Minggu, 30 Agustus 2009

Gaya Penceritaan dalam Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata

ABSTRAK

Harianto, Agus. 2009. Gaya Penceritaan dalam Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata. Tesis, Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Program Pascasarjana, Universitas Islam Malang. Pembimbing: (I) Dr. Hj. Dyah Werdiningsih, M.Pd., (II) Dra. Mukaromah, M.Pd.

Kata-kata kunci: gaya penceritaan, novel, laskar pelangi, gaya bahasa, sudut pandang

Karya sastra merupakan perwujudan dan ekspresi pemikiran manusia yang mendeskripsikan kehidupan manusia dengan segala aspek kehidupannya. Perwujudan ekspresi pemikiran mansia tersebuta melalui tahapanyang cukup rumit yang disebut sebagai proses kreatif cipta sastra. Proses kreatif sastra merupakan salah satu hal penting yang menjadi bahan pemikiran ketika harus menganalisis sebuah karya sastra. Karya sastra berjenis puisi, prosa, dan drama merupakan hasil dari sebuah proses kreatif sastra. Suatu yang mustahil terjadi ketika tahap proses kreatif sastra terlampaui begitu saja dan tiba-tiba sudah terwujud sebuah hasil cipta sastra. Jika hal itu terjadi sudah bisa dipastikan bahwa karya sastra yang tercipta merupakan bentuk plagiat atau reproduksi dari sebuah karya sastra orang lain. Proses kreatif sastra bisa terwujud dengan benar jika melalui proses yang benar pula. Proses kreatif sastra bukan suatu hal yang sederhana, tetapi bukan suatu hal yang tidak bisa dilakukan. Bahkan orang yang awam dalam bidang sastra pun bisa melakukan sebuah proses kreatif sastra jika memang mau melakukannya.
Penelitian Gaya Penceritaan dalam Novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata, merupakan analisis terhadap model gaya bahasa yang dipergunakan pengarang dan bentuk sudut pandang pengarang yang dipergunakan oleh Andrea Hirata. Terdapat dua masalah utama yang menjadi fokus dan sekaligus merupakan tujuan utama dalam penelitian ini, (1) bagaimanakah sudut pandang pengarang dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata, dan (2) bagaimanakah gaya bahasa dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata.
Data penelitian ini merupakan deskripsi penggunaan sudut pendang pengarang yang terdapat dalam 34 bab dalam novel Laskar Pelangi dan frase, klausa, atau kalimat yang terindikasi merupakan model penggunaan gaya bahasa tertentu. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif, dan peneliti bertindak sebagai instrumen inti penelitian. Untuk menganalisis data, peneliti menggunakan metode analisis isi (contens analysis) melalui observasi teks yang dilakukan dengan langkah-langkah (1) pengumpulan data, (2) klasifikasi data, (3) merumuskan hasil, (4) interpretasi data, dan (5) membuat ikhtisar hasil klasifikasi.
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan data, diperoleh simpulan dalam novel Laskar Pelangi, Andrea Hirata mempergunakan sudut pandang campuran. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa walaupun secara umum dalam jumlah data paling banyak pengarang mempergunakan sudut pandang akuan, tetapi tetap terdapat sudut pandang diaan, yaitu diaan semestaan atau diaan serba tahu. Di samping itu juga perlu dicatat bahwa sudut pandang akuan yang dipergunakan pun ternyata terdiri atas berbagai wujud yaitu akuan sertaan dan akuan tak sertaan yang menggunakan tokoh aku (tunggal) dan kami (jamak).
Selanjutnya yang berhubungan dengan penggunaan gaya bahasa, dapat dikatakan pengarang mempunyai kepekaan rasa yang sangat tinggi dalam mempergunakan segala seluk beluk dan model-model gaya bahasa yang meliputi gaya bahasa perbandingan, pertentangan, pertautan, dan perulangan. Gaya bahasa perbandingan yang terdapat dalam novel ini meliputi gaya bahasa perumpamaan/simile, metafora, personifikasi, depersonifikasi, alegori, pleonasme, perifrasis, antisipasi/prolepsis, dan koreksio/epanortosis. Gaya bahasa pertentangan dalam novel ini meliputi hiperbola, ironi, oksimoron, zeugma, paradoks, klimaks, antiklimaks, inversi, sinisme, dan sarkasme. Gaya bahasa pertautan dalam novel Laskar Pelangi meliputi metonimia, sinekdoke, alusi, eufemisme, eponim, erotesis, paralelisme, ellipsis, gradasi, asindeton, dan polisindeton. Dan gaya bahasa perulangan dalam novel ini meliputi anafora dan mesodilopsis. Gaya bahasa yang mempunyai frekuensi tinggi dipergunakan oleh pengarang adalah gaya bahasa perbandingan terutama pada jenis gaya bahasa perumpamaan, metafora, dan personifikasi.
Implementasi pembelajaran apresiasi sastra dalam bentuk analisis gaya penceritaan dalam sebuah karya sastra prosa baik yang berwujud cerpen maupun novel memberikan pengetahuan kepada para siswa tentang penggunaan sudut pandang dan gaya bahasa yang dipergunakan pengarang dalam proses kreatifnya. Siswa diharapkan mampu membuat analisis terhadap model sudut pandang dan gaya bahasa yang dipergunakan pengarang dalam karya cerpen atau novel. Selanjutnya pembelajaran apresiasi sastra adalah membawa siswa untuk mampu menghasilan sebuah karya sastra prosa walaupun masih sangat sederhana. Dalam kaitannya dengan pembelajaran apresiasi terhadap gaya penceritaan pengarang, setidaknya siswa bisa menentukan model sudut pandang dan gaya bahasa apakah yang hendak dipergunakannya dalam cipta sastranya. Siswa diajak untuk mencoba menuliskan kembali pengalaman pribadinya menjadi sebuah cerita pendek yang bisa dipublikasikan.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan warna baru dalam pengembangan pembelajaran apresiasi sastra Indonesia di sekolah, khususnya gaya penceritaan dalam karya sastra prosa. Selain itu juga memperkaya wawasan kesastraan dalam bentuk kosa kata atau penggunaan ungkapan karena salah satu kelebihan dari novel Laskar Pelangi ditemukannya idiom-idiom yang merupakan bentuk penggunaan gaya bahasa unik dan menarik.

Como Baixar