Kawan, ketika meleleh keringat ini dari seluas hatiku
selamanya masih teringat kata dan syahdumu
betapa kau jauh dari haribaan
selamanya kau tak terlupakan
Kawan, ketika menjerit puluhan kata dalam sesalku
ketika itu kau lagukan ratusan maafmu
betapa kau tinggi di langit Tuhan
selamanya tiada sulit bagi dambaan
Kawan, suatu hari kucoba mengkhayalkan kata
kapan ada kebersamaan dalam suka
dalam hamparan dan luasan kabut sutra ungu
menyatukan serpihan perca mengalunkan lagu
Kawan, seperti kerasnya batu rapuh dengan malam
tiada jua kerasnya diri tanpa kelam
aku ada di antara batu-batu hitam
tiada celah mengintai indahnya kalam
Kawan, kalau boleh aku mencerca duka
tak lagi ada kata bisa kupilih
kalau damba tak lagi memihak hamba
serasa dendam tiada mempunyai dalih
Kawan, kini celah tinggal kemerlip dupa
tapi aku masih memeluk luka
biar nanti kupejamkan matahari
biar dupa menerangi hari
Kawan, boleh aku bertanya aka nada dan tiada
jika ada kau di antara semua ketiadaan
maka dupa menjadi matahari
maka malam pun menjadi hari
Kawan, aku masih mendamba.
Agus Harianto