencuci semua pakaian adik yang kotor itu.

Mereka berusaha menyucikan lantai masjid di daerah itu.



4. STRUKTUR SINTAKSIS

Sintaksis adalah kajian atau aspek linguistik tentang prinsip, proses, prosedur, membentuk frasa, klausa, dan kalimat. Berbeda dengan tata bahasa (grammar). Sedangkan gramatika ialah seperangkat kaidah yang jumlahnya terbatas yang dapat dipakai untuk membentuk kalimat yang tak terbatas jumlahnya. Beberapa aliran sintaksis yang dapat dikenal adalah aliran tradisional dan aliran strukturalisme. Struktur sintaksis merupakan kajian dari aliran strukturalisme. Sebelum mengupas berbagai struktur sintaksis, dalam pembahasan ini akan diuraikan terlebih dahulu dua jenis aliran di atas, yaitu aliran tradisional dan strukturalisme.

Aliran Tradisional

Aliran tradisional ini bersifat preskriptif bukan deskriptif. Yang dimaksud dengan preskriptif adalah memberikan resep sintaksis dari bahasa Yunani. Resep dari bahasa Yunani dan Romawi ini dipandang tidak cocok untuk mendiagnosis berbagai macam bahasa yang lain, seperti bahasa Indonesia, Inggris, atau bahasa Jawa sekalipun. Analisis secara preskriptif mengharuskan analisis bahasa seperti seharusnya. Sedangkan analisis deskriptif melakukan analisis bahasa secara apa adanya.

Contoh:

a. Kategori kata dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris berbeda. Sebagai misal kata ‘mati’ dalam bahasa Indonesia merupakan kata sifat, sedangkan dalam bahasa Inggris merupakan kata kerja.

b. Bahasa Indonesia: “Hujan”

Bahasa Inggris : “It is raining” bukan sekedar “rain”

c. Bahasa Inggris : “Go away”

Bahasa Jawa : “Lungaa!” (ngoko)

“Sampeyan kesah!” (kromo)

“Katuran tindak!” (kromo inggil)

Aliran Strukturalisme

Aliran ini dipelopori oleh Frans Boas, ia tidak mau mempelajari bahasa-bahasa Eropa karena dianggab bahwa bahasa-bahasa Eropa telah terkontaminasi oleh resep bahasa Yunani dan Romawi. Beberapa temuan Frans Boas dalam bidang linguistik adalah: (a) masing-masing bahasa mempunyai komunikan sendiri-sendiri, (b) tidak ada satu bahasa pun di dunia ini yang lebih lengkap, indah, sempurna dari bahasa lainnya, (c) masing-masing bahasa itu lengkap, indah, sempurna, dan terhormat bagi penutur aslinya. Pendekatan yang dipelopori oleh Frans Boas merupakan strukturalisme yang deskriptif artinya menganalisis bahasa sebagaimana apa adanya.

Dalam pendekatan strukturalis dikenal empat struktur sintaksis (four syntactic structures), yaitu struktur modifikasi, struktur predikat, struktur komplementasi, dan struktur koordinasi.

1. Struktur Modifikasi (Structure of Modification)

Setiap bahasa mempunyai struktur modifikasi yang berbeda. Susunan unsur-unsur penyusun sebuah frase antara bahasa yang satu dengan bahasa yang lain mempunyai perbedaan. Dalam struktur modifikasi ditentukan bahwa sebuah susunan kata yang berupa frasa mempunyai elemen dan symbol sebagaimana di bawah ini.

a. Unsur/Elements : Head Modifier

Inti Penjelas

D M

b. Lambang/Symbol : or

(bergantung pada posisi yang menerangkan dan posisi yang diterangkan)



c. Contoh : a beautiful girl

lampu pijar
sangat cantik

2. Struktur Predikat (Structure of Predication)

Strutur predikat adalah susunan kata-kata dalam bahasa yang memberikan penekanan pada unsur predikat. Elemen dan symbol yang dipergunakan adalah sebagaimana tertera di bawah ini.

a. Unsur/Elements : subject dan predicate

topic dan comment

onoma dan rema

subjek dan predikat

b. Lambang/Symbol : p or q

c. Contoh : Uang p belanja
Habislah q harapan mereka.

PENELITIAN KUANTITATIF

PENELITIAN KUANTITATIF


Dirumuskan kembali oleh: Agus Harianto, S.Pd.,M.Pd.


Pendahuluan

1. Pengertian Penelitian

Penelitian akan dilakukan jika terdapat suatu hal yang menyimpang dari suatu aturan atau norma yang berlaku secara umum. Penyimpangan tersebut menjadi sebuah stimulus untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada objek yang mengalami perbedaan dari garis atau alur ketentuan norma. Berdasarkan peristiwa itu akhirnya dilakukan proses pengumpulan bahan dan data tentang objek, menganalisis data tersebut dan pada akhirnya menarik simpulan tentang kondisi objek berdasarkan data tersebut. Proses pengumpulan data, menganalisis, dan menarik simpulan inilah yang merupakan penelitian.

2. Hasil-hasil Penelitian

Kegiatan penelitian dilakukan bukan karena tanpa sebab maupun latar belakang, oleh karena itu target penelitian sudah barang tentu berwujud hasil penelitian. Hasil penelitian tidak sekedar berupa paparan data atau uraian deskripsi tentang sebuah proses , tetapi harus merupakan sebuah konsep yang mengandung sebuah sistem atau formula atau formula. Konsep-konsep yang berasal dari generalisasi berbagai macam kasus/peristiwa merupakan hasil sebuah penelitian. Dengan demikian hasil penelitian bisa berwujud sebuah teori baru, pola, rumus, cara, dalil, system, atau penguatan teori. Mengapa harus demikian? Karena apapun yang terjadi di muka bumi ini tidak mungkin terjadi tanpa adanya sistem. Berangkat dari asumsi tersebut, maka hasil penelitian pun pasti akan/harus menghasilkan sebuah sistem atau pola yang lain.

3. Manfaat Penelitian

Penelitian diasumsikan mempunyai manfaat yang berharga. Dengan asumsi ini penelitian dikembangkan di setiap bidang disiplin ilmu, di steiap jenjang pendidikan tinggi. Bahkan di tingkat sekolah menengah pun, penelitian sederhana sudah diberikan. Tentu saja hal ini dilakukan dengan dasar-dasar yang benar dan akurat. Pada tingkat dasar dan menengah, dengan memanfaatkan konsep bahwa anak selalu ingin tahu, konsep pembelajaran telah diarahkan pada penemuan-penemuan (inkuiri) yang pada dasarnya merupakan sebuah penelitian. Proses pengembangan pengetahuan merupakan hierarki dengan posisi paling atas adalah peneliti. Peneliti berusaha menemukan konsep yang akan diklasifikasikan oleh seorang penulis. Hasil klasifikasi penulis inilah yang akan diaplikasikan oleh beberapa orang yang ada di lingkungan sekolah. Jadi terdapat hierarki peneliti, penulis, dan penerus konsep di sekolah.

Berdasarkan pemahaman tersebut sudah barang tentu penelitian merupakan suatu hal yang sangat penting perannya. Dengan demikian ketika kita melakukan penelitian akan sangat banyak manfaat yang dapat kita ambil. Dengan melakukan penelitian kita dapat meningkatkan peran kita menjadik lebih baik, tidak saja menjadi pemakai konsep tetapi juga menjadi pelaku penelitian. Untuk dapat menjadi seorang peneliti yang baik tentu saja kita harus mengetahui hasil-hasil penelitian. Kalau hasil penelitian kita pahami, diharapkan kita dapat menguasai dan mengembangkan system, serta melakukan system tersebut dengan baik.

Betapa pentingnya arti sebuah penelitian baik yang dilaksanakan secara terstruktur maupun tidak terstruktur. Penelitian kuantitatif dan kualitatif sudah barang tentu jelas manfaatnya. Dan penelitian tanpa rencana karena keingintahuan seseorang tentang suatu hal dalam kehidupan sehari-hari pun tidak bisa dikatakan tidak bermanfaat. Sehingga wajar jika materi penelitian ini diajarkan di setiap jenjang pendidikan, terutama pendidikan tinggi.



Rumusan Masalah dan Tujuan Penelitian

1. Masalah Penelitian

Dalam bidang penelitian masalah dianggap sebagai sebuah pertanyaan. Dari masalah inilah terjadi proses/kegiatan penelitian. Berdasarkan masalah itulah peneliti melakukan berbagai macam hal seperti menentukan tujuan, asumsi, hipotesis, pengumpulan data, sampai dengan pengumpulan data penarikan simpulan. Namun apakah sebenarnya yang ditanyakan dalam sebuah masalah penelitian? Hal yang ditanyakan dalam masalaha penelitian adalah sesuatu yang pada akhirnya akan menjadi hasil-hasil penelitian yaitu beripa system, pola, rumus, teori baru, penguatan teori, cara, dan dalil.

Bagaimanakah syarat-syarat masalah yang baik? Syarat-syarat yang baik dalam sebuah penelitian adalah meliputi beberapa hal yaitu: jangkauan kelogisan, dan memiliki variabel yang terukur. Contoh masalah yang dikatakan mempunyai ruang lingkup atau jangkauan kelogisan yang jelas adalah sebagimana tersebut di bawah ini.

Pengaruh Jenis Kelamin Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Progam Studi Bahasa Indonesia Universitas Islam Malangtahun Akademik 2005/2006

Sedangkan penelitian dengan judul “Hubungan Era Globalisasi dengan Peningkatan PendidikanNasional” mempunyai ruang lingkup yang sangat luas dan sulit terjangkau.

Berbicara tenntang variabel penelitian, pada dasarnya variabel adalah sesuatu yang bervariasi.Variabel yang baik adalah variabel yang jelas dan dapat diukur. Sebagai contoh adalah jenis kelamin. Jenis kelamin adalah variabel yang dapat diukur. Terdapat laki-laki dan perempuan sebagai ukuran dari variabel jenis kelamin. Tetapi laki-laki dan perempuan bukan variabel karena tidak ada ukuran untuk itu. Misalnya, tidaknya mungkin terdapat laki-laki dengan ukuran sangat laki-laki, cukup laki-laki, atau bahkan kurang laki-laki, demikian pula pada kata perempuan. Kata kecantikan juga bukan merupakan sebuah variabel karena bersifat sangat relative. Jadi sebuah variabel yang baik harus terukur dan tidak bersifat relatif.

Antara variabel yang satu dengan variabel yang lain mempunyai hubungan. Hubungan antarvariabel dalam sebuah penelitian harus benar-benar jelas. Seorang peneliti harus melihat hubungan yang tergambar dalam rumusan masalah. Hubungan antarvariabel dalam masalah penelitian dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu hubungan kausal dan hubungan korelasional.

Ciri-ciri hubungan kausal:
1. terjadi antara dua kelompok,
2. mempergunakan kata “pengaruh”,
3. bersifat discreet, dan
4. terdapat penyebaban di dalamnya.

Contoh: Apakah pengaruh jenis kelamin terhadap prestasi?

Ciri-ciri hubungan korelasional:
1. terjadi dalam satu kelompok,
2. mempergunakan kata “hubungan” atau “korelasi”,
3. bersifat kontinyu, dan
4. semakin begini semakin begini.

Contoh: Apakah hubungan kemampuan membaca dan menulis?


Hubungan korelasional tidak bisa dikausalkan karena tidak berbicara tentang sebab akibat. Maka janngan mempergunakan “pengaruh” atau jangan mengukur “pengaruh” dalam hubungan tersebut. Sebagai contoh hubungan yang salah adalah:

1. Apakah kemampuan menulis yang tinggi berpengaruh untuk menghasilkan kemampuan membaca yang tinggi pula?
2. Apakah faktor usia berpengaruh pada prestasi?


2. Tujuan Penelitian

Jika sebuah masalah dirumuskan dalam bentuk pertanyaan, tujuan penelitian adalah bentuk pernyataan dari masalah. Dari rumusan masalah “Apakah pengaruh jenis kelamin terhadap prestasi?” dapat diubah menjadi tujuan penelitian “Penelitian ini bertujuan mengungkap pengaruh jenis kelamin dalam meraih prestasi”. Jadi antara rumusan masalah dan tujuan penelitian mempunyai inti yang sama, hanya redaksionalnya yang diubah sehingga tidak terjadi tumpang tindih bahasa.


Asumsi dan Hipotesis

1. Asumsi

Asumsi merupakan anggapan dasar yang dijadikan landasan/pijakan dalampenelitian. Sebuah asumsi harus mempunyai kebenaran aksioma, yaitu tidak diperlukan lagi proses pembuktian atau pembenaran. Berdasarkan asumsi inilah akan diturunkan berbagai alternative yang pada akhirnya harus dipilih untuk menjadi sebuah hipotesis. Pada masalah “Apakah jenis kelamin berpengaruh terhadap prestyasi?” bisa diambil asumsi bahwa jenis kelamin mempunyai pengaruh besar pada prestasi seseorang. Contoh lain sebuah asumsi adalah sebagaimana telah disampaikan di awal bahwa segala kejadian di muka bumi ini pasti bukan karena sebuah kebetulan melainkan sudah berdasarkan sebuah sistem.

2. Hipotesis

Hipotesis merupakan dugaan/prakiraan/jawaban sementara dari masalah. Penentuan hipotesis didasarkan pada asumsi yang dipergunakan. Hipotesis yang tidak mampu membedakan variabel merupakan hipotesis null. Pernyataan bahwa “tidak ada perbedaan pretasi antara mahasiswa laki-laki dan perempuan” merupakan hipotesis null, karena tidak membedakan variabel.

Tidak semua rumusan masalah mempunyai hipotesis. Hipotesis bisa terjadi dari masalah yang mempunyai dua variabel. Maka masalah yang terdiri atas satu variabel merupakan masalah yang tidak mempunyai hipotesis. Bagaimanakah hipotesis yang baik? Hipotesis yang baik adalah hipotesis yang bisa diuji.

Jenis-jenis hipotesis:
1. hipotesis theori,
2. hipotesis statistis, dan
3. hipotesis empiris

Hipotesis theori dan hipotesis statistik dipergunakan dalam penelitian kuantitatif, sedangkan hipotesis empiris dipergunakan dalam penelitian kualitatif. Dalam sebuah penelitian, hipotesis theori masih merupakan hipotesis yang belum bisa diuji sehingga harus diubah menjadi hipotesis statistik. Hipotesis statistik terdiri atas dua jenis hipotesis, yaitu hipotesis null dan hipotesis alternatif. Perhatikan contoh di bawah ini.

a. Masalah : Apakah pengaruh jenis kelamin terhadap prestasi?
b. Tujuan : Penelitian ini bertujuan mengungkap pengaruh jenis kelamin dalam meraih prestasi.
c. Asumsi : Jenis kelamin mempunyai pengaruh yang kuat pada prestasi seseorang.
d. Hipotesis :
Sebagaimana telah dijelaskan di atas, hipotesis dapat diambil dari salah satu alternatif yang muncul dari asumsi yang dipergunakan. Berdasarkan asumsi di atas bisa dimunculkan hipotesis sebagaimana tersebut di bawah ini.

d.1 Laki-laki mempunyai kemampuan yang lebih baik daripada perempuan dalam meraih prestasi (XL>XP).
d.2 Perempuan mempunyai kemampuan yang lebih baik daripada laki-laki dalam meraih prestasi (XP>XL).

Pada saat menganalisis data, kita harus mempunyai cukup bukti untuk menolak terjadinya hipotesis null karena tidak mampu membedakan variabel.

Hipotesis Theori : (XL>XP)

Hipotesis Null

XL=XP
XL-XP = 0

Pada gambaran di atas hipotesis theori menyatakan bahwa prestasi laki-laki lebih baik daripada prestasi perempuan. Namun ternyata tidak didapatkan cukup bukti untuk menolak terjadi hipotesis null. Jika distatistikkan XL= 80 dan XP = 76, sedangkan patokan norma pembedanya adalah 5, maka:

XL-XP = 80 - 76
= 4

Belum dapat dikatakan membedakan variabel, namun jika XL= 85 dan XP = 75, maka

XL-XP = 85 - 75

= 10

dapat dikatakan membedakan dan cukup bukti untuk menolak hipotesis null.


Hiptesis d.1 dan d.2 di atas merupakan hipotesis alternatif. Terdapat dua jenis hipotesis alternatif, yaitu satu alternatif dan dua alternatif.

Contoh hipotesis satu alternatif :

Seorang guru mengajar sudah lebih dari sepuluh tahun dengan mempergunakan metode A. Ketika dikenalkan metode B sebagai metode baru, maka akan muncul satu pertanyaan, apakah metode B lebih baik daripada metode A ? Jawaban bahwa metode B lebih baik daripada metode A merupakan hipotesis satu alternatif.

Contoh hipotesis dua alternatif :

Seorang guru yang baru saja akan mengajar dihadapkan pada pilihan untuk mempergunakan metode A atau metode B. Muncul dua pertanyaan, apakah metode A lebih baik daripada metode B, ataukah metode B lebih baik daripada metode A ? Dua jawabnan dari dua pertanyaan tersebut merupakan hiotesis dua alternatif.

ETIKA BERKOMUNIKASI SEBAGAI BENTUK PRAGMATIK BERBAHASA

ETIKA BERKOMUNIKASI SEBAGAI BENTUK PRAGMATIK BERBAHASA


Agus Harianto

Kemampuan seseorang dalam berkomunikasi merupakan suatu hal yang tidak bisa dipaksakan harus terjadi secara sempurna. Ketidaksempurnaan ini disebabkan oleh banyak sekali faktor. Di antara faktor-faktor penyebabnya adalah beragamnya profil kemampuan pragmatik yang dimiliki oleh komunikan dan komunikator. Salah komunikasi bisa terjadi karena berbagai faktor pragmatik tersebut. Ketika seseorang melakukan kesalahan dalam tindak komunikasi, maka dapat dipastikan akan terjadi berbagai macam interpretasi yang salah yang menimbulkan terputusnya komunikasi. Salah satu factor yang harus diperhatikan dalam tindak komunikasi adalah maksim sopan santun. Etika yang baik dianalisis bisa membawa keberhasilan dalam komunikasi.

Kata Kunci: etika, komunikasi, pragmatik, bahasa, maksim, sopan santun



Pendahuluan

Kemampuan pragmatik yang harus dikuasai oleh seorang yang menjalin komunikasi dapat dipilah sebagai berikut: (1) memiliki kemampuan komunikatif, (2) mampu menerapkan prinsip kerjasama, (3) memiliki pengetahuan berbahasa, dan (4) mampu menyusun retorika berbahasa. Ketika seseorang menguasai keempat kemampuan tersebut dan menerapkannya dalam sebuah tindak tutur, akan tercipta komunikasi yang berkualitas sebagaimana yang diharapkan. Tetapi tentu saja masih harus diperhatikan bahwa dalam tindak komunikasi lisan yang terjadi antara dua orang atau lebih penguasaan kemampuan pragmatik tersebut haruslah secara dua arah bukan hanya searah.

Dalam bahasan ini akan kita bahas tentang tingkatan keberhasilan tindak tutur seseorang yang tidak pernah memperhatikan hal-hal yang berhubungan dengan kemampuan pragmatik tersebut. Sebagai sebuah contoh masalah adalah ilustrasu di bawah ini.

Ilustrasi 1:

Seseorang yang senantiasa membuat lawan bicara tersinggung dan sakit hati ketika berkomunikasi. Kadang sulit dibedakan kalimat yang seharusnya dipergunakan untuk bergurau atau untuk mengungkapkan sesuatu yang sebenarnya sangat serius. Ironisnya justru ia tidak merasa kalau telah melakukan kesalahan besar dengan menyakiti hati lawan bicara. Jika dilakukan penelitian tentang opini publik, maka ia akan mendapat penilaian yang sangat jelek atau sama sekali tidak mendapatkan nilai.

Ilustrasi 2:

Seseorang berbicara dengan sangat lantang dengan tidak memperhatikan kondisi akustik ruang dengan ludah menyemprot deras ke arah lawan bicara atau sebaliknya bersuara terlalu lemah sehingga tidak bisa didengar oleh lawan bicara. Hal ini masih diperparah dengan kondisi seakan-akan pembicara benar-benar menguasai materi yang dibicarakannya, padahal pada kenyataannya yang terjadi hanyalah sekedar bualan. Opini publik mengatakan orang ini mempunyai kelainan psikologis yang patut dikasihani.

Jika dianalisis dari sisi psikologis, maka akan didapatkan bahwa kondisi psikologis orang yang bersangkutan benar-benar dalam keadaan sangat memprihatinkan. Tidak layak untuk mendapatkan apresiasi positif. Tetapi jika tinjauan didasarkan pada sisi pragmatik tampaknya akan didapatkan sesuatu yang cukup luar biasa.


Kemampuan Retorika dalam Tindak Tutur

Dalam sebuah tindak komunikasi kemampuan retorika merupakan hal yang benar-benar mutlak harus diperhatikan sehingga tidak menimbulkan hal-hal yang bersifat ambigu. Ambiguitas makna dalam komunikasi berdasarkan retorika bisa terjadi karena unsur gramatika, logika, etika, dan unsur retorika. Salah satu unsur retorika dalam tindak tutur yang harus diperhatikan adalah maksim sopan santun. Maksim sopan santun memberikan tuntunan kepada semua orang untuk bisa berkomunikasi dengan baik dan sempurna sebagaimana yang dikehendaki dalam tujuan interaksi. Maksim sopan santun berkenaan dengan hubungan antara dua orang yang melibatkan orang ketiga (yang hadir secara langsung atau tidak langsung dalam interaksi).

Sebagaimana diuraikan oleh Geoffrey Leech (1993) dalam Prinsip-Prinsip Pragmatik, maksim sopan santun cenderung berpasangan. Di antara yang termasuk ke dalam maksimn sopan santun adalah maksim kearifan, maksim kedermawanan, maksim pujian, maksim kerendahan hati, maksim kesepakatan, dan maksim simpati. Leech (1993: 206-207) memberikan contoh dan batasan-batasan untuk maksim-maksim sopan santun sebagaimana terurai di bawah ini:

a. Karifan : Buatlah kerugian orang lain sekecil mungkin, dan buatlah keuntungan orang lain sebesar mungkin.
b. Kedermawanan : Buatlah keuntungan diri sendiri sekecil mungkin, dan buatlah kerugian diri sendiri sebesar mungkin.
c. Pujian : Kecamlah orang lain sesedikit mungkin, dan pujilah orang lain sebanyak mungkin.
d. Kerendahan Hati : Pujilah diri sendiri sesedikit mungkin, dan kecamlah diri sendiri sebanyak mungkin.
e. Kesepakatan : Usahakan agar ketaksepakatan antara diri dan orang lain terjadi sesedikit mungkin, dan  usahakan agar kesepakatan antara diri dan lain terjadi sebanyak mungkin.
f. Simpati : Kurangilah rasa antipati antara diri dengan lain hingga sekecil mungkin, dan tingkatkan rasa simpati sebanyak-banyaknya antara diri dan lain.

Berdasarkan uraian tersebut maka dikatakan bahwa tindak komunkasi yang telah terjadi berdasarkan ilustrasi 1 di atas jelas-jelas menyimpang dari maksim sopan santun. Dalam ilustrasi 1 tampak sekali bahwa maksim kerendahan hati dan maksim pujian telah dengan sangat sengaja ditinggalkan. Ketika salah satu dari keenam maksim di atas telah diabaikan maka sebenarnya telah terabaikan pula keenam maksim sopan santun tersebut. Pada akhirnya tanpa berpikir dengan logika yang berlebihan pun kita dapat menyatakan bahwa orang yang melakukan tindak tutur dalam ilustrasi 1 tersebut benar-benar acuh dan tidak pernah memperhatikan kepentingan orang lain. Maksim kerendahan hati telah diingkari dengan hanya memperhatikan kepentingan diri sendiri, mengecam orang lain, dan senantiasa membenarkan diri sendiri.

Sementara itu pada ilustrasi 2 tampak sekali adanya pengingkaran terhadap maksim kearifan. Seseorang yang senantiasa berpikir dan bertindak dengan penuh kearifan akan berbicara dengan mempertimbangkan bagaimana orang lain mendapatkan keuntungan bukan kerugian dari tindak tutur yang terjadi bersamanya. Ketika lawan bicara merasa sangat terganggu dan merasa tidak nyaman dalam proses komunikasi maka sebenarnya telah terjadi pengingkaran secara sepihak terhadap maksim kearifan. Terjadinya pengingkaran ini bisa disebabkan karena faktor gramatika yang meliputi fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Dalam kasus seperti pada ilustrasi 2 di atas unsur fonologis tampak nya menjadikan faktor utama penyebab terjadinya kasus tersebut. Hal tersebut sebenarnya tidak perlu terjadi jika pelaku mempergunakan kaidah fonologis dengan kesadaran bahwa tatabunyi bahasa merupakan hal mutlak yang harus diutamakan dalam komunikasi lisan. Ketika pembicara menaikkan nada lebih tinggi atau secara monoton menggunakan nada yang relatif tinggi dan parau maka sudah terjadi interferensi terhadap makna dan etika sopan santun. Aspek fonologi dalam kasus ini berpengaruh terhadap interaksi sebagaimana dikonsepkan oleh (Leech, 1993:19) “... aspek-aspek fonologi yang berhubungan dengan pragmatik (misalnya menaikkan nada kalimat) untuk menunjukkan sopan santun berinteraksi langsung dengan pragmatik…”.

Dalam tindak komunikasi,penguasaan terhadap unsur-unsur retorika berbahasa memang sangat diperlukan. Ketika unsur-unsur retorika tersebut bisa dipahami dan dipergunakan dalam tindak tutur, dipastikan akan terjadi proses komunikasi yang baik sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Kemampuan retorika yang menjadikan semua tindak komunikasi berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan tidak bisa dilepaskan kaitannya dengan aspek-aspek metalinguistik sopan santun.

"Sopan santun tidak hanya terungkap dalam isi percakapan, tetapi juga dalam cara percakapan dikendalikan dan dipola oleh para pemeran sertanya. Misalnya, dalam percakapan, perilaku tertentu mengandung implikasi-implikasi tidak sopan, seperti berbicara pada saat yang keliru (menyela) atau diam pada saat yang keliru. Karena itu bila kita menuturkan sesuatu, kita kadang-kadang merasa perlu untuk menyebut tindak ujar yang sedang kita lakukan atau yang dilakukan oleh pemeran serta yang lain, supaya kita dapat memohon suatu jawaban, meminta izin untuk berbicara, meminta maaf atas kata-kata, dan sebagainya" (Leech, 1993: 219).

Konsep di atas tampaknya memang sudah menjadi sebuah fenomena sosial yang telah membudaya pada masyarakat kita (Indonesia), bahwa budaya mendengar kita tertinggal sangat jauh jika dibandingkan dengan bangsa Amerika. Maka ketika sering terjadi interupsi atau pemotongan terhadap pembicaraan seseorang sudah menjadi sesuatu yang sangat wajar. Bahkan hal tersebut pun juga terjadi juga di forum-forum ilmiah dan forum-forum kenegaraan. Karena merasa bahwa dirinyalah yang paling benar, dengan penuh ambisi dan anarkis sekali seseorang memotong atau menyela seorang yang sedang berbicara. Kedudukan moderator sebagai seorang pemandu diskusi kadang tidak dipedulikan lagi. Inilah fenomena yang terjadi di negeri ini yang lebih mengedepankan kemampuan berbicara daripada kemampuan mendengarkan orang lain. Hal ini pulalah yang telah memicu dengan terjadinya perlombaan besar-besaran untuk menjadikan diri sebagai orang hebat yang duduk di kursi legislatif.

Mengapa seseorang bertutur dengan penuh antusias dan merasa bahwa dirinyalah yang paling benar? Kejadian ini jelas tidak bisa dilepaskan dari bagaimana seseorang mempergunakan kemampuan gramatika, logika, etika, dan retorika berbahasa. Unsur etika dan retorika inilah yang sangat berperan dalam masalah ini. Jika seseorang memperhatikan apakah yang telah ia bicarakan memenuhi unsur kesantunan, keberterimaan, dan kesesuaian, maka dipastikan unsur retorika yang meliputi gagasan, komposisi, dan bahasa akan secara otomatis mendukung pencapaian tujuan komunikasi. Bagaimana mungkin gagasan yang telah dirancang dengan komposisi dan bahasa yang baik bisa diterima oleh pendengar atau lawan bicara jika kita menyampaikan tanpa memperhatikan unsur-unsur etika di atas?

Masalah yang senantiasa kita hadapi dalam tindak komunikasi adalah tidak adanya pola kerja sama yang baik antara pembicara dan pendengar. Komunikasi satu arah lebih sering terjadi darripada komunikasi dua arah yang lebih interaktif. Pada tataran komunikasi satu arah hanya terjadi perpindahan informasi tanpa ada tanggapan atau masukan baru bagi kita. Sedangkan pada tataran komunikasi dua arah tidak sekedar terjadi perpindahan informasi, tetapi juga terjadi pertukaran informasi yang memungkinkan terjadinya proses stimulus respon dalam bentuk tanggapan. Pada ilustrasi 2 di atas bisa saja terjadi dominasi komunikasi satu arah karena pembicara seakan-akan menguasai semua materi pembicaraan sehingga ingin menguasai proses komunkasi. Dalam kondisi seperti ini tidak terdapat penerapan prinsip kerjasama sebagaimana diungkap pada bagian awal tulisan ini. Pendengar hanya dianggap sebagai seseorang yang hanya patut untuk menerima sesuatu tanpa melihat sisi lain bahwa pendengar juga mempunyai hak dan mampu menyampaikan sesuatu. Hal ini merupakan salah satu bentuk bentuk hambatan dalam tindak tutur yang interaktif.

Lantas seperti apakah model komunikasi yang benar-benar mendasarkan penggunaan etika sebagai wujud pragmatik berbahasa? Jawaban paling sederhana adalah ketika kita mencoba untuk mengerti apa yang dikehendaki oleh orang lain sebagai lawan bicara. Untuk bisa mengerti apa yang sebenarnya dikehendaki lawan bicara kita bisa mempergunakan keenam dari maksim-maksim sopan santun, yaitu maksim kearifan, maksim kedermawanan, maksim pujian, maksim kerendahan hati, maksim kesepakatan, dan maksim simpati.

Kemampuan Berpragmatik Menunjukkan Kualitas

Selama ini terjadi pemahaman yang salah tentang bagaimana menafsirkan pengertian pragmatik. Pragmatik dianggap hanya sebagai salah satu kemampuan atau keterampilan berbahasa. Ketika sudah terjadi pergeseran pemahaman dan pengetahuan linguistik, pada akhirnya kita menyadari betapa luasnya kajian pragmatik. Pragmatik menjadi salah satu master kelimuan dalam ketatabahasaan. Kemampuan berkomunikasi dalam segala macam bentuk dan sifatnya tidak bisa dilepaskan dari kajian pragmatik. Sebagai dasar dalam tindak komunikasi maka sudah seharusnya pengetahuan tentang pragmatik dan kemampuan berpragmatik menjadi bagian dari keilmuan atau pengetahuan semua orang terutama yang berprofesi terkait dengan penyampaian informasi kepada khalayak, seperi dosen, guru, dokter, resepsionis sebuah hotel, dan lain-lain.

Beberapa masalah yang terjadi dalam eraglobal adalah rendahnya kualitas komunikasi yang menyebabkan terhambatnya perkembangan dan transfer keilmuan dan pengetahuan. Hal ini tentunya harus segera mendapat perhatian serius dari semua orang terutama para pakar komunikasi. Tentu saja penguasaan bahasa asing bukan satu-satunya penentu keberhasilan dalam ereglobal ini. Bagaimana teknik berkomunikasi yang benar, dengan retorika yang tepat, dan memperhatikan prinsip-prinsip pragmatik berbahasa inilah yang menjadi dasar utama terbentuknya kualitas komunikasi yang diharapkan.

Dalam keseharian kita sering bertutur kata dengan tidak memperhatikan ketepatan dan kebenaran tatabahasa yang kita pergunakan. Kadang terjadi kesalahan pemahaman terhadap sebuah konsep yang sering dipergunakan. Tetapi kesalahan pemahaman tersebut seakan tidak menjadikan sesuatu yang dianggap sebagai sebuah kesalahan. Hal ini sudah dianggap sebagai sebuah kewajaran yang tidak perlu diperdebatkan. Sebagai contoh adalah pemahaman terhadap konsep semantik dan sintaksis yang senantiasa menimbulkan kesalahan penafsiran makna (ambiguitas makna). Salah konsep ini sudah berkembang menjadi salah kaprah berbahasa yang diangap benar secara awam yang berdampak terhadap melemahnya kualitas komunikasi.

Ilustrasi 3:

Seseorang yang senantiasa berbicara dengan memberikan penekanan yang berulang-ulang pada bagian yang dianggap penting. Penekanan tersebut dilakukan dengan jalan memakai gaya bahasa perulangan baik yang bersifat anafora, repetisi, maupun paralelisme. Keyakinan akan kebenaran konsep yang disampaikannya dengan gaya bahasa perulangan seakan menyiratkan bahwa konsep dirinyalah yang paling tepat. Secara logika memang dapat dikatakan bahwa konsep yang disampaikannya benar, tetapi jika ditinjau dari sudut pandang yang sedikit saja berbeda sebenarnya konsep tersebut belum menunjukkan adanya kajian ilmiah yang dapat dikatakan valid.


Ilustrasi 3 di atas menunjukkan betapa penguasaan terhadap prinsip-prinsip pragmatik berbahasa yang lemah. Apakah tujuan komunikasi akan tercapai? Yang jelas dengan tingginya frekuensi gaya bahasa perulangan ini justru akan melemahkan kualitas komunikasi karena kejenuhan dan kebosanan yang dialami lawan bicara. Lawan bicara atau orang lain tidak didudukan sebagai orang yang harus dipuji dan diuntungkan tetapi justru mendudukan orang lain sebagai orang yang tidak mengerti tentang sesuatu hal. Ini berarti prinsip keindak ujaran arifan dan prinsip pujian masih belum diperankan sebagimana mestinya.

Semua hal di atas tentu saja tidak bisa dilepaskan dari kaidah atau maksim sopan santun atau tatakrama berbahasa. Hal ini terkait dengan pendapat yang disampaikan oleh Leech di atas. Di sisi lain Tarigan (1987: 89-90) meyatakan berdasarkan pengalaman sehari-hari kita mengetahui bahwa kesopansantunan bisa diwujudkan bukan hanya dalam isi percakapan, melainkan juga dalam cara mengelola percakapan serta strukturnya. Sebagai contoh adalah perilaku percakapan seperti berbicara pada saat yang salah (menginterupsi, menyela) atau diam tidak pada waktunya mempunyai implikasi-implikasi yang tidak sopan. Sebagai akibat kadang-kadang diperlukan acuan berupa keikutsertaan semua lawan bicara.

Pada akhirnya kita sampai pada sebuah simpulan bahwa metalinguistik perlu kita pergunakan sebagai penyiasatan dalam tindak komunikasi agar tercipta suatu bentuk komunikasi yang sebagimana diharapkan. Dengan mempergunakan metaliguistik sebagaimana yang dimaksud sangat dimungkinkan fleksibilitas akan menghasilkan suatu bentuk kebahasan yang lebih baik dan lebih bisa nwujudkan tujuan komunikasi.



KEPUSTAKAAN
Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip-Prinsi Pragmatik. Jakarta: Universitas Indonesia.
Tarigan, Henry Guntur. 1987. Pengajaran Pragmatik. Bandung: Angkasa

Sabtu, 17 Oktober 2009

Proses Kreatif dan Gaya Penceritaan dalam Sastra Indonesia

Sastrawan dan Proses Kreatif
Sebagaimana layaknya sebuah cipta sastra baik yang berupa novel, cerpen, drama, maupun puisi, kreativitas merupakan hal penting yang tidak bisa tinggalkan. Semua karya sastra merupakan wujud dari kreativitas pengarangnya. Tidak mungkin terjadi proses penciptaan karya tanpa didasari oleh kreativitas. Dalam hal penciptaan karya sastra, kreativitas seni merupakan faktor utama pemicu proses tersebut.
Munculnya karya sastra di samping hal-hal yang bersifat eksata/ilmiah merupakan penyeimbang yang sangat diperlukan dalam kehidupan modern. Tidak bisa dipungkiri bahwa saat-saat tertentu kita memerlukan selingan berupa penyegaran dari hal-hal mekanis, ilmiah, matematis, dan segala macam hal yang selalu membuat kita terfluktuasi. Ketika otak kita dipenuhi oleh hal-hal tersebut di atas, maka daya kerja dan intensitasnya akan menurun secara drastis. Pada saat yang demikian diperlukan hal-hal yang bisa memberikan rasa segar. Penyegar yang bisa menjadi salah satu alternatif adalah karya seni, dalam hal ini adalah karya sastra.
(selengkapnya silakan download pada artikel)

Sabtu, 03 Oktober 2009

POLEMIK BUDAYA DAN BAHASA

Polemik kebudayaan yang sedang melanda negara kita pada dasarnya merupakan sebuah titik balik dari ketidakpedulian kita terhadap hak milik kita sendiri. Ketika bangsa lain mulai mengklaim apa yang menjadi hak milik bangsa kita, kemarahan meledak-ledak seakan-akan kita sudah benar-benar mempunyai kepedulian dalam merawat dan melestarikan apa yang memang menjadi hak milik kita. Secara langsung atau tidak langsung bangsa kita sudah mulai terjajah kembali dengan cara yang justru lebih modern oleh bangsa lain. Hal ini benar-benar tidak sadari sebagai bangsa yang berbudaya dan senantiasa terus berkembang. Perkembangan keilmuan dan teknologi yang menyita perhatian kita menjadikan melemahnya perhatian terhadap hal-hal mendasar yang menjadi karakteristik kita sebagai bangsa yang besar dan berbudaya.
Pengakuan beberapa jenis budaya asli tananh air oleh bangsa asing baik yang dilakukan secara sengaja maupun tidak sengaja oleh lembaga pemerintahan asing telah menunjukkan dengan sangat jelas bagaimana wujud kepedulian kita terhadap kebudayaan dalam negeri yang sangat tinggi nilainya. Tari budaya Reog Ponorogo, tari Pendet budaya Bali, lagu-lagu daerah, kepulauan Indonesia, bahkan bahasa Indonesia pun sudah meulai menjadi incaran bangsa asing untuk diklaim sebagai milik mereka. Kalau hal ini tidak bisa kita hindari, maka bangsa kita akan kembali menjadi bangsa yang tidak mempunyai kebanggaan dan kepribadian sama sekali.
Langkah-langkah strategis yang bisa kita lakukan adalah dengan cara melestarikan, membudayakan, bahkan mempergunakan dengan penuh kebanggaan apa yang memang menjadi hak milik kita. Melestarikan dan membudayakan bisa kita lakukan terhadap karya budaya bangsa yang besar seperti lagu-lagu daerah dan tari tradisi bangsa. Mempergunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah yang telah ditetapkan merupakan cara kita untuk mempertahankan dan mengembangkan hak milik kita. Hal ini akan dapat menepis masuknya pengaruh budaya asing yang merusak nilai-nilai luhur budaya bangsa ini.
Menengok kembali sejarah bangsa yang terangkum dalam pergerakan pemuda secara nasional, salah satu tonggak perjuangan bangsa adalah Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Salah satu butir dalam tonggak perjuangan bangsa tersebut adalah penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Sebagai bahasa nasional maka bahasa Indonesia berfungsi sebagai wadah kebudayaan nasional Indonesia. Mempergunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dengan rasa kebanggaan merupakan wujud nasionalisme yang tinggi. Masalahnya berapa banyak dari bangsa kita yang merasa bangga dengan bahasa Indonesia? Kita memang harus mempelajari bahasa asing seperti bahasa Inggris dengan kesungguhan agar bisa mengikuti perkembangan teknologi dan keilmuan sehingga tidak menjadi bangsa yang tertinggal. Tetapi harus kita tetapkan dalam benak kita bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa utama kita.

Minggu, 30 Agustus 2009

Gaya Penceritaan dalam Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata

ABSTRAK

Harianto, Agus. 2009. Gaya Penceritaan dalam Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata. Tesis, Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Program Pascasarjana, Universitas Islam Malang. Pembimbing: (I) Dr. Hj. Dyah Werdiningsih, M.Pd., (II) Dra. Mukaromah, M.Pd.

Kata-kata kunci: gaya penceritaan, novel, laskar pelangi, gaya bahasa, sudut pandang

Karya sastra merupakan perwujudan dan ekspresi pemikiran manusia yang mendeskripsikan kehidupan manusia dengan segala aspek kehidupannya. Perwujudan ekspresi pemikiran mansia tersebuta melalui tahapanyang cukup rumit yang disebut sebagai proses kreatif cipta sastra. Proses kreatif sastra merupakan salah satu hal penting yang menjadi bahan pemikiran ketika harus menganalisis sebuah karya sastra. Karya sastra berjenis puisi, prosa, dan drama merupakan hasil dari sebuah proses kreatif sastra. Suatu yang mustahil terjadi ketika tahap proses kreatif sastra terlampaui begitu saja dan tiba-tiba sudah terwujud sebuah hasil cipta sastra. Jika hal itu terjadi sudah bisa dipastikan bahwa karya sastra yang tercipta merupakan bentuk plagiat atau reproduksi dari sebuah karya sastra orang lain. Proses kreatif sastra bisa terwujud dengan benar jika melalui proses yang benar pula. Proses kreatif sastra bukan suatu hal yang sederhana, tetapi bukan suatu hal yang tidak bisa dilakukan. Bahkan orang yang awam dalam bidang sastra pun bisa melakukan sebuah proses kreatif sastra jika memang mau melakukannya.
Penelitian Gaya Penceritaan dalam Novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata, merupakan analisis terhadap model gaya bahasa yang dipergunakan pengarang dan bentuk sudut pandang pengarang yang dipergunakan oleh Andrea Hirata. Terdapat dua masalah utama yang menjadi fokus dan sekaligus merupakan tujuan utama dalam penelitian ini, (1) bagaimanakah sudut pandang pengarang dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata, dan (2) bagaimanakah gaya bahasa dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata.
Data penelitian ini merupakan deskripsi penggunaan sudut pendang pengarang yang terdapat dalam 34 bab dalam novel Laskar Pelangi dan frase, klausa, atau kalimat yang terindikasi merupakan model penggunaan gaya bahasa tertentu. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif, dan peneliti bertindak sebagai instrumen inti penelitian. Untuk menganalisis data, peneliti menggunakan metode analisis isi (contens analysis) melalui observasi teks yang dilakukan dengan langkah-langkah (1) pengumpulan data, (2) klasifikasi data, (3) merumuskan hasil, (4) interpretasi data, dan (5) membuat ikhtisar hasil klasifikasi.
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan data, diperoleh simpulan dalam novel Laskar Pelangi, Andrea Hirata mempergunakan sudut pandang campuran. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa walaupun secara umum dalam jumlah data paling banyak pengarang mempergunakan sudut pandang akuan, tetapi tetap terdapat sudut pandang diaan, yaitu diaan semestaan atau diaan serba tahu. Di samping itu juga perlu dicatat bahwa sudut pandang akuan yang dipergunakan pun ternyata terdiri atas berbagai wujud yaitu akuan sertaan dan akuan tak sertaan yang menggunakan tokoh aku (tunggal) dan kami (jamak).
Selanjutnya yang berhubungan dengan penggunaan gaya bahasa, dapat dikatakan pengarang mempunyai kepekaan rasa yang sangat tinggi dalam mempergunakan segala seluk beluk dan model-model gaya bahasa yang meliputi gaya bahasa perbandingan, pertentangan, pertautan, dan perulangan. Gaya bahasa perbandingan yang terdapat dalam novel ini meliputi gaya bahasa perumpamaan/simile, metafora, personifikasi, depersonifikasi, alegori, pleonasme, perifrasis, antisipasi/prolepsis, dan koreksio/epanortosis. Gaya bahasa pertentangan dalam novel ini meliputi hiperbola, ironi, oksimoron, zeugma, paradoks, klimaks, antiklimaks, inversi, sinisme, dan sarkasme. Gaya bahasa pertautan dalam novel Laskar Pelangi meliputi metonimia, sinekdoke, alusi, eufemisme, eponim, erotesis, paralelisme, ellipsis, gradasi, asindeton, dan polisindeton. Dan gaya bahasa perulangan dalam novel ini meliputi anafora dan mesodilopsis. Gaya bahasa yang mempunyai frekuensi tinggi dipergunakan oleh pengarang adalah gaya bahasa perbandingan terutama pada jenis gaya bahasa perumpamaan, metafora, dan personifikasi.
Implementasi pembelajaran apresiasi sastra dalam bentuk analisis gaya penceritaan dalam sebuah karya sastra prosa baik yang berwujud cerpen maupun novel memberikan pengetahuan kepada para siswa tentang penggunaan sudut pandang dan gaya bahasa yang dipergunakan pengarang dalam proses kreatifnya. Siswa diharapkan mampu membuat analisis terhadap model sudut pandang dan gaya bahasa yang dipergunakan pengarang dalam karya cerpen atau novel. Selanjutnya pembelajaran apresiasi sastra adalah membawa siswa untuk mampu menghasilan sebuah karya sastra prosa walaupun masih sangat sederhana. Dalam kaitannya dengan pembelajaran apresiasi terhadap gaya penceritaan pengarang, setidaknya siswa bisa menentukan model sudut pandang dan gaya bahasa apakah yang hendak dipergunakannya dalam cipta sastranya. Siswa diajak untuk mencoba menuliskan kembali pengalaman pribadinya menjadi sebuah cerita pendek yang bisa dipublikasikan.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan warna baru dalam pengembangan pembelajaran apresiasi sastra Indonesia di sekolah, khususnya gaya penceritaan dalam karya sastra prosa. Selain itu juga memperkaya wawasan kesastraan dalam bentuk kosa kata atau penggunaan ungkapan karena salah satu kelebihan dari novel Laskar Pelangi ditemukannya idiom-idiom yang merupakan bentuk penggunaan gaya bahasa unik dan menarik.

Rabu, 08 April 2009

DAMBA

Kawan, ketika meleleh keringat ini dari seluas hatiku
selamanya masih teringat kata dan syahdumu
betapa kau jauh dari haribaan
selamanya kau tak terlupakan

Kawan, ketika menjerit puluhan kata dalam sesalku
ketika itu kau lagukan ratusan maafmu
betapa kau tinggi di langit Tuhan
selamanya tiada sulit bagi dambaan

Kawan, suatu hari kucoba mengkhayalkan kata
kapan ada kebersamaan dalam suka
dalam hamparan dan luasan kabut sutra ungu
menyatukan serpihan perca mengalunkan lagu

Kawan, seperti kerasnya batu rapuh dengan malam
tiada jua kerasnya diri tanpa kelam
aku ada di antara batu-batu hitam
tiada celah mengintai indahnya kalam

Kawan, kalau boleh aku mencerca duka
tak lagi ada kata bisa kupilih
kalau damba tak lagi memihak hamba
serasa dendam tiada mempunyai dalih

Kawan, kini celah tinggal kemerlip dupa
tapi aku masih memeluk luka
biar nanti kupejamkan matahari
biar dupa menerangi hari

Kawan, boleh aku bertanya aka nada dan tiada
jika ada kau di antara semua ketiadaan
maka dupa menjadi matahari
maka malam pun menjadi hari

Kawan, aku masih mendamba.

Agus Harianto

Rabu, 11 Februari 2009

Soal Latihan Sastra Indonesia

Pilihlah satu jawaban yang tepat!


1. Air dalam bertambah dalam
Hujan di hulu belum lagi reda
Hati dendam bertambah dendam
Dendam dahulu belum lagi sembuh

Puisi di atas dapat dikategorikan ke dalam jenis ... .
A. gurindam D. soneta
B. pantun E. syair
C. pantun berkait

2. Bunga melur cempaka biru
Bunga rampai di dalam puan
Tujuh malam semalam rindu
Belum sampai padamu tuan

Bunga rampai di dalam puan
Ruku-ruku dari peringgit
Belum sampai padamu tuan
Rindu saya bukan sedikit.

Ciri-ciri bentuk puisi yang terdapat dalam puisi di atas adalah ... .
A. setiap bait terdiri atas empat baris; bersajak terus (a a a a); terdiri atas sampiran dan isi
B. setiap baris merupakan isi yang saling berkaitan dan membentuk sebuah rangkaian kisah
C. setiap bait dalam puisi tersebut mempunyai makna yang bertentangan; bersajak silang (a b a b)
D. bersajak silang (a b a b); baris kedua dan keempat pada bait pertama menjadi baris pertama dan ketiga pada bait kedua; terdiri atas sampiran dan isi
E. bersajak terus (a a a a); merupakan pantun berkait; terdiri atas sampiran dan isi

3. Di puncak gunung paling tinggi
Kurindukan dinding sempit rumahku
Latar lapang depan pintuku
Lubuk dalam tempatku mandi

Dipuncak gunung paling tinggi
Kukenangkan wajah bundaku seorang
Kumimpikan tangan terentang
Mengajak anaknya pulang

Topeng Cirebon
Karya: Ajib Rosidi

Berdasarkan bentuknya puisi di atas dapat dikategorikan ke dalam jenis ... .
A. distikon D. kuint
B. tersina E. sektet
C. kuatrain

4. Senyum ketawalah, Rita
ketawamu yang manis tanpa suara
seperti melati mekar di sejuk pagi
lembut fajar penuh cita
penuh cinta
mesra-
Rekahan mulut mungil itu
terkatup dan merangkum senyum
puisi kasih penyair pingitan
Senyum ketawalah, Upik
Wajah alam tambah manis tambah cantik
dan aku ria terlena
terendam cita
terendam cinta
mesra-
Pita Biru
Karya: S. Wakijan

Berdasarkan isinya puisi di atas dapat dikategorikan ke dalam jenis ... .
A. balada D. romans (romance)
B. epigram E. satire
C. idile (idylle)

5. Periodisasi Sastra Indonesia
A. Lama
1. Purba (... s.d. 1400)
2. Hindu (1400 s.d. 1600)
3. .... (1600 s.d. 1820)
B. Masa peralihan
Masa Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi (1820 s.d.1845)
C. Baru
1. Balai Pustaka (1918 s.d. 1930)
2. ...
3. Jepang (1942 s.d. 1945)
4. Angkatan 45 (1945 s.d. 1950)
5. Angkatan 50 (1950 s.d. 1966)
6. Angkatan 66 (1966 s.d. sekarang)

Masa pembabakan yang tepat untuk melengkapi periodisasi sastra Indonesia di atas adalah ... .
A. Hindu/Islam; Pujangga Baru D. Budha; Sastra Melayu Klasik
B. Islam; Pujangga Baru E. Hindu/Budha; Sastra Melyu Klasik
C. Islam; pra-Pujangga Baru

6. Periodisasi Sastra Indonesia menurut Zuber Usman
A. Kesusastraan Lama
B. Zaman Peralihan
C. Kesusastraan Baru:
1. Zaman Balai Pustaka (1908)
2. Zaman Pujangga Baru (1933)
3. Zaman Jepang (1942)
4. Zaman Angkatan 45 (1945)

Hal-hal yang dijadikan dasar dalam pembabakan di atas adalah ... .
A. masa, badan penerbit, dan tahun D. bahasa, agama, dan tahun
B. masa, bahasa, agama, dan tahun E. badan penerbit, agama,dan tahun
C. bahasa, badan penerbit, dan tahun

7. Senja itu sangat indah bagi Ramadan. Semburat warna kemerahan jatuh di atas dedaunan, sebagian cahaya jatuh di kolam renang mungil yang airnya bening, tidak jauh dari Ramadan berdiri. Namun pemandangan seperti itu bagi Ramadan masih kalah indah dibanding pemandangan yang ajaib dan mistis, perpaduan antara keindahan alam dengan kecantikan perempuan. Dari kamar kos di lantai dua, ramadan memperhatikan Rumanti yang mengitari kolam renang di taman kecil. Di taman samping rumahnya, ditanam berbagai pohon bunga yang sebagian tampak sedang berkembang. Rumanti memetik beberapa bunga mawar beserta tangkainya, dimasukkan ke dalam vas bunga dari porselin warna biru muda. Setelah beberapa tangkai mawar dipetik, Rumanti membersihkan ranting dan daun kering dari pohon bunga yang lain. Begitu tenang ia bekerja, setiap gerakan Rumanti tampak sanngat artistik dan menawan di mata Ramadan.

Perempuan Jogja
Karya: Achmad Munif

Aliran sastra yang tampak menonjol dalam penggalan novel di atas adalah ... .
A. naturalisme D. simbolisme
B. realisme E. surealisme
C. romantisme

8. ”Kau?”
”Ya. Ini aku!”
Seperti tersambar kilatan sinar merah kekuning-kuningan dari lampu bliz, akau tergagap menatap sorot matanya, keduanya,menyerbu mataku dengan kilatan-kilatan yang begitu cepat, berputar dan menyambar-nyambar seakan satu gulungan api di antara kobaran angin membadai. Bergolak-golak membuatku pusing dan terhuyung. Lalu aku tertidur atau pingsan. Aku memaksa diri untuk bangun atau siuman karena mengira akan tenggelam di sungai minyak kayu putih yang baunya memenuhi hidungku.
”Kau sudah sadar, Mila?”
”Haidar? Ada apa ini?”
Kulihat sekelilingku, begitu banyak orang sedang menontonku. Dan aku mencari-cari, ke mana mereka makhluk kecil bersepatu K-zoot sebelah itu.
”Ke mana mereka, Haidar?”
”Mereka? Mereka siapa?”
”Makhluk-makhluk bersepatu K-zoot sebelah.”
”Kau ini bicara apa, Mila?”
”Benar mereka hendak menjadikanku Marilyn Monroe. Jika mau, mereka akan menerbangkanku ke Hollywood.”
”Ia mengigau.” Seseorang membisiki orang di sebelahnya dan terus kalimat itu berputar.
”Ia mengigau.”
Atas Singgasana
Karya: Abidah El Khaliegy

Aliran sastra yang tampak menonjol dalam penggalan novel di atas adalah ... .
A. mistisisme D. romantisme
B. naturalisme E. surealisme
C. psikologisme

9. Kami harus selalu berkumpul di rumah setelah pulang sekolah. Kata ayah perempuan jangan suka berkeliaran, di rumah saja belajar memasak, menjahit, dan mengaji. Ayah benar-benar mendidik kami bagaimana harus menjadi perempuan seutuhnya yang kelak mampu melayani suami dengan baik. Jika hanya untuk hal itu, lalu untuk apa ayah membiarkan aku kuliah? Ijazah D3 itu harus puas dengan hanya terpajang begitu saja di ruang tamu. Mungkin agar orang-orang tahu bahwa putrinya bukan orang yang tidak berpendidikan dan oleh karena itu, laki-laki yang akan melamarnya haruslah laki-laki yang memilikipendidikan lebih tinggi dari itu atau minimal sama.
Terperuput
Karya: Atika Maya (Aksara, Maret 2006)
Aliran sastra yang terdapat dalam penggalan cerpen tersebut adalah ... .
A. determinisme D. psikologisme
B. mistisisme E. simbolisme
C. naturalisme

10. Karyamin menggeleng dan tersenyum. Saidah memperhatikan bibirnya yang membiru dan kedua telapak tanngannya yang pucat. Setelah dekat, Saidah mendengar suara keruyuk dari perut Karyamin.
”Makan, Min?”
”Tidak. Beri aku minum saja. Lenganmu sudah ciut seperti itu. Aku tak ingin menambah utang.”
”Iya, Min, iya. Tetapi kamu lapar, kan?”
Karyamin hanya tersenyum sambil menerima segelas air yang disodorkan oleh Saidah. Ada kehangatan menyapu kerongkongan Karyamin terus ke lambungnya.
”Makan, ya Min? Aku tak tahanmelihat orang lapar. Tak usah bayar dulu. Aku sabar menunggu tengkulak datang. Batumu juga belum dibayarnya, kan?

Senyum Karyamin
Karya: Ahmad Tohari

Aliran yang tampak menonjol dalam penggalan cerpen di atas adalah ... .
A. mistisisme-surealisme D. romantisme-determinisme
B. naturalisme-determinisme E. surealisme-psikologisme
C. realisme-determinisme

11. 1943
Racun berada di reguk pertama
Membusuk rabu terasa di dada
Tenggelam darah dalam nanah
Malam kelam membelam
Jalan kaku-lurus. Putus
Candu
Tumbang
Tanganku menadah patah
Luluh
Terbenam
Hilang
Lumpuh.
Lahir
Tegak
Berderai
Rubuh
Runtuh
... Chairil Anwar

Aliran yang terdapat penggalan puisi di atas adalah ... .
A. determinisme D. psikologisme
B. ekspresionisme E. simbolisme
C. naturalisme

12. Karangan Bunga

Tiga anak kecil
Dalam langkah malu-malu
Datang ke Salemba
Sore itu

’Ini dari kami bertiga
Pita hitam pada karangan bunga
Sebab kami ikut berduka
Bagi kakak yang ditembak mati
Siang tadi.’
Taufiq Ismail

Puisi di atas dapat dikatakan beraliran simbolisme, karena ... .
A. terdapat unsur-unsur satire yang ditunjukkan dengan protes dan kritik tajam kepada pemerintah
B. dalam puisi tersebut dipenuhi dengan kata-kata yang bersifat eufoni dan kakafoni
C. puisi tersebut mengungkapkan kebusukan dan kehancuran moral yang melanda generasi muda pada saat itu
D. dalam puisi tersebut dipenuhi dengan kata-kata yang merupakan perlambang untuk menyembunyikan maksud yang sebenarnya
E. terdapat unsur-unsur moral yang sengaja dimunculkan oleh penyair untuk mencapai tujuan penulisan

13. Pengarang berusaha melukiskan sesuatu menurut keadaan yang sebenarnya, yang dilihat, didengar. Tidak ditambah dan tidak lebih. Pengarang melukiskan kenyataan-kenyataan yang sebenarnya dari kehidupan sehari-hari tanpa menyertakan pendapat dan perasaan sendiri, dan ada kecenderungan pada hal-hal yang jorok dan mesum.

Berdasarkan ilustrasi di atas pengarang merupakan sosok yang beraliran ... .
A. determinisme D. psikologisme
B. ekspresionisme E. simbolisme
C. naturalisme

14. Penyair atau pengarang berusaha memfokuskan diri mereka pada hasil karya yang berpijak pada angan-angan, penuh perasaan menggelegak, jauh dari realita sehari-hari. Bahkan kadang tidak mungkin terjadi dalam kehidupan yang sebenarnya. Ada kecenderungan untuk menyampaikan perasaan cinta dan kasih sayang.

Berdasarkan ilustrasi di atas pengarang merupakan sosok yang beraliran ... .
A. determinisme D. romantisme
B. impresionisme E. simbolisme
C. psikologisme

15. Pernyataan:
1. Menyampaikan sesuatu secara apa adanya dengan menonjolkan sisi negatif.
2. Memberikan gambaran tentang keadaan yang sebenarnya tanpa ada unsur subjektivitas.
3. Menyajikan suatu keadaan yang berhubungan dengan paksaan nasib kehidupan, bencana alam, kemiskinan, dll.
4. Cenderung mengangkat alam pikiran bawah sadar manusia, sehingga seakan-akan penuh dengan suatu hal yang bersifat supranatural.
5. Terdapat hal-hal yang bersifat mistik (bukan ketuhanan) yang menjadi dasar pengembangan cerita.

Pernyataan yang sesuai dengan aliran surealisme adalah ... .
A. 1 dan 2 D. 4 dan 5
B. 1 dan 3 E. 5
C. 1, 2, dan 3

16. Menitik air mata anak sunatan itu ketika jarum bius yang pertama menusuk kulit yang segera akan dipotong. Lambat-lambat obat bius yang didesakkan dokter spesialis dari dalam tabung injeksi menggembung di sana. Dan anak sunatan itu menggigit bibir bawahnya, mencoba menahan sakit yang perih, sementara dagunya ditarik ke atas oleh pakciknya, agar ia tidak melihat kecekatan tangan dokter spesialis itu menukar-nukar alat bedah yang sudah begitu sering dipraktikkan. Kemudian kecemasan makin jelas tergores di wajah anak sunatan itu. Ia mulai gelisah.
Di sekeliling pembaringan─dalam cemas yang mendalam─satu rumpun keluarga anak sunatan itu terus menancapkan mata mereka ke arah yang sama; keseluruhannya tidak beda sebuah lingkaran di mana dokter dan anak leleki itu sebagai sumbu. Mereka semua masih bermata redup. Kelelahan semalam suntuk melayani tetamu yang membanjiri tiga teratak di depan rumah, belum hilang dalam masa sesingkat itu.
Panggilan Rasul
Karya: Hamzad Rangkuti

Nilai keunggulan yang terdapat dalam penggalan karya prosa di atas adalah ... .
A. kandungan moral yang sarat dengan nilai-nilai religi
B. nilai budaya daerah yang terdapat di suatu tempat
C. keindahan bahasa yang dipergunakan oleh pengarang untuk melukiskan suasana
D. keunggulan budaya yang penuh dengan nuansa mistik di suatu daerah tertentu
E. artistik-estetik serta orisinalitas dalam karya prosa tersebut

17. ”Ukuran miskin atau kaya seseorangitu tergantung dari mana kita melihatnya. Orang kaya kalau pelit, tidak bisa disebut kaya. Orang kaya kalau merasa hartanya kurang terus, apa bisa dibilang kaya? Sebaliknya orang miskin, kalau ia selalu bersyukur bisa dikatakan kaya!”
”Kalau benar begitu, kekagumanku sama kamu bertambah.”
”Mas, kembali pada pembicaraan kaya miskin tadi. Orang bilang saya kaya. Mungkin orang tuaku kaya, itu saya akui. Tapi saya sendiri punya apa sih? Mobil ini milik ayahku. Sebenarnya saya menolak ketika Romo menyuruh saya membawa mobil. Tetapi beliau bilang, mobil itu perlu untuk kuliah. Saya tidak bisa menolak. Sebagai sarana transportasi mobil itu memang penting. Harus kita akui itu. Tapi jangan Mas kira, saya bangga dengan bangga dengan mobil itu. Bawa mobil bagus kalau otak kosong sia-sia saja. Mas sering melihat Indri naik bis kota? Saya pakai mobil hanya untuk keperluan-keperluanpenting. Atau kuliah jam pertama.”
Perempuan Jogja
Karya: Achmad Munif

Keunggulan ajaran moral yang terdapat dalam penggalan karya prosa di atas adalah ...
A. Perbedaan antara orang kaya dan orang miskin bergantung dari sudut pandangnya.
B. Sikap seseorang yang tidak membedakan antara kaya dan miskin, karena sebenarnya antara kaya dan miskin itu hanya bergantung dari bagaimana cara memandangnya.
C. Mobil hanya merupakan sebuah sarana transportasi yang tidak perlu dibanggakan.
D. Sudah seharusnya kita bisa menghargai perbedaan yang menonjol antara orang kaya dan miskin.
E. Kaya atau miskin tidak akan menjadi pembeda dalam hubungan percintaan.

18. Dalam dua buah cerpennya yang pertama: ”Pulang Pesta” dan ”Pulang Siang” Ardan menemui kembali dirinya dalam masa kanak-kanak yang lewat, dengan berbagai dolanan anak-anak Jakarta asli. Kerinduan kembali untuk menemui masa kanak itu begitu keras mendorongnya sehingga kelancaran jalan cerita sering terganggu. Tapi dalam cerita-ceritanya kemudian, masa kanak tak lagi memegang peranan penting karena yang dilukiskannya adalah zaman di mana dia hidup, sesudah dewasa. Begitu dekat antara apa yang dia lukiskan dengan dirinya sendiri sehingga melalui tokoh-tokohnya, ia pun menampakkan dirinya keluar. Saya teringat misalnya akan tokoh Kartini dalam cerita ”Bang Senen Mau ke Mekah” yang meskipun memegang peranan, hanyalah peran pembantu agar para peran lainnya ambil bagian dan mau bercerita. Begitu pula Ardan menjadi seorang pemuda yang antri dalam ”Pawai di Bawah Bulan” dan bertindak sebagai satria.
Ajip Rosidi dalam Prinsip-Prinsip Kritik Sastra
Oleh: Rachmad Djoko Pradopo

Unsur yang ditonjolkan dalam penggalan kritik sastra di atas adalah ... .
A. unsur-unsur yang terdapat dalam cerpen-cerpen karya S.M. Ardan
B. gaya penceritaan, sudut pandang, hubungan tema dan biografi S.M. Ardan dalam setiap cerpennya
C. penokohan dan setting yang dipergunakan S.M. Ardan dalam karya cerpennya
D. gaya bahasa dan penempatan diri pengarang dalam setiap cerpen S.M. Ardan
E. hubungan antara tema dan gaya penceritaan S.M. Ardan dalam setiap cerpennya

19. Amatlah padat perwatakan Hasan yang digambarkan pengarang. Melalui generalisasi tata kehidupan ”klas” menak, cara padat dan intensif pengarang menempa watak Hasan sesuai dengan lingkungannya. Bagian II adegan 1 (halaman 18) sampai dengan adegan 3 dapat memberi gambaran-gambaran betapa garis-garis besar situasi mampu meyakinkan kita akan watak apa jadinya yang dimiliki Hasan ... . Penuh ketelitian tapi memiliki ekspresi kehidupan, dibawanya suasana desa Panyeredan di lereng gunung, ke ruangan mata pembaca. ”Khotbah” Haji Dahlan pada Raden Wira dilukiskan dengan gaya lukis yang amat filmis: melintas tiap gerak dalam ruang mata kita. Gerak yang segera disusul gerak-gerak lain.
Boen S. Oemarjati dalam Prinsip-Prinsip Kritik Sastra
Oleh: Rachmad Djoko Pradopo

Unsur yang tampak menonjol dalam penggalan kritik sastra di atas adalah ... .
A. Kemampuan pengarang dalam menciptakan setting psikis dan fisik dalam novel.
B. Kepiawaian pengarang dalam menciptakan gambaran-gambaran tentang perwatakan dan penataan setting.
C. Ketelitian pengarang dalam mempergunakan aspek-aspek kebahasaan.
D. Penataan setting dan gaya gerak yang merupakan dasar pemahaman sastra.
E. Gaya lukis atau penggambaran watak seorang tokoh dalam cerita.

20. Teks Pertama:
Percobaan Nugroho menyusun pikiran Jon yang kabur dan kacau dalam cerpen ”senyum”, menurut saya sangat berhasil. Jalan pikiran yang kacau, di mana khayal, kengan, harapan, dan impian bercampur-baur dengan kenyataan yang pahit, telah dilukiskan Nugroho dengan baik sekali.
Oleh: Ajib Rosidi
Teks Kedua:
Kalau kita membaca cerpen-cerpennya sebelum perang, kita merasa mendapat lukisan dari orang-orang yang benar-benar mengenal dunia yang dituliskannya, maka kalau kita membaca cerpen-cerpennya yang ditulis sesudah perang, kita mendapat kesan bahwa pengarangnya hanya lalu saja di atas mobil mengkilap di dunia yang hendak dilukiskannya itu, dunia yang tak dikenalnya.
Oleh: Ajib Posidi

Perbedaan pandangan kritikus yang tampak dalam penggalan kedua kritik sastra di atas adalah ... .
A. Ajib Rosidi menganggap Nugroho mempunyai kemampuan melukiskan cerita dengan baik, sementara itu kepada Armyn Pane (teks kedua) terkesan hanya sekedar memberi nilai.
B. Nugroho mempunyai daya juang yang hebat dalam bersastra, sementara Armyn Pane (teks kedua) hanya sekedar bertahan pada apa yang telah dipikirkannya.
C. Nugroho adalah figur pembaharu yang penuh keberanian untuk membuat sesuatu yang kacau dan campur baur, Armyn Pane (teks kedua) adalah sosok idealis yang kadang lepas kendali untuk menghantam karya orang lain.
D. Nugroho seorang yang realis, sedangkan Armyn pane (teks kedua) adalah seorang pengarang yang berjiwa idealis.
E. Ajib Rosidi menganggap Nugroho mempunyai kemampuan melukiskan cerita dengan baik, sementara itu kepada Armyn Pane (teks kedua) Ajib memberi kesan bahwa ia seorang idealis yang berkhianat terhadap idealismenya.

21. Apa yang pertama kali muncul dalam pikiran Anda ketika mendengar kata-kata alat pemintal, setan perempuan, pemburu yang gagah, cermin, dan kegelapan? Korelasi yang paling mungkin adalah: dongeng. Di dalam dongeng dapat kita temukan alat pemintal dalam kisah Putri Tidur, setan perempuan yang selalu muncul dalam bentuk perempuan antagonis dan iblis pada dongeng-dongeng istanasentris dan legenda-legenda urban, pemburu yang gagah yang muncul dalam dongeng-dongeng seperti Putri Salju dan si Jubah Merah, cermin yang menjadi alat narsis dan ambisi kecantikan ratu cantik ibu tiri Putri Salju, dan kegelapan yang menjadi latar belakang kekuatan monster-monster perempuan dalam kisah-kisah Grimm dan legenda-legenda urban.
Nosa Normanda (Aksara, Maret 2006)

Hal yang diungkapkan dalam penggalan esai sastra tersebut di atas adalah ...
A. Korelasi antara dongeng dengan hal-hal yang menjadi obsesi kita.
B. Ketegangan yang dimunculkan dalam sebuah dongeng.
C. Latar belakang penceritaan yang biasa terdapat dalam sebuah dongeng.
D. Hubungan antartokoh dalam sebuah dongeng klasik.
E. Hubungan antara ide cerita dengan gaya penceritaan dalam sebuah dongeng.

22. Kita harus berhati-hati terhadap teori-teori relativisme palsu dan absolutisme palsu ... Jawaban terhadap tantangan relativisme bukanlah obsolutisme, ... Jawabannya: perspektivisme lebih sesuai. Kita harus dapat menunjukkan nilai karya, seni kepada masa lahirnya dan nilainya dan nilainya pada masa berikutnya. ... Aliran relativisme menyusun sejarah sastra sebagai susunan karya-karya yang masing-masing berdiri sendiri-sendiri, jadi, tidak berhubung-hubungan; sedang absolutisme hanya mementingkan keadaan sekarang atau mendasarkan pada cita-cita yang sifatnya bukan sastra, yang tak cocok dengan keragaman historis seni sastra.
Rene Wellek, dalam Prinsip-Prinsip Dasar Sastra
Oleh: Rachmad Djoko Pradopo

Inti dari penggalan esai sastra di atas adalah ...
A. Tantangan historis dalam menyelesaikan polemik seni sastra.
B. Perbedaan-perbedaan mendasar yang terdapat dalam aliran relativisme dan absolutisme dalammenyusun sejarah sastra.
C. Nilai-nilai unggul dalam aliran relativisme dan absolutisme.
D. Perbedaan sudut pandang perspektivisme dalam menyikapi aliran relativisme dan absolutisme.
E. Penyelesaian masalah sastra berdasarkan sudut pandang perspektivisme.


23. Kelihaian Rudi dalam hal ‘casting’ menjadikan film ini benar-benar mampu membuat penonton terpenuhi dan terbuai oleh sebuah foreshadowing dan angan yang membumbung tinggi. Dengan kesempurnaan teknik penggarapannya Rudi berhasil menciptakan penggambaran dan visualisasi yang memikat. Hampir semua adegan mendapatkan perhatian sempurna dari Rudi, sehingga seakan tidak ada sedikit pun celah yang bisa membuat kita merasa bosan untuk mengikuti kelanjutan dari kisahan ini. Penggarapan setting psikis dalam film ini tampak benar-benar mendapatkan tempat yang lumayan menarik bagi penonton.
Lepas dari semua hal yang telah diuraikan di atas, tampaknya sebuah karya manusia tetap saja tidak bisa dilepaskan dari ketidaksempurnaan. Mengejar matahari tidak saja menyajikan sesuatu yang bernilai moral tinggi, tetapi juga menyuguhkan suatu fenomena sosial yang bisa memberikan efek psikologis kepada penonton, utamanya para remaja. Penggunaan setting fisik yang hanya di lingkungan kompleks rumah susun saja menjadikan satu titik kejenuhan yang mempengaruhi psikologis penonton. Bagaimana pun bentuknya Mengejar Matahari adalah sebuah garapan yang penuh dengan keterbatasan sifat manusia.

Kritik Film Mengejar Matahari
Oleh: Bayu 99

Fokus pembahasan yang terdapat dalam penggalan kritik film di atas adalah ... .
A. kemampuan visualisasi Rudi Soedjarwo
B. efek psikologis yang terjadi pada penonton
C. kajian psikologis film dalam kaitannya dengan penonton
D. teknik penggarapan yang terkesan sangat artistik
E. keunggulan dan kelemahan dari sisi penggarapan dan efek psikologis terhadap penonton

24. Unsur glamouritas dalam garapan ini tidak menjadi unsur menonjol sebagaimana pada film-film lain terutama film remaja. Unsur kemewahan hanya menjadi latar cerita yang tidak dominan. Penggarapan setting dalam film ini cenderung menonjolkan suasana yang yang mampu membawa penonton ke arah kerinduan dan kesepian akan jati diri. Sisi penggarapan film ini tampak menekankan benar unsur suspense dan foreshadowing. Pembayangan yang terjadi dan dialami oleh penonton merupakan tujuan akhir dari penggarapan film ini. “Tentang Dia” seakan memberikan citraan (image) tentang bagaimana kita menjalani kehidupan ini. Gambaran yang menyampaikan bahwa bukan sekedar nilai material yang menjadi tujuan hidup kita, melainkan juga nilai-nilai lain yang bersifat nonfisik, seperti kebutuhan akan kasih sayang dan pengakuan orang lain akan jati diri kita.

Kritik Film Tentang Dia
Oleh: Bayu 99

Fokus pembahasan yang terdapat dalam penggalan kritik film di atas adalah ... .
A. penggarapan tema dan ide cerita
B. gambaran tema, tata setting dan nilai moral
C. teknik penyutradaraan
D. teknik tata setting dan casting
E. penggarapan tema dan tata setting


25. Sebuah perjuangan tanpa disertai dengan usaha yang gigih dan keras dapat diyakini tidak akan menghasilkan sebuah harapan sebagai yang dicita-citakan sebelumnya. Dunia glamouritas remaja dan pelajar dewasa ini tampaknya serba menuntut kebebasan. Sayangnya kebebasan ini tidak disertai dengan kedewasaan berpikir yang bertanggung jawab, walaupun itu hanya terhadap dirinya sendiri. Tapi di antara kebrengsekan dan keterpurukan moral yang menggejala di antara kehidupan remaja saat ini harus diakui bahwa sebenarnya terdapat banyak kelebihan yang dimiliki mereka. Kebobrokan dan kelebihan inilah yang sengaja dimunculkan oleh Hanung Bramantyo untuk memberikan imbangan terhadap kritik moral yang senantiasa ditujukan kepada para remaja dan pelajar dewasa ini.
Esai Film
Oleh: Bayu 99

Unsur film yang menonjol dalam penggalan esai film di atas adalah ... .
A. tema kebobrokan moral dan kreativitas remaja yang diangkat dalam film
B. kepedulian Hanung melihat keterpurukan moral remaja
C. nilai sosial budaya yang menjadi fenomena permasalahan bangsa dewasa ini
D. di antara yang tidak baik pasti masih bisa ditemukan yang baik
E. teknik penggarapan film Catatan Akhir Sekolah oleh Hanung Bramantyo

26. Dalam pada itu Goenewegen telah menerima berita dari mata-matanya tentang kekuatan Raja Adil itu, sehingga bala tentara yang ada di darat tiada berani menyerang. Ia marah dan mengerahkan bala tentara yang masih ada di kapal naik ke darat semuanya. Ketika itu angin berhembus kencang, ombak yang bergulung-gulung memecah di tepi pantai dengan hebatnya.
Meskipun hulubalang Buyung meminta dengankeras dan cemas supaya jangan naik ke darat dahulu, sebab sangat berbahaya, meskipun permintaan itu kemudian telah berarti sebagai ancaman, tetapi kepala kompeni yang gagah perkasa dan cerdik itu tiada peduli sedikit juga. Kehendaknya mesti berlaku, perintahnya mesti dijalankan. Mau tak mau denngan ketakutan, bala tentara terpaksa turun dengan sekoci. Tak urung, sekoci itu pun jadi permainangelombang, oleng, terangguk-angguk, terselam-selam haluan dan buritannya ke dalam air. Dan ketika dipukul oleh gelombang besar, lalu terbalik ... Hilang lenyap isinya masuk laut, tenggelam sekaliannya! Tak seorang jua yang timbul kembali. Groenewegwn juga! Dengan tiada berpikir panjang lagi, dengan tidak menghiraukan nyawa sendiri, hulubalang Buyung pun menyelam... Lenyap pula, tetapi beberapa saat kemudian ia menyembulkan kepalanya, lalu berenang membawa Groenewegen ke tepi dengan susah payah.
Hulubalang Raja
Karya: Nur Sutan Iskandar

Amanat yang terkandung dalam penggalan novel di atas adalah ...
A. Hendaknya melakukan suatu tindakan dengan penuh keberanian.
B. Jika ingin mencapai tujuan dengan selamat hendaknya mau terjun langsung tidak sekedar memerintah.
C. Hendaknya sebelum melakukan suatu pekerjaan diperhitungkan terlebih dahulu untung dan ruginya.
D. Selamatkanlah orang lain walau harus dengan mengorbankan diri kita sendiri.
E. Kepentingan anak buah sudah selayaknya dipikirkan juga oleh seorang pemimpin.

27. Dr. Syahin merasaadanya gelagat buruk temannya yang ingin mendapatkan popularitas. Ia tahu persis pikiran-pikiran keji yang ada di benak sahabatnya, bahkan mengerti, sahabatnya itu akan menggunakan penemuannya itu demi kepentingan pribadi. Bila ia menyerahkan rumus penemuannya itu, berarti ia telah melakukan kejahatan yang akan menyusahkan para ilmuwan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.
Benak Dr. Syahin dipenuhi rasa bimbang dan curiga. Lama ia terdiam memikirkan permintaan sang sahabat. Sambil mengembalikan ransum makanan, ia pun akhirnya menjawab, ”Tidak, aku tidak akan menulis apapun. Mungkin ini lebih baik untuk kemaslahatan umat manusia. Biarlah misteri ini mati bersamaku seperti dikatakan Akomba,” ujarnya datar lalu menyerahkan kertas dan pena tadi. Kemudian ia menambhakan perkataannya dengan gugup, ”Biar aku saja yang melakukan percobaan ini, atau aku mati bersama rahasia ini. Penemuanku ini memerlukan tanggung jawab yang berat, jadi tak akan kupercayakan hal ini pada siapa pun.”
Mendengar jawaban Dr. Syahin, wajah Abdul karim tampak frustasi, lalu berkata dengan kesalnya, ”terserah kamu, aku hanya ingin membantumu!”
Lelaki di Titik Nol
Karya: Mustafa Mahmud


Amanat yang terkandung dalam penggalan novel di atas adalah ...
A. Sebaiknya kita berhati-hati dalam mengambil sebuah keputusan yang akan menyangkut kepentingan banyak orang.
B. Masih banyak orang yang mengaku sahabat, tetapi sebenarnya ia seorang pengkhianat besar yang bekerja hanya demi kepentingan diri sendiri.
C. Jangan mudah menyerah pada suratan nasib, karena Tuhan tidak mengubah nasib kita jika tidak disertai dengan usaha.
D. Tinggalkan saja seorang sahabat yang tampaknya akan berkhianat pada persahabatan itu.
E. Hendaknya selalu waspada pada setiap orang jika sudah berbicara berdasarkan kepentingannya.

28. Ismail berdiri di pinggir jalan dari pagi. Dengan penuh perhatian dia melihat beberapa orang bersedia-sedia untuk mentraktor barisan toko kecil sepanjang jalan. Warung dan rumah dari batu, papan, separuh batu separu papan, dan juga yang dari bambu semuanya. Ada yang beratap genting, ada yang beratap seng, tetapi ada juga yang beratap rumbia.Kurang lebih ada 35 buah warung, toko kecil dan pondok-pondok yang akan ditraktor hari itu. Semua orang telah diberi waktu dua minggu untuk pindah, membongkar warung dan pondoknya, akan tetapi banyak juga yahg tidak pindah, karena dalam hati kecilnya mengharap, bahwa ultimatum itu hanya untuk menakut-nakuti mereka saja. Karena sebelum ini pun telah beberapa kali mereka diultimatum, akan tetapi pada saat terakhir, pembongkaran diundurkan lagi, dan mereka kembali bekerja, berdagang, dan tinggal di sana.
Traktor
Karya: Mochtar Lubis

Setting yang terdapat dalam penggalan cerpen tersebut adalah ... .
A. setting psikis: suasana mengharukan; dan setting fisik: waktu pagi hari
B. setting psikis: waktu pagi hari; dan setting fisik: suasana riang dan ramai
C. setting psikis: suasana ramai; dan setting fisik: tempat dan waktu
D. setting psikis: suasana menyedihkan; dan setting fisik: alat, tempat, dan waktu
E. setting psikis: alat, tempat, waktu; dan setting fisik: suasana menyedihkan

29. Suatu kali Rini memintaku menemaninya ke pesta pernikahan sahabat wanitanya. Aku lihat dia membuka kotak cemara itu. Dia belai rambut yang terjurai di tangannya. Dia menciumnya.
”Surtini, teman kita, kawin Mariam. Kau akan kubawa ke pesta itu.”
Aku keluar dari kamar itu tidak sanggup melihat air mata Rini. Dan ketika Rini datang ke ruang tamu, kulihat dia mengenakan kebaya dan memakai konde.
Cemara
Karya: Hamzad Rangkuti

Watak tokoh ”aku” dalam penggalan cerpen di atas ditunjukkan dengan cara ... .
A. dialog antartokoh D. pembicaraan tokoh lain
B. pembicaraan tokoh E. penjelasan pengarang secara tersirat
C. penjelasan langsung pengarang

30. ”Banyak orang berziarah?” tanya ayah kepadaku. Padahal tidak pernah ayah bertanya seperti itu.
”Masih pagi. Belum tampak seorang pun,” kataku. ”Tidak ada orang datang memesan kasur?” ”Mulai pula kau ikut-ikut menyindirku?”
”Tadi malam di rumah Pak RT orang memutar kaset orang mengaji dalam mikrofon yang keras.” ”Aku mendengarnya!”
”Kukira orang yang mengaji di dalam kaset itu menjual suaranya, Ayah.”
”Jadi kau suruh aku mengaji di dalam kaset?”
”Kalau ada penawaran apa salahnya?”
”Sudah bijak kau!”
Ayahku Seorang Guru Mengaji
Karya: Hamzad Rangkuti

Watak tokoh ”ayah” dalam penggalan cerpen di atas ditunjukkan dengan cara ... .
A. dialog antartokoh D. pembicaraan tokoh
B. tindakan-tindakan tokoh E. penjelasan langsung pengarang
C. lingkungan tinggal tokoh

31. Ia merangkak
di atas bumi yang dicintainya.
Tiada kuasa lagi menegak.
Telah ia lepaskan dengan gemilang
pelor terakhir dari bedilnya
ke dada musuh yang merebut

Ia merangkak
di atas bumi yang dicintainya:
Ia sudah tua
Luka-luka di badannya

Bagai harimau tua
susah payah maut menjeratnya
Matanya bagai saga
menatap musuh pergi dari kotanya.
Gugur
Karya: W.S. Rendra

Aspek bunyi yang menonjol dalam puisi di atas adalah ... .
A. eufoni D. onomatope
B. kakafoni E. anakronisme
C. rima mutlak

32. angin berkesiur
daun pun gugur

angin berkelana
cintaku mengembara

gadisku mawar
menanti tak sabar

gadis yang rindu
kudekap dalam pelukan bisu
Angin Berkesiur
Karya: Ajib Rosidi

Kata-kata yang merupakan aspek kakafoni dalam puisi di atas adalah ... .
A. cintaku, bisu, gugur D. bisu, gugur, gadis
B. gadis, cintaku, mawar E. bisu, gugur, berkesiur
C. pelukan, berkelana, gadis

33. Wajahnya bulat dibentuk waktu
Yang tak berujung, walau berlalu
Siang-malam bunyinya tak henti-henti:
”Tik-tok”, satu-satu dan beribu-ribu

”Kaukah yang mengetuk detik di dadaku,
Atau hatiku pindah dalam detakmu?
Terhambur daya bunyinya hingga lebur:
”Tik-tok”, satu-satu dan beribu-ribu
Lonceng
Karya: Trisno Sumardjo

Onomatope pada puisi di atas ditunjukkan oleh ... .
A. tik-tok, detik D. detik, henti-henti
B. waktu, tik-tok E. satu-satu, henti-henti
C. beribu-ribu, satu-satu

34. Camat di daerah B itu tinggi kurus, mulutnya penuh gigi emas dan jelas keramahtamahannya lebih karena takut. Segala yang ia punyai ditawarkan, tapi kami selalu menolak, juga ketika disodorkannya cincin emas bermata batu mirah. Akhirnya tidak bisa ditolak lagi waktu ia pasangkan nekat saja di jariku.
”Baik buat keselamatan Pak Mayor!”
Sersan Johari mengangguk-angguk membenarkan dengan senyum lucu.
Tinggul
Karya: Trisnojowono

Unsur ekstrinsik yang menonjol dalam penggalan di atas adalah ... .
A. nilai sosial D. nilai budaya
B. nilai budaya dan politik E. biografi pengarang
C. unsur daerah yang berpengaruh

35. ”Tukang becak tak bakal kaya kok, Mas,” ucapnya yang kurasakan sebagai kesombongannya. Siapa bilang menarik becak bisa bakal kaya, tolol! Kalau dia baca koran akan tahu bahwa tidak hanya tukang becak, tapi masih banyak lagi orang yang hidup pas-pasan akan bertambah miskin. Si miskin tak dapat ikut berlomba. Dia Cuma penarik becak yang sadar bahwa pekerjaannya takkan memperbaiki nasibnya. Nasibnya memang sedikit lebih baik daripada peminta-minta maupun orang yang terkena pemecatan kerja, sedikit lebih baik daripada penganggur, sebab dengan membawa becak dan tiduran pun dia telah dianggap bekerja, walaupun kantungnya kosong serta perutnya keroncongan.
Becak
Karya: Marselli

Nilai sosial yang terdapat dalam penggalan cerpen di atas adalah ...
A. Kepasrahan seorang tukang becak akan nasibnya yang senantiasa buruk.
B. Penderitaan tukang becak dalam mencari nafkah untuk keluarganya.
C. Perjuangan seseorang untuk mendapatkan semua haknya sebagai anggota masyarakat.
D. Kemalasan akan berbuah kemiskinan dan penderitaan hidup yang berkepanjangan.
E. Kemiskinan dan penderitaan hidup merupakan sebuah lingkaran yang saling berkaitan.

36. Karena kasihmu
Engkau tentukan waktu
Sehari lima kali kita bertemu

Aku anginkan rupamu
Kulebihi sekali
Sebelum cuaca menali sutera

Berulang-ulang kuintai-intai
Terus menerus kurasa-rasakan
Sampai sekarang tiada tercapai
Hasrat sukma idaman badan

Pujiku dikau laguan kawi
Datang turun dari datuku
Diujung lidahengakau letakkan
Pintu teruna di tengah gembala

.... Karena Kasihmu
Karya: Amir Hamzah

Nilai yang ditonjolkan dalam puisi tersebut adalah ... .
A. sosial budaya D. didaktis
B. moral dan estetika E. didaktis dan estetika
C. religius

37. Doa
kepada pemeluk teguh
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namaMU

Biar susah sungguh
mengingat Kau penuh seluruh

cayaMu panas suci
tinggal kerdip lilin di kelam sunyi

Tuhanku

aku hilang bentuk
remuk

Tuhanku

aku mengembara di negeri asing

Tuhanku
di pintuMu aku mengetuk
aku tidak bisa berpaling

Doa
Karya: Chairil Anwar

Nilai religius yang terdapat dalam puisi di atas adalah ...
A. Usaha seseorang untuk kembali kepada jalan Tuhan setelah mengalami berbagai macam cobaan dan rintangan.
B. Kerinduan seseorang untuk senantiasa berbuat kebaikan sesuai dengan ajaran Tuhannya.
C. Hancurnya sendi-sendi ibadah dalam diri seseorang yang selama ini larut dalam kenistaan dan kejahatan.
D. Orang yang tidak bisa berpaling dari ajaran Tuhannya, tetapi senantiasa dia mengembara.
E. Pengembaraan dalam mencari hakikat akan kebenaran ajaran Tuhan yang dilakukan oleh orang yang berpaling terhadap Tuhannya.

38. Sebentar Jumena berfikir.
Perempuan Tua : Mereka kembali mau kerja, gan, katanya.
Jumena : Bawa apa dia? Golok?
Perempuan Tua : Kurang jelas, gan.
Jumena : Lihat dulu!
Perempuan Tua eksit. Ketukan pintu.
Jumena : Pistol ini harus disimpan di mana? Ya, di sini.
Perempuan Tua muncul.
Jumena : Sabit? Golok? Saya kira belati.
Perempuan Tua : Tidak bawa apa-apa, gan.
Jumena : Pakai sarung apa celana komprang?
Perempuan Tua : Celana panjang biasa.
Jumena : (setelah agak lama) Suruh dia masuk.
Perempuan Tua eksit.
Jumena : (segera) Nyai!
Perempuan Tua muncul.
Jumena : Jangan lupa. Pintu dikunci lagi.
Perempuan Tua eksit.
Sumur Tanpa dasar
Karya: Arifin C. Noor

Dimensi drama yang tidak terdapat dalam penggalan drama di atas adalah ... .
A. petunjuk laku D. ilustrasi
B. dialog/ujaran E. gerakan
C. narator

39. Semar beringsut-ingsut ke depan rumah. Ia menggerak-gerakkan tubuhnya sambil menatap ke matahari. Dilihatnya pohon mangga itu masih utuh. Buahnya masih lebat. Ia mengucap syukur di dalam hati.
Tiba-tiba dari jalan masuk Petruk. Semar menyapa acuh tak acuh.
”Sudah, Truk?”
”Sudah.”
”Bagaimana rasanya sekarang.”
”Yah, enakan.”
”Bagus suruh ibumu nangkap ayam. Kita selamatan. Sekarang anak Bapak yang lain sudah dewasa. Tinggal satu lagi yang masih suka ngompol, ya kan Bagong?”

Perang
Karya: Putu Wijaya

Pengaruh sastra daerah yang tergambar dalam penggalan novel di atas adalah ... .
A. penggunaan setting dalam sastra klasik
B. terdapat anakronisme sebagaimana dalam sastra klasik Mahabarata
C. penggunaan dialog sebagaimana terdapat dalam sastra Melayu
D. diksi yang terdapat dalam sastra Jawa
E. penggunaan nama-nama tokoh sebagaimana yang terdapat dalam sastra Jawa

40. Pernah dalam suatu gejolak sentimental aku bersusah payah membuat cincin kenari untuk kuhadiahkan kepada dora, seorang gadis Ambon yang manis seribu satu malam dari Hollands Ambonse School, dua tahun lebih tinggi kelasnya dariku, yang dalam hati sangat kupuja, karena mengingatkan aku (ngawur tentu saja) kepada puteri Saharazad dari dongeng Seribu Satu Malam. Kutitipkan cincin tadi melalui seorang ”kurir” khusus dari HJS, kawan anak kolong, komplit disertai surat cinta.
Burung-Burung Manyar
Karya: Y.B. Mangun Wijaya

Pengaruh asing yang tampak pada penggalan novel di atas adalah ... .
A. penggunaan kata-kata dalam bahasa Belanda
B. penggunaan kata-kata Seribu Satu Malam
C. pilihan kata yang khas bahasa asing yaitu Belanda
D. penataan setting yang berciri modernisme bangsa Belanda
E. pemilihan tema sesuai dengnan masa penjajahan Belanda di Indonesia

41. Mahasiswa takut pada dosen
Dosen takut pada dekan
Dekan takut pada rektor
Rektor takut pada menteri
Menteri takut presiden
Presiden takut pada mahasiswa
Takut ’66, Takut ’98
Karya: Taufiq Ismail

Majas yang terdapat dalam puisi di atas adalah ... .
A. personifikasi D. sarkasme
B. paralelisme E. simbolik
C. repetisio

42. ...
sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba (1)
meriak muka air kolam jiwa (2)
dan dalam dadaku memerdu lagu (3)
menarik menari seluruh aku (4)

hidup dari hidupku, pintu terbuka (5)
selama matamu bagiku menengadah (6)
selama kau darah mengalir dari luka (7)
antara kita Mati datang membelah (8)
...
Sajak Putih
Karya: Chairil Anwar

Gaya bahasa paralelisme dalam puisi di atas terdapat pada baris ke- ... .
A. 1 dan 2 D. 6 dan 7
B. 3 dan 4 E. 7 dan 8
C. 5 dan 6

43. Alkisah diceritakan oleh yang empunya ceritera ini, sekali peristiwa ada seorang raja di sebuah negeri, Mada’in namanya (1). Raja itu bernama Kobat Syahril (2). Negeri itu terlalulah luas dan maha besar (3). Adapun raja itu terlalu adil deganmurahnya, bangsawan, lagi budiman dan dermawan (4). ... Maka di dalam negeri itu ada juga seorang menetri daripada Islam, nsmsnys Khoja Bakhti Jamal disebut orang, sebab ia daripada anak cucu nabi-nabi juga; lain dari pada itu semuanya kafir menyembah berhala dan menyembah api sia-sia adanya (5).
Hikayat Amir Hamzah

Majas hiperbola dalam penggalan prosa di atas terdapat pada kalimat nomor ... .
A. 1 dan 2 D. 4
B. 3 dan 4 E. 5
C. 3

44. Ia mulai muncul di dunia kesenian pada zaman Jepang. Dari esai-esai dan sajaknya jelas sekali seorang individualis yang bebas. Baris sajaknya yang termashur dan merupakan gambaran semangat hidupnya yang membersit-bersit dan individualistik berbunyi ”Biar peluru menembus kulitku. Aku akan tetap meradang menerjang”. Dalam sajak itu pula ia menyebut dirinya sebagai ”binatang jalang”. Tetapi di samping sebagai seorang indivualis, ia pun seorang yang sangat mencintai tanah air dan bangsanya. Rasa kebangsaan dan patriotismenya tampak dalam sajak-sajaknya yang lain seperti ”Cerita Buat Dian Tamaela” dan ”Diponegoro”
Ikhtisar Sejarah Sastra Indonesia
Oleh: Ajip Rosidi

Sastrawan yang dimaksud dalam ilustrasi di atas adalah ... .
A. Asrul Sani D. Sutan Takdir Alisyahbana
B. Chairil Anwar E. Taufiq Ismail
C. Pramoedya Ananta Toer

45.
No.
NAMA SASTRAWAN
1.
Bur Rasuanto dan W.S. Rendra
2.
Chairil Anwar dan Idrus
3.
Marah Roesli dan Merari Siregar
4.
Goenawan Mohamad dan Taufiq Ismail
5.
Sutan Takdir Alisyahbana dan Amir Hamzah

Berdasarkan tabel di atas, sastrawan yang termasuk pelopor angkatan Pujangga baru adalah nomor ... .
A. 1 D. 4
B. 2 E. 5
C. 3

46. 1. Sajak-sajaknya menggunakan bahasa Indonesia yang hidup, berjiwa. Bukan lagi bahasa buku, melainkan bahasa percakapan sehari-hari yang dibuatnya bernilai sastra.
2. Pada akhirnya ia diakui sebagai seorang pelopor yang mampu mendobrak hal-hal yang bersifat konvensional.
3. Emansipasi wanita merupakan tema-tema yang selalu dimunculkan dalam hampir setiap karya prosanya.
4. Kawin paksa yang selalu saat itu diangkat menjadi dengan harapan bisa memberi pencerahan pada masyarakat.
5. Sajak-sajaknya merupakan kritik terhadap keadaan sosial politik bangsa Indonesia yanb berusia muda. Seakan dia malu menjadi warga negara ini karena kebobrokan dalam setiap sisinya.

Pernyataan yang menunjukkan keloporan Chairil Anwar sebagai pelopor angkatan 45 adalah ... .
A. 1 dan 2 D. 3 dan 4
B. 2, dan 3 E. 3, 4, dan 5
C. 2, 3, dan 4

47. Karya sastra di bawah ini yang dapat dianggap sebagai karya sastra pelopor anggkatan Balai Pustaka adalah ... .
A. Azab dan Sengsara karya Merari Siregar
B. Salah Asuhan Abdul Muis
C. Merahnya Merah karya Iwan Simatupang
D. Anak Bajang Menggiring Angin karya Sindhunata
E. Siti Nurbaya karya Marah Rusli

48.
No.
JUDUL KARYA SASTRA
PENGARANG
1.
Malu Aku Jadi Orang Indonesia
Taufik Ismail
2.
Derai-derai Cemara
Chairil Anwar
3.
Kembalikan Indonesia Padaku
Goenawan Mohamad
4.
Balada Terbunuhnya Atmokarpo
Pramoedya Ananta Toer
5.
Merahnya Merah
Sutardji Calzoum Bachri
6.
Burung-burung Manyar
Y.B. Mangunwijaya
7.
Ronggeng Dukuh Paruk
Ahmad Tohari

Pasangan yang tepat antara judul karya dan nama pengarang berdasarakan tabel di atas adalah nomor ... .
A. 1, 2, dan 3 D. 3, 4, 5, dan 7
B. 2, 3, dan 4 E. 1, 2, 6, dan 7
C. 3, 4, dan 5

49. Tema-tema atau masalah yang dibicarakan dalam Ladang Perminus tetap aktual di Indonesia yang sekarang ini. Novel ini penting untuk dibaca dan bahkan dijadikan bahan untuk pelajaran anak muda, misalnya di SMA. Novel ini dapat mengantarkan pembacanya merenungkan pembacanya merenungkan nasib bangsa ini, jika saja kendali berbagai kekayaan pemerintah tetap di tangan orang-orang yang berwatak seperti Kahar. Hal yang sangat mendukung karya ini dapat dikatakan sebagai karya sastra yang memikat yakni penulisannya dilakukan dengan gaya sastra yang matang (plot cerita, bahasa, penggambaran tokoh-tokoh dan sebagainya). Kepiawaian yang lain dari Ramadhan K.H. yang sangat menonjol yakni kemampuannya untuk menggambarkan perasaan manusia secara halus dan teliti. Ladang Perminus merupakan novel besar dan sangat patut dibaca oleh sebanyak mungkin orang Indonesia.
Perminus Ladang yang Dipanen Orang Rakus
Oleh: Berthold Damshuser

Unsur yang menonjol dalam penggalan resensi tersebut adalah ... .
A. keunggulan dan kelemahan cerpen D. gaya penceritaan cerpen
B. keunggulan cerpen E. penggarapan cerpen
C. kelemahan cerpen

50. Bagi Hunter sendiri, proses penerjemahannya lancar-lancar saja. Kepada Tempo, ia mengaku hanya menemui kesulitan ketika mencoba menerjemahkan terminologi Anak Kolong. ”Ketika saya berhasil menemukan kata Army Brat, setiap kata dan kisah di dalam buku itu saya terjemahkan dengan lancar.” Bagi Hunter, ketertarikannya terhadap novel tersebut bukan saja karena ia melihat dirinya di dalam tokoh utamanya, tetapi juga karena kemampuan Mangun mengaitkan keadaan jiwa seseorang dengan suasana alam di luar dirinya.” Cara yang belum banyak digunakan penulis Indonesia,” Hunter mengungkapkan.
Agaknya, Yayasan Lontar memilih Burung-Burung manyar sebagai salah satu buku sastra yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris bukannya tanpa alasan. Menurut Ketua Yayasan, Sapardi Djoko damono, buku itu memang salah satu karya terbaik saat ini.
Burung Manyar versi Hunter
Oleh: Laila S. Chudori

Keunggulan yang dimaksudkan dalam penggalan resensi di atas adalah ...
A. Proses penerjemahan novel Burung-Burung Manyar ke dalam bahasa Inggris.
B. Novel Burung-Burung Manyar merupakan novel terbaik saat ini sehingga diterjemahkan ke dalam bahasa asing.
C. Hunter sebagai seorang penerjemah yang handal dan tepat dalam memindahkan sebuah karya sastra ke dalam bahasa asing.
D. Novel yang mengaitkan keadaan jiwa seseorang dengan suasana alam di luar dirinya.
E. Pemilihan Burung-Burng Manyar karya Y.B. Mangun Wijaya oleh Yayasan Lontar.

51. Hari Minggu, 04 September 2005 kelompok opera Staatsoper Stettin dari Polandia mampu tampil memukau di hadapan lebih dari 1.500 penonton yang memadati Marksplatz Siegburg, Jerman, dengan membawakan karya opera ”Carmen” dari seorang penulis opera berkebangsaan Perancis yang tidak asing lagi yakni Georges Bizet. Pertunjukan opera berdurasi lebih dari 3 (tiga) jam itu mengetengahkan kisah tragedi seorang gadis bernama Carmen, dengan latar belakang kota kecil Sevilla dan sekitarnya pada tahun 1820 di Spanyol. Kisah Tragedi ”Carmen” ditampilkan dalam teks asli opera berbahasa Perancis dalam paduan harmonis orkestra di bawah pimpinan Jacek Kraszewski, koreografer Teresa Kujava dan kelompok koor dan penari ballet dari Staatsoper Stettin.
Bukan rahasia lagi, yang menarik dari pertunjukan opera tersebut adalah kesempurnaan keseluruhan pertunjukan, demikianlah komentar para penonton usai menyaksikannya. Dengan kata lain, pada pertunjukan tersebut sebenarnya tampak jelas sebuah totalitas kehadiran konstruksi harmonis dari elemen-elemen dasar sebuah opera.
Kontruksi Estetika Opera Klasik (Aksara, Maret 2006)
Oleh: Gandhotwukir
Nilai yang terkandung dalam ulasan pertunjukan kesenian di atas adalah ... .
A. nilai esetika yang terkandung dalam garapan opera klasik
B. kandungan nilai budaya Jerman yang adiluhung
C. kisah tragedi yang mampu menggugah sisi kemanusiaan
D. kesempurnaan keseluruhan pertunjukan
E. totalitas kehadiran konstruksi harmonis elemen-elemen opera

52. Penulisan kata-kata yang tepat berdasarkan ejaan Arab Melayu adalah ... .
A. ﻣﻤﺑﺎﺡﺑﻮﻛﻭ D. ﺑﮑﻮ ﻣﻤﺎﺑﺎﺣﺎ
.B ﻣﺒﻤﺎﺏ ﺑﻭﻙ .E ﻣﻤﺑﺎﺣﺎ ﺑﻮﻙ
.C ﻣﺒﻤﺒﺎﺡ ﺑﻮﻛﻮ

53. Penulisan ejaan Arab Melayu yang tepat pada kata-kata di bawah ini adalah ... .
A. ﻓﻨﺘﻮﻥ ﺟﻨﺎﻛﺎ .D ﻓﺎﻧﺘﻦ ﺟﻴﻨﺎﻛﺎ
.B ﻓﻨﺘﻮﻥ ﺟﻴﻨﺎﻙ .E ﻓﺎﻧﺘﻮﻥﺟﻴﻨﺎﻙ
.C ﻓﻨﺘﻦ ﺟﻨﺎﻙ

54. Kata-kata yang mengikuti aturan penulisan ejaan Arab Melayu dengan benar adalah ... A. ﺍﺍﻓﻱ ﺳﻌﻔﻮﺭﺍﺩﻣﺎﻛﺎﻥ D.ﺍﻓﻱ ﻣﺎﻛﻦ ﺩ ﺳﻌﻔﻮﺭﺍ
B. ﺍﺍﻓﻱ ﺩﻣﺎﻛﻦ ﺳﻌﻔﻮﺭﺍ .E ﺳﻌﺎﻓﻮﺭﺩﻣﺎﻛﻦ ﺍﻓﻱ
.C ﺳﻌﺎﻓﻮﺭﺍ ﺩﻣﺎﻛﻦ ﺍﺍﻓﻱ

55. Pemakaian ’kaf besar’ yang benar sesuai denngan aturan penulisan ejaan Arab Melayu adalah ... .
A. ﺍﺩﻕﻛ D. ﺍﻣﺒﻖ
B. ﻗﻮﻣﺮ E. ﺗﻴﺮﻕ
C. ﻧﻴﻧﻖ

56. Pemakaian ‘alif gantung’ yang benar sesuai denngan aturan adalah ... .
A. ﻫﺎﺭﻱ ﺳﻴﺎﻍ D. ﻫﺎﺭﻱ ﺳﻴﺎﻍ
B. ﺳﻴﻎﻫﺎﺭﻱ E. ﻫﺎﺭﻱ ﺳﻴﺎﻍ
C. ﻫﺎﺭﻱ ﺳﻴﻎ

57. Penulisan kata ulang yang tepat sesuai dengan ejaan adalah … .
A. ﻛﺎﻭﻥ۲ﻛﺎﻭﻧﻜﻮ D. ﻣﺎﻛﻦ۲ﻧﺎﻥ
B. ﻛﺎﻭﻥﻛﻮ۲ E. ﻣﻨﻮﻟﺴﻲ۲ﺱ
C. ﻣﺎﻛﻦ۲ﻧﻦ

58. ﻫﻜﺎﻳﺖ ﻓﻴﻠﻨﺪﻕ ﺟﻨﺎﻙ ﻣﺮﻓﺎﻛﻦ ﭼﺮﺗﻴﺍ ﻳﻎ ﺩﺍﻓﺕ ﻣﻤﺒﺮ ﺗﻼﺩﻥ ﺑﺎﻛﻴﺖ.
ﻛﺒﻨﺎﺭﻥ ﺩﺍﻓﺖ ﻛﻴﺖ ﻓﻴﺘﻖ ﺩﺍﺭﻱ ﭼﺮﺘﻴﺮﺍﺗﺮﺳﻴﺑﺖ. ﻣﺎﻙ ﺩﺭﻱ ﺳﺒﺎﻳﻜﺚﻛﻴﺖ ﺑﻴﭽﺮﻣﻦ ﺩﺍﺭﻱ ﻓﺎﺩﺙ.

Isi dari paragraf tersebut di atas adalah ...
A. Nilai yang terdapat dalam hikayat Pelanduk Jenaka.
B. Pelanduk Jenaka yang cerdik.
C. Unsur-unsur cerita Pelabduk Jenaka.
D. Hikayat Pelanduk dan Kejenakaannya.
E. Hikayat dalam sastra Melayu Klasik.

59. ﻛﺒﻮﻄﺭﻥ ﺩﺍﺗﺲ ﺑﻮﻟﻦ ﻟﺒﺎﺭﻥ ﻣﺎﻟﻢ

Alih aksara yang tepat dari teks beraksara Arab Melayu di atas adalah ...
A. Malam itu bulan bersinar di atas kuburan.
B. Malam lebaran bulan bersinar terang.
C. Malam purnama bulan bersinar purnama.
D. Malam lebaran bulan di atas kuburan.
E. Malam lebaran dan bulan purnama di kuburan,

60. ﻛﻼﺳﻖ ﺳﺴﺘﻴﺮﺍ ﻣﺮﻓﺎﻛﻥ ﻣﻬﺒﺮﺍﺕ ﺩﺍﻥ ﺭﻣﻴﺎﻥ

Alih aksara yang tepat dari teks beraksara Arab Melayu di atas adalah ...
A. Mahabarata merupakan salah satu ceritera klasik.
B. Ramayana dan Mahabarata merupakan sastera klasik.
C. Ramayana dan Mahabarata adalah ceritera kelasik.
D. Mahabarata salah satu cerita dalam Ramayana.
E. Mahabarata dan Ramayana merupakan sastera klasik.

Como Baixar