Senin, 22 November 2010

Mimpi Berbuah Kenyataan

Menjadi salah satu finalis dalam sebuah lomba penulisan memang menjadi bagian dari visi dan misi hidup saya. Dikatakan ahli sih jelas tidak, tetapi memang selalu tebersit keinginan untuk mampu menjadi seorang penulis. Bagi saya menulis merupakan salah satu media untuk menyumbangkan pengetahuan kepada semua orang yang memerlukan informasi. Siapa tahu segala sesuatu yang sudah tulis bermanfaat bagi orang lain.
Ketika saya mengirimkan naskah lomba mengulas karya sastra (LMKS) 2010 terus terang merasa pesimis untuk bisa masuk menjadi salah satu finalis. Tetapi Allah menghendaki agar saya bisa lebih termotivasi untuk menyumbangkan buah pikiran saya kepada orang lain. Sungguh, menjadi salah satu finalis LMKS 2010 benar-benar menjadikan diri saya semakin terobsesi untuk terus mengembangkan potensi ini. Bagaimana tidak semakin terbakar ketika saya mendapat kesempatan untuk berdialog dengan para sastrawan yang karya-karyanya selama ini saya pelajari dan saya ajarkan kepada para siswa di sekolah. Bapak Taufiq Ismail, Djamal D. Rahman, Agus R. Sardjono, Sori Siregar benar-benar menggugah semangat saya untuk terus menulis. Walau jujur saja, sebenarnya saya tidak mempunyai kompetensi yang cukup untuk menjadi seperti apa yang mereka harapkan.
LMKS 2010 sebagaimana tahun sebelumnya dilaksanakan bersamaan dengan lomba menulis cerpen (LMCP). Pada tahun ini jumlah peserta pada kedua jenis lomba ini benar-benar luar biasa. LMKS 2010 diikuti 370 peserta se-Indonesia, sedangkan LMCP diikuti 1215 peserta se-Indonesia. Persentase peningkatan jumlah peserta untuk masing-masing jenis lomba mencapai ldbih dari 50%. Peningkatan jumlah peserta kali ini sangat dimungkinkan karena peserta tidak lagi dibatasi sebagaimana tahun sebelumya, yaitu hanya guru mata pelajaran Bahasa Indonesia tetapi meliputi guru SMA/SMK/MA yang mengampu seluruh mata pelajaran. Tetntu saja persaingan ketat membumbui lomba ini.
Keberadaan LMKS dan LMCP menurut saya benar-benar mampu menggugah lahirnya penulis-penulis berkualitas dari komunitas guru di Indonesia. Bagi saya yang paling berharga adalah adanya pengakuan terhadap karya yang saya tulis. Kepercayaan diri sebagai guru semakin kuat mengakar dan menjadi motivator untuk meningkatkan kemampuan berkarya. Terlebih ketika mengajarkan materi menulis kepada para siswa, saya merasa bahwa tidak salah mengajarkan msteri tersebut.
Apapun atau bagaimanapun perasaan saya ketika menerima surat undangan sebagai finalis, sudah tidak penting lagi. Apa yang saya dapatkan di hotel Prioritas (Jalan Raya Puncak Bogor Km. 83) tidak lagi merupakan hal yang luar biasa, tetapi yang menjadi sangat luar biasa adalah daya motivasi yang saya rasakan ketika bertemu dengan teman-teman finalis yang rata-rata adalah orang-orang hebat menurut saya. Hal inilah yang saya rasakan, sungguh sebuah pengalaman luar biasa dan dan sangat berharga dalam hidup saya.
Untuk itu semua saya mengucapkan terima kasih yang tiada dapat saya tuagan dengan indahnya kata-kata kepada semua dewan juri, panitia, dan teman-teman finalis LMKS dan LMCP 2010. Kedekatan kita memang hanya sebentar tetapi kesan dan semangat berkarya menjadi berkobar karenanya. Maka marilah kita berkomuikasi melalui karya tidak sekedar SMS belaka. Marilah kita menulis segala harapan, segala rasa, segala daya, dan segala tahu demi kepedulian kepada sesama.

Ode untuk Guruku

Sekuntum Cinta untuk Guruku

Kadang kami duduk di atas ketinggian
Untuk sekedar memuaskan rasa ingin tahu
Yang begitu kuat berteriak dalam aliran napas ini
Kadang kami berlari di atas pematang
Untuk sekedar mencari kebenaran atas cinta
Akan orang-orang yang berjalan di atas sajadah cinta
Suatu kali pernah kuukir sebait tembang karena keagungan
Suatu kali pernah kutulis syair kelembutan demi tetes-tetes keikhlasan
Yang tiada pernah terkikis dari raut wajah yang demikian teduh

Saudaraku…
Kini perkenankan aku meriwayatkan seberkas kisah perjalanan
Tentang orang-orang paling berjasa dalam hidup ini
Suatu hari aku mendengar kisah tentang seorang ibu guru yang tersenyum
Ketika mendengar kabar sukses para siswanya
Suatu hari aku mendengar kisah tentang seorang bapak guru yang marah
Ketika melihat betapa rendahnya perbuatan kami
Suatu saat aku mendengar kisah betapa memilukan seorang ibu guru yang menyayat hati
Ketika seorang anak didiknya menghujat dengan kata-kata tajam

Wajah guruku adalah beribu karakter anak-anaknya
Wajah guruku adalah semua wajah kami anak didiknya
Wajah guruku adalah air danau yang menampung segala kisah
Adalah kolam maha luas yang senantiasa memberikan pelepas dahaga anak-anaknya
Aku tahu bahwa segala duka dan segala suka berkecamuk menjadi santapan kesehariannya
Tidak pernah ada keluh walau marah sekalipun
Karena kemarahan hanya ada pada permukaan bukan pada hati

Bapak…Ibu
Dalam hati ini ada sekuntum rindu manakala mengingat betapa luhur dirimu
Betapa dalam keinginan untuk sekedar meredakan gejolak rindu dalam diri
Akan segala duka
Akan segala suka
Selama ini kami tidak pernah menyadari betapa benar apa yang telah engkau sampaikan
Kami tahu tapi pura-pura tidak tahu karena egoisme
Kami paham tapi angkara membawa kebenaran itu
Seakan tidak pernah ada kebenaran yang engkau bawa
Sekarang tatkala kami telah mulai membuka hati
Kami tahu tiada setitik pun dari sabdamu berupa nila
Setiap kata dan desah napasmu adalah tuntunan hidup bagi kami anak-anakmu

Ketika kami buta
Ketika kami tuli
Ketika kami telanjang
Engkau datang membawa pelita
Membakar bara yang masih tidur dalam kemalasan
Maka betapa ingin rindu ini terbalas dengan bentuk peluk dan restumu

Saudaraku…
Pada saat yang lain aku pernah medengar sebuah kisah tentang betapa berat hidup guru kita
Etika dan estetika yang selalu menjadi kembang napasnya
Seberkas pengetahuan yang senantiasa menjadi pencerah semua insan
Kadang hanya berbalas caci maki tanpa rasa
Kadang membersit lara tiada terobat ketika segala pengorbanan tiada berarti
Ketika gelar pahlawan tanpa tanda jasa benar-benar tak lagi memberikan arti
Memang perbaikan demi perbaikan kesejahteraan terus terupayakan
Tetapi mana pernah akan berarti jika senantiasa terdholimi

Saudaraku…
Betapa banyak Bapak/Ibu guru kita yang benar-benar berjuang melawan nasib
Betapa berat perjuangan mereka melawan kedholiman
Kita lihat pemotongan gaji dan tunjangan yang tidak manusiawi
Aku bisa dengar betapa sebenarnya hati kecil mereka berteriak
Tapi tiada kuat melawan air besar beriak
Dan betapa betapa luar biasa tuntutan sistem
Untuk sekedar mendapatkan tambahan tunjangan
Tiada senyum dan kemudahan pelayanan
Tapi guruku harus merelakan senyumya setiap saat
Mendermakan senyumnya dengan hati tercekat
Sementera aliran darahnya seakan terkerat

Tetapi akupun mendengar ketika guruku melompati batas hari
Ketika guruku mengejar kompetensi dan kualitas diri
Ketika guruku menciptakan banyak sekali karya prestasi
Ketika guruku membawa prestise dan prestasi kami anak-anak negeri
Maka kami anak-anakmu tiada pernah menutup mata dan hati
Kami tahu kepada siapa kami diskusi
Manakala kami harus meneladani jejak prestasi
Kami bangga padamu wahai Bapak dan Ibu

Sekarang memang belum mengerti apa-apa tentang dunia
Tapi sekarang kam akan mengerti apa-apa karena dunia
Tapi engkaulah yang paling mengerti apa-apa
Maka padamulah wahai Bapak dan Ibu
Kami datang dengan cinta yang hanya sekuntum
Kami datang dengan segala ratapan dan kehausan
Dan kami akan menimba di sumurmu yang tiada pernah berdasar
Terima kasih guruku.

Senin, 31 Mei 2010

Fatamorgana Biru

Deg..deg…deg, semakin kuat jantungku memompa darah ke sekujur tubuh. Kulambatkan tarikan gas motor matikku. Memasuki perbatasan itu benar-benar membuat aku semakin berharap dan berdebar. Wanita setengah baya dengan tubuh gembrot dan tinggi…seorang ibu yang kelihatan sangat matang dengan kedewasaannya, … atau seorang wanita muda dengan pesona yang tetap menarik walaupun beberapa kali melahirkan. Bayangan itu semakin membuatku berdebar dan terseret imajinasi belasan tahun silam ketika baru lulus SMA. “Rumahku nggak ada macannya kok, Kak!” Kalimat itu benar-benar membuatku melambung tinggi, angan-angan seorang pemuda yang masih sangat mentah dalam kehidupan. Bertemu beberapa kali, menjadi rutinitas, dan akhirnya jadian sehidup semati benar-benar merupakan suatu angan yang sangat indah. Seakan dunia benar-benar seperti kata orang yang sedang dimabuk asmara, yaitu hanya milik berdua.


Perbatasan desa telah kulewati, beberapa menit berikut aku telah melaju di depan rumah yang kutengarai adalah rumah yang kumaksud dalam anganku. Harapanku kandas tak kutemui seseorang di sekitar rumah itu. Pintu terbuka dan sepeda motor matik warna oranye diparkir depan rumah. Tak ada keberanian untuk berhenti. Aku terus melaju dan terus kutarik gas matorku. Kuputuskan untuk menapaki kembali rute cintaku belasan tahun silam. Masya Allah jalanan kampung telah rusak berat, tampaknya kita memang hanya bisa membangun tanpa mampu merawat padahal desa ini adalah desa nasional saat itu. Belum ada jalan kampung sebagus di desa ini kala itu. “Makasih ya Kak…! Mampir dulu nggak?” , katanya sambil tersenyum. Tentu saja tak kusia-siakan kesempatan itu. Pulang setelah bertukar buku harian. Buru-buru sampai di rumah, masuk kamar pura-pura sibuk ngerjaan tugas kuliah atau ngoreksi kerjaan anak-anak kubaca lembar-lembaran buku harian dengan hati berdebar-debar tetapi berbunga-bunga. Dan kutulis ekspresi hatiku yang tentu saja sangat konyol saat itu.

Kulewati dengan sendu jalan ini dengan kekecewaan. Kulewati rumah orangtuanya dengan sepi. Kesepian semakin menghimpitku. Aku istighfar beberapa kali. Ya Allah apa yang telah kulakukan ini. Hatiku telah mengkhianati keluargaku, kenapa harus kuturuti kata hati ini. Ingkarkah aku pada anak dan istriku, ataukah aku hanya ingin sekedar membalas dendam karena dulu aku dikhianati oleh seorang wanita yang benar-benar sangat aku kasihi dan membuatku jatuh ketika ia memutuskan menikah dengan pria pilihan orangtuanya? Saat itu memang tidak ada bahan yang bisa kujadikan perhitungan. Tak ada yang bisa kubanggakan, masa depan seorang mahasiswa kelas jauh yang sambil kerja sebagai tenaga sukarela di beberapa sekolah benar-benar tidak bisa kujadikan bahan perhitungan. Lantas benarkah aku hanya ingin membuat perhitungan dengan bahan yang kumiliki sekarang ini? Atau ada rindu dendam yang masih membara dalam relung hatiku?

“Kapan Dik Mita berangkat ke asrama, Pak?” salah seorang seniorku bertanya pada bapaknya Mita. Kami semua tahu Mita akan melanjutkan sekolah ke SPK, sehingga kami harus merelakan kepergiannya dari oraganisasi kami. “Ya … ggak tahu ya Mas, bergantung calon suaminya saja. Kan suaminya sekarang masih dinas Kalimantan. Itu lho Mas, ia seorang tentara. Kalau kami hanya nurut mereka saja. Katanya tiga bulan lagi tugasnya di sana selesai. Kalau pulang ya langsung saja nikah,…gitu kami sangat senang”. Kalimat-kalimat itu terdengar sangat menggembirakan bagi orang tua itu. Teman-temanku tersengat dan tanpa dikomando langsung menoleh ke arahku. Aku terpaku, tak ada yang bisa kulakukan kecuali hanya diam. Kembali Kak Dimas memecah keheningan, “Lho katanya mau melanjutkan sekolah ke SPK, apa benar gitu Pak?” Pak Darmo menghisap tembakaunya dan menghembuskannya dengan tergesa-gesa, “Ah, tidak kok Mas”.

Aku terkejut ternyata aku sudah kembali sampai di depan rumah itu. Dengan nekat aku berhenti tepat di depan rumah itu, tanpa turun dari motor aku keluarkan ponsel pura-pura cek SMS. Mataku jelalatan, aku berharap ada seorang wanita setengah baya dengan tubuh gembrot atau seorang ibu yang kelihatan sangat matang dengan kedewasaannya, … atau seorang wanita muda dengan pesonanya. Tetap saja harapanku kandas tak kutemui siapapun yang bisa mengobati rasa penasaranku. Benar-benar aku heran ke mana, di mana? Tak pernah kutinggalkan daerahku sampai sekarang. Aku tak pernah meninggalkan kampung halamanku kecuali untuk tugas belajar yang seberapa lama. Yang tak pernah kuharapkan selalu saja kutemui walaupun aku harus memeras keringat untuk mengingatnya. Aku tidak ingin selingkuh aku nggak ingin menodai kesucian cintaku pada istriku tersayang. Aku hanya ingin tahu seperti apakah keadaan wanita yang telah mencampakkan diri ini karena tak mempunyai masa depan. Sekarang aku memang sudah jauh lebih mapan, bahkan gelar S2 pun telah kusandang. Istriku kukuliahkan. Aku khianat pada istriku? “Nggak Ton, kamu nggak selingkuh kamu nggak khianat, kamu hanya ingin tahu dan menjawab pertanyaan dari kepenasaranmu saja. Kupikir semua orang akan mengalami hal itu. Puaskan hatimu tapi jaga hatimu”, pesan Mas Wied beberapa saat lalu. Tapi kenapa hatiku jadi sepi ketika tak menemukan apa-apa dan siapa-siapa yang kuharapkan di situ?
Bersambung!

Jumat, 07 Mei 2010

Di Balik Glaomuritas

Sebuah perjuangan tanpa disertai dengan usaha yang gigih dan keras dapat diyakini tidak akan menghasilkan sebuah harapan sebagai yang dicita-citakan sebelumnya. Dunia glamouritas remaja dan pelajar dewasa ini tampaknya serba menuntut kebebasan. Sayangnya kebebasan ini tidak disertai dengan kedewasaan berpikir yang bertanggung jawab, walaupun itu hanya terhadap dirinya sendiri. Tapi di antara kebrengsekan dan keterpurukan moral yang menggejala di antara kehidupan remaja saat ini harus diakui bahwa sebenarnya terdapat banyak kelebihan yang dimiliki mereka. Kebobrokan dan kelebihan inilah yang sengaja dimunculkan oleh Hanung Bramantyo untuk memberikan imbangan terhadap kritik moral yang senantiasa ditujukan kepada para remaja dan pelajar dewasa ini.


Persabahatan dengan berbagai bentuk dan versi sering kita jumpai pada kehidupan remaja dan pelajar masa kini. Apapun bentuknya sudah seharusnya kita menghargai segala model dan kreativitas serta bentuk persahabatan mereka. Kisah tentang tiga orang sahabat Agni, Arian, Alde yang berusaha memunculkan eksistensi diri mereka harus banyak mengalami tantangan yang hampir membuat persabahatan mereka berantakan. Mereka tiga orang siswa sebuah SMA yang dianggap pecundang “CUPU” di sekolahnya. Mereka bertekad membuktikan eksistensi dan kualitas diri mereka dengan membuat film documenter sekolah. Film inilah yang mengubah nasib mereka menjadi “Pahlawan Sekolah” merekapun dielu-elukan oleh siswa lainnya. Dari mereka pulalah ternyata diketahui bahwa yang bobrok itu bukan para remaja dan pelajar sebagaimana yang dianggap banyak orang melainkan justru pihak orang dewasalah yang memiliki kebobrokan tingkat parah yang tersembunyi rapi. Sebuah harapan yang bisa kita munculkan dari film ini adalah keadilan dari orang dewasa untuk bersikap pada para remaja dan pelajar saat ini. Seharusnya ada kesadaran bahwa situasi dan kondisi sekarang berbeda dengan dahulu. Inilah yang membedakan antara generasi dahulu dan sekarang. Tapi disadari atau tidak sebenarnya antara dahulu dan sekarang tidak terlalu jauh berbeda, hanya masalah bentuk dan versi saja yang membedakannya. Justru dari para remaja dan pelajar inilah diketahui bagaimana kecurangan seorang pimpinan sekolah.

Kelihaian Hanung dalam hal ‘casting’ menjadikan film ini benar-benar mampu membuat penonton terpenuhi dan terbuai oleh sebuah ‘foreshadowing’ dan angan yang membumbung tinggi. Dengan kesempurnaan teknik penggarapannya Hanung berhasil menciptakan penggambaran dan visualisasi yang memikat. Hampir semua adegan mendapatkan perhatian sempurna dari Hanung, sehingga seakan tidak ada sedikit pun celah yang bisa membuat kita merasa bosan untuk mengikuti kelanjutan dari kisahan ini. Penggarapan setting psikis dalam film ini tampak benar-benar mendapatkan tempat yang lumayan menarik bagi penonton. Soundtrack dan background musik yang mengalun lembut, keras, dan penuh variasi benar-benar mampu membawa kita ke arah angan-angan yang membumbung sebaimana yang selalu dibayangkan oleh para remaja dan pelajar.

Lepas dari semua hal yang telah diuraikan di atas, tampaknya sebuah karya manusia tetap saja tidak bisa dilepaskan dari ketidaksempurnaan. Catatan Akhir Sekolah tidak saja menyajikan sesuatu yang bernilai moral tinggi, tetapi juga menyuguhkan suatu fenomena sosial yang bisa memberikan efek negatif secara psikologis kepada penonton, utamanya para remaja dan pelajar. Penggunaan setting fisik yang hanya di lingkungan kompleks komplek sekolah, mall, dan sedikit tempat lain menjadikan satu titik kejenuhan yang mempengaruhi psikologis penonton. Bagaimana pun bentuknya Catatan Akhir Sekolah adalah sebuah garapan yang penuh dengan keterbatasan sifat manusia.



Agus Harianto, S.Pd.

Turen, 23 September 2005

Kamis, 06 Mei 2010

RPP dan Proses Pembelajaran

HUBUNGAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN
DENGAN PROSES PEMBELAJARAN DI SEKOLAH
Oleh : Agus Harianto, S.Pd.

1. Pendahuluan
Kegiatan belajar mengajar di sekolah merupakan bagian integral sebuah proses pembelajaran. Belajar dan mengajar tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lain. Keduanya merupakan unsur yang saling mendukung untuk mendukung menuju satu pencapaian tujuan. Tanpa sebuah tujuan tidak mungkin sebuah kegiatan akan mempunyai arah yang jelas dan pasti. Kegiatan belajar mengajar dengan tujuan yang jelas dan terarah bisa dirumuskan dengan cara yang sistematis melalui berbagai macam konsep dan teori pembelajaran. Sebagaimana sudah menjadi sebuah kelaziman dalam kehidupan ini, bahwa perubahan senantiasa akan terus terjadi, maka kebutuhan akan sebuah teknologi pembelajaran pun akan terus bertambah. Meningkatnya kebutuhan akan konsep dan teori pembelajaran ini tentu saja dipicu oleh berbagai perubahan dan perkembangan yang terus terjadi.
Banyak sekali konsep dan teori pembelajaran yang ditawarkan oleh para ahli bidang pengajaran untuk bisa dipakai dalam sebuah proses pembelajaran dan transfer ilmu pengetahuan. Dengan sudut pandang yang berbeda, dan segala kelebihan atau kelemahannya kita bisa menerapkan sebuah atau beberapa konsep pembelajaran. Tetapi satu hal yang perlu diperhatikan adalah bagaimana konsep atau teori pembelajaran tersebut bisa diterapkan secara tepat dalam sebuah proses pembelajaran. Berikut akan kita bahas bagaimana penerapan berbagai teori pembelajaran dalam proses belajar mengajar di sekolah.

2. Kondisi Nyata Pembelajaran di Sekolah
Pemahaman terhadap sebuah konsep pembelajaran yang tidak utuh berakibat terhadap pola penerapannya di lapangan. Lemahnya penguasaan konsep pembelajaran ini tentu saja akan terus berkembang jika tidak diimbangi dengan peningkatan kemampuan sumber daya manusia dari siapa saja yang berkecimpung dalam bidang pengajaran ini. Sebagai sebuah contoh adalah silang pendapat yang terus berlanjut tentang konsep yang benar tentang strategi pembelajaran. Dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berdasarkan kurikulum 2004 atau Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) senantiasa terjadi perbedaan sudut pandang tentang sistematika penulisannya. Dalam sebuah seminar atau pelatihan dinyatakan bahwa sistematika penulisan RPP adalah sesuatu yang tidak mutlak, yang dipentingkan adalah unsur-unsur yang disyaratkan sudah terpenuhi. Tetapi dalam sebuah forum yang lain, sebagai contoh dalam sertifikasi guru, penulisan RPP benar-benar merupakan suatu yang dibakukan. Di satu sisi dinyatakan bahwa tujuan pembelajaran sudah termaktup dalam indikator, sehingga tidak perlu lagi dinyatakan secara ekplisit. Tetapi di sisi yang lain tujuan pembejalaran harus benar-benar dinyatakan secara eksplisit, karena berbeda dengan indikator.
Hal-hal seperti ini menjadikan sebuah kontaminasi pemahaman terhadap konsep pembelajaran yang cukup runyam dan jelas membingungkan. Belum lagi dengan pergeseran kurikulum yang terus-menerus mengalami perubahan tanpa memperhatikan keadaan yang sebenarnya di lapangan. Menyikapi hal tersebut penyiapan sumber daya manusia dari tenaga pengajar merupakan faktor utama dan mutlak yang harus mendapat perhatian terlebih dahulu jika ingin menghasilkan sebuah produk/output sebagaimana yang diharapkan oleh perubahan kurikulum yang dimaksud. Sementara kita ketahui bahwa kenyataan di lapangan banyak sekali tenaga pengajar yang dapat dikatakan masih belum memenuhi kelayakan secara kualitas. Secara formalitas, dalam hal ini ijazah dan tingkat pendidikan dan akta memang memenuhi syarat, tetapi dalam hal penguasaan keterampilan dan pengetahuan dasar minimal yang seharusnya dimiliki oleh seorang tenaga pengajar kadang masih sangat jauh dari yang diharapkan. Tentu saja hal seperti ini sangat memprihatinkan.
Sebagai sebuah contoh adalah bagaimana rendahnya kompetensi seorang guru atau tenaga pengajar dalam hal penguasaan teknologi pendidikan/pengajaran, teknologi informasi, dan bahasa asing. Data statistik di sebuah sekolah sebagaimana yang penulis teliti menunjukkan seuatu hal yang sangat memprihatinkan. Katakanlah dalam sebuah lembaga pendidikan menengah atas mempunyai 65 orang tenaga pengajar. Jika dipersentase akan dapat menunjukkan gambaran yang sangat memprihatinkan. Hampir sebagian besar dari sejumlah tenaga pengajar tersebut tidak mempunyai kompetensi sebagaimana yang diharapkan.
Keadaan ini merupakan akibat dari berbagai macam kondisi yang bersifat internal dan eksternal dari seorang tenaga pengajar di instansi tersebut. Kondisi internal tentu saja benar-benar bergantung pada kemampuan individual dari masing-masing personal. Kemampuan ini bisa berupa rendahnya tingkat intelektual atau rendahnya minat untuk mengembangkan diri. Dan yang paling parah disebabkan oleh kemalasan karena tidak adanya stimulus yang bisa membuat secara individu terpaksa harus mengembangkan diri. Rasa aman sebagai seorang pegawai negeri dengan kenaikan pangkat otomatis yang demikian mudah, karena bisa dilakukan dengan melakukan manipulasi data, juga dapat dikatakan sebagai salah satu faktor internal yang meninabobokan perkembangan kualitas sumber daya manusia tenaga pengajar.
Sedangkan salah satu contoh faktor eksternal adalah model penilaian akhir keberhasilan siswa dalam bentuk ujian nasional. Sistem ujian nasional yang dilaksanakan selama ini menjadikan srategi, pendekatan, metode, atau model pembelajaran apapun tidak lagi sesuai dengan ketentuannya. Hal ini terjadi karena yang dipentingkan pada akhirnya adalah hasil akhir bukan proses. Dalam pembicaraan forum ilmiah seperti seminar, workshop, simposium, lokakarya dan sejenisnya memang disampaikan bagaimana menggunakan strategi pembelajaran yang tepat. Tetapi tetap saja yang terjadi adalah drill atau pemberian bekal secara khusus kepada siswa agar berhasil dalam arti lulus ujian nasional. Ketakutan dan stress seorang guru, terutama guru mata pelajaran yang diujikan secara nasional adalah jika tidak berhasil membawa siswa didiknya menuju sukses ujian nasional. Keadaan ini benar-benar menjadi kondisi nyata di lapangan.

3. Memilih Model Pembelajaran Inovatif
Bagaimanapun untuk dapat mewujudkan suatu tujuan pembelajaran yang baik diperlukan sebuah rumusan teori belajar yang tepat. Mungkin akan muncul berbagai macam pertanyaan tentang keberadaan teori belajar. Mengapa kita memerlukan teori yang masih spekulatif, padahal akan lebih baik jika kita langsung berurusan dengan data-data konkret, faktual, dan empiris tentang belajar? Snelbecker (1974) dalam Teori-teori belajar, Ratna Wilis Dahar menyatakan bahwa perumusan teori itu bukan hanya penting, melainkan vital bagi psikologi dan pendidikan, untuk dapat maju dan berkembang, dan memecahkan masalah-masalah yang ditemukan dalam setiap bidang itu.
Berbagai perubahan yang terjadi dalam dunia pendidikan selama ini senantiasa memicu tumbuh dan berkembangnya hal-hal baru yang berupa konsep. Konsep dasar tersebut sudah barang tentu berakar pada sebuah teori yang sudah ada sebelumnya. Apapun bentuk dan model teori pembelajaran yang berkembang dapat dipastikan mempunyai pola pikir atau paradigma tertentu dengansegala kelebihan dan kelemahannya. Untuk itu sebaiknya kita tidak terlalu terjebak dalam adu argumentasi demi memutuskan teori belajar mana yang paling unggul.
Berbagai pendekatan pembelajaran yang ditawarkan telah memberikan inspirasi pada diri kita untuk berpikir kritis. Mana yang tepat dan akan kita pilih sebagai metode pembelajaran mata pelajaran yang akan kita ajarkan pada para siswa. Dalam mengajarkan sebuah mata pelajaran tidak cukup hanya mengandalkan sebuah pendekatan pembelajaran. Materi “X” tepat sekali diajarkan dengan mempergunakan pendekatan keterampilan proses, tetapi dimungkinkan sangat lucu dan tidak tepat sasaran jika dipergunakan untuk mengajarkan materi “Y”. Mungkin materi “Y” sangat mungkin disampaikan dengan pendekatan contectual teaching learning (CTL). Bahkan adakalanya kita harus menggabungkan beberapa pendekatan pembelajaran untuk menyampaikan sebuah materi pembelajaran. Hal ini tampak nyata ketika kita sudah menurunkan metode pembelajaran dari pendekatan yang kita pergunakan. Sebuah metode yang biasanya kita turunkan dari pendekatan “A” bisa saja kita gabungkan dengan metode pembelajaran yang lain yang kita turunkan sebuah pendekatan “B”
Metode adalah cara guru menyampaikan materi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu. Beberapa metode dapat dimanfaatkan guru mulai dari yang sederhana sampai dengan yang kompleks. Namun terdapat metode-metode khusus untuk tujuan-tujuan tertentu, seperti metode bercerita, metode membaca, metode menulis dan lain-lain (Suprayekti, 2003: 13). Beberapa metode pembelajaran yang lazim dimanfatkan guru antara lain adalah sebagaimana tersebut di bawah ini.
a. Metode ceramah.
b. Metode demontrasi.
c. Metode diskusi.
d. Metode latihan.
e. Metode simulasi.
f. Metode eksperimen.
g. Metode bermain peran.
h. Metode sumbang saran.
i. Metode studi kasus, dll.

Penggunaan metode pembelajaran benar-benar bergantung pada spesifikasi mata pelajaran yang diajarkan oleh guru. Satu misal metode eksperimen tepat sekali dipergunakan pada pembelajaran Biologi, Kimia, dan Fisika, tetapi kurang tepat ada pembelajaran Bahasa Indonesia. Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia sangat tepat jika dipergunakan metode bermain peran sekaligus digabung dengan metode demontrasi, demikian dan seterusnya.
Dalam hal memilih sebuah metode pembelajaran guru dituntut harus mampu mengambil keputusan yang tepat karena ketepatan pemilihan metode pembelajaran berkorelasi dengan hasil akhir pencapaian tujuan pembelajaran. Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru sebelum menentukan pilihan terhadap metode pembelajaran adalah: (1) faktor guru, (2) faktor siswa, (3) faktor kurikulum, dan (4) faktor lingkungan. Faktor pertama adalah bagaimana guru mempunyai keterampilan mengajar, mengelola tahapan pembelajaran, dan kemampuan memanfaatkan metode. Seorang guru atau pengajar harus benar-benar menyadari batas kemampuan dirinya sebelumnya menentukan metode pembelajaran yang akan dipilihnya. Metode apapun yang dipilihnya harus disesuaikan dengan kemampuannya agar bisa memperoleh hasil yang maksimal. Faktor kedua adalah siswa sebagai subjek belajar atau pembelajar. Pada diri siswa yang harus diperhatikan bagaimana sebuah metode pembelajaran sesuai dengan karakteristik siswa baik secara umum maupun khusus. Sedangkan faktor kurikulum merupakan pedoman bagi guru dalam merumuskan tujuan dan mengorganisasikan isi pembelajaran. Dan faktor lingkungan merupakan latar konteks terjadinya pengalaman belajar. Pada faktor ini perlu diperhatikan lingkungan fisik dan lingkungan nonfisik yang menunjang situasi interaksi belajar mengajar secara maksimal. Dalam hal ini sangat perlu diperhatikan adalah sarana dan prasarana sebagai fasilitas pembelajaran. Sebagai sebuah contoh tidak mungkin kita memilih metode dan pendekatan audio visual jika tidak tersedia fasilitas laboratorium multimedia.
Menentukan sebuah metode pembelajaran yang inovatif memang menjadi sebuah kebutuhan mutlak dalam proses belajar mengajar. Mengapa harus inovatif? Fakta menunjukkan bahwa pada kenyataannya metode pembelajaran yang statis, monoton, dan konvensional cenderung tidak diminati oleh siswa didik. Padahal salah satu faktor penentu keberhasilan proses pembelajaran adalah siswa. Dengan demikian rasa ketertarikan siswa baik terhadap penampilan guru, kompetensi guru, maupun cara guru menyampaikan materi pelajaran harus mendapat perhatian yang maksimal.

4. Penutup
Merancang sebuah strategi pembelajaran yang tepat guna harus mampu mencerminkan sebuah konsep pola pikir yang jelas dan mempunyai dasar yang dapat diyakini kesahihannya. Berbagai macam teori pembelajaran yang ditawarkan bisa menjadi bahan referensi bagi seorang guru untuk menentukan konsep pembelajaran yang tepat bagi para siswanya. Untuk bisa merancang sebuah konsep pembelajaran yang baik diperlukan kompetensi standar seeorang guru. Kompetensi standar yang dimaksud pada masa ini yaitu kemampuan menguasai strategi pembelajaran, penguasaan bahasa asing, dan penguasaan teknologi informasi dan komunikasi di samping kemampuan pedagogi yang memang harus dikuasai.
Kondisi pembelajaran yang sangat bervariasi dengan segala bentuk kekurangan dan kelebihannya menuntut seorang guru untuk dapat menemukan sebuah pola pembelajaran yang inovatif dan menarik. Kearifan dalam menanggapi berbagai masalah dalam bidang pengajaran merupakan modal utama dalam rangka mengembangkan kemampuan diri. Kemampuan diri yang bagus akan dapat menyumbangkan kesuksesan pencapaian tujuan pembelajaran secara umum. Untuk itu sangat disarankan agar kita senantiasa mau dan bisa mengikuti segala bentuk perubahan dan perkembangan. Dengan mengikuti perubahan kita tidak akan tergilas oleh perubahan itu sendiri. Pada hakikatnya semua perubahan adalah untuk meraih sesuatu yang jauh lebih dan lebih sempurna.
Penerapan interaksi belajar mengajar secara spesifik dimaksudkan untuk memberikan gambaran bahwea apa yang telah dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran harus direncanakan secara sistematis dan terpola. Dengan demikian akan terjalin hubungan yang signifikan antara komponen perencanaan pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA
Dahar, Ratna Wilis. 1988. Teori-teori Belajar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Suprayekti. 2003.Interaksi Belajar Mengajar.Surabaya: Balai Penataran Guru Jawa Timur.

Rabu, 05 Mei 2010

UNAS BUKAN TUJUAN AKHIR

Perkembangan dunia pendidikan di Indonesia akhir-akhir ini dapat dikatakan senantiasa berpacu dengan waktu untuk mengejar ketertinggalan dengan negara tetangga. Ketertinggalan perkembangan dunia pendidikan kita tampaknya memicu sikap yang kadang dapat dikatakan hiperbola. Kondisi ini sebenarnya merupakan efek dari latar sosial budaya di negara kita yang kadang menjadikan kita sebagai orang yang cenderung apatis dan pasif. Kondisi ini masih terus merebak sampai pada generasi bangsa yang kini masih sedang duduk di pendidikan tingkat atas dan pendidikan tinggi. Banyak pelajar setingkat SMA yang hanya sekedar memenuhi kewajiban untuk datang ke sekolah tanpa disertai rasa tanggung jawab untuk meningkatkan kualitas diri. Demikian pula di tingkat pendidikan tinggi banyak mahasiswa yang lebih merasa menjadi mahasiswa jika sudah terlibat dalam kegiatan-kegiatan demontrasi turun ke jalan dengan orasi-orasi keras mereka.
Menyikapi kondisi yang demikian ini banyak lembaga pendidikan yang mengambil langkah penyelamatan dengan versi yang kadang justru menimbulkan pro dan kontra yang berkepanjangan dan tidak berujung pada sebuah solusi. Langkah-langkah dalam bentuk apapun pada dasarnya merupakan bentuk kepedulian terhadap keberhasilan generasi penerus bangsa ini. Sementara itu pro dan kontra justru menimbulkan permasalahan baru yang sangat tidak menguntungkan bagi pembinaan pengembangan kualitas generasi penerus. Budaya pro dan kontra yang terwarisi dari pendahulu semakin semarak dan tumbuh subur seiring dengan berlangsungnya orde reformasi yang seakan menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan. Disadari atau tidak kondisi tersebut menjadi sebuah bentuk contoh terapan yang sangat melekat pada diri generasi bangsa.
Tidak jauh dari masalah tersebut, sebagai sebuah contoh yang senantiasa menjadi bahan perdebatan sepanjang tahun adalah masalah penyelenggaraan ujian nasional. Pro dan kontra adanya ujian nasional menjadi sebuah polemik yang cukup menarik untuk disimak. Pergantian kebijakan yang dilandasi niat untuk memperbaiki keadaan justru menjadi sesuatu yang menghambat perkembangan tersebut. Sebagian pihak merasa ujian nasional adalah sesuatu yang berseberangan dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan, sebagian pihak masih beranggapan bahwa ujian nasional sangat perlu sabagai standar uuran kompetensi siswa baik tingkat sekolah, regional, maupun nasional. Dan sebagaimana kita ketahui pada akhirnya pemerintah memutuskan bahwa ujian nasional dipandang masih sangat perlu dilaksanakan.
Keputusan pemerintah tersebut kembali menjadikan banyak lembaga pendidikan, ribuan pendidik, dan ratusan bahkan jutaan siswa panik dan ketakutan karena ancaman ketidak berhasilan alias tidak lulus ujian nasional. Kepanikan dan ketakutan membuahkan kecerdasan untuk melakukan antisipasi baik yang bersifat positif maupun negatif. Bahkan tidak jarang terjadi kecurangan dilakukan untuk mendapatkan sebuah kata yang sangat disakralkan yaitu “LULUS”. Padahal lulus dalam ujian nasional bukan satu-satunya tujuan akhir dari sebuah proses pembelajaran yang sangat panjang. Bagi siswa SMA/SMK lulus ujian nasional bukan berarti selesai. Masih banyak proses yang harus dilalui untuk meraih keberhasilan. Tes masuk perguruan tinggi atau bekerja.
Kadang tidak terpikir bahwa satu kali saja hal negatif kita lakukan, maka akan berdampak negatif pada apapun yang akan kita lakukan pada masa mendatang. Jadi kerugian besar sebenarnya akan menghadang jika kita melakukan kecurangan dalam pelaksanaan ujian nasional. Berhasil dalam menempuh ujian nasional jelas bukan merupakan tujuan akhir yang harus didewakan. Lantas mengapa kita harus melakukan berbagai macam hal yang jelas akan merugikan diri sendiri?
Tetapi satu hal yang tidak bisa dipungkiri adalah bahwa semua hal yang terjadi di hadapan kita tidak bisa dilepaskan dari adanya sistem yang mengikat keseimbangan alam. Hukum sebab akibat akan terus mendesak kita. Mengapa setiap sekolah harus mampu meluluskan siswanya dengan target seratus persen dalam ujian nasional? Mengapa semua siswa harus berhasil dalam menempuh ujian nasional? Mengapa ada tuntutan semacam itu? Padahal seperti yang terjadi pada waktu-waktu sebelumnya, ketika seseorang dituntut untuk mampu melaksanakan sesuatu dengan target tertentu maka ia akan mampu pula melakukan berbagai manipulasi. Nah betapa mengerikan jika semua tuntutan pada akhirnya harus berbuah manipulasi untuk memenuhinya (AH).

Rabu, 06 Januari 2010

Model-model Pembelajaran

Model Pembelajaran




Bertolak dari pendekatan CTL dan PAKEM, model pembelajaran yang dilakukan dapat menggunakan multimetode berikut.

1. Metode Pembelajaran Langsung

• Siswa bersama guru mereview materi pembelajaran yang telah dipelajari

• Guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai

• Guru melakukan presentasi (bisa model deduktif atau induktif)

- materi diorganisasikan per bagian dengan baik

- advance organizer dibuat

- demonstrasi/modelling dan peta konsep dilakukan bila diperlukan

• Siswa melakukan latihan dengan bimbingan guru.

• Siswa melakukan latihan secara mandiri (Lembar Kerja Siswa).

• Siswa secara periodik dicek keterampilan/ pengetahuannya.

• Guru melakukan konfirmasi/penguatan.



2. Metode Diskusi

• Guru menyampaikan materi dan menyiapkan pertanyaan dan mengelompokkan pertanyaan sebelumnya.

• Guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai

• Siswa dibentuk menjadi keompok- kelompok dan diberi pertanyaan yang sudah disiapkan.

• Setiap kelompok mendiskusikan jawaban terhadap pertanyaan tersebut.

• Setiap kelompok atau salah satu kelompok memresentasikan hasil diskusinya.

• Kelompok lain menanggapi, bertanya, atau memberikan masukan .

• Guru melakukan konfirmasi/penguatan.



3. Metode Jigsaw

• Siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok dengan beranggotakan xx.

• Tiap individu dalam kelompok diberi bagian materi yang berbeda untuk dipelajari.

• Anggota kelompok membentuk kelompok baru (kelompok ahli) berdasarkan bagian materi yang sama dan mendiskusikannya.

• Setelah selesai diskusi dengan kelompok ahli, tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar/melaporkan hasil diskusi kepada anggota kelompok yang lain.

• Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya pada forum.

• Guru mengevaluasi presentasi/dan memberikan penguatan.



4. Think Pair and Share (Berpikir-Berpasangan-Sharing)

• Guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai.

• Guru menyampaikan inti materi dan menyampaikan permasalahan atau pertanyaan yang problematis.

• Siswa diminta untuk berfikir secara individu dan menulis jawabannya.

• Siswa diminta untuk berpasangan dan saling mengutarakan jawaban masing-masing. Pasangan dapat bergabung dengan pasangan lain untuk memadukan jawaban dan menyiapkan pajangan thd pertanyaan/masalah tsb

• Guru memimpin diskusi pleno. Tiap-tiap kelompok menyampaikan hasil diskusi dan pajangan dan guru memberikan penguatan dan tambahan.

• Guru memberi kesimpulan dan penutup.



5. Investigasi Kelompok

• Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen.

• Guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai.

• Guru memanggil ketua-ketua kelompok untuk diberi materi/tugas yang berbeda.

• Setiap kelompok membahas tugas yang diberikan secara kooperatif dan melakukan investigasi.

• Setelah selesai diskusi, lewat juru bicaranya kelompok menyampaikan hasil pembahasan.

• Guru memberikan penguatan.

• Evaluasi dan penutup.



6. Inquiry

• Guru menyampaikan masalah

• Siswa melakukan pengamatan

• Berdasarkan hasil pengamatan, siswa mengajukan pertanyaan.

• Siswa merumuskan dugaan.

• Siswa mengumpulkan data.

• Berdasarkan data yang diperoleh, siswa menyimpulkan.



7. Debate

• Siswa dibentuk menjadi dua kelompok, yaitu kelompok yang pro dan yang kontra.

• Setiap kelompok diminta membaca materi yang akan didebatkan.

• Satu anggota kelompok yang prodiminta guru untuk berbicara dan ditanggapi oleh anggota kelompok kontra, demikian seterusnya.

• Ide/gagasan dari setiap pembicaraan dituliskan guru di papan tulis sampai sejumlah ide yang diharapkan guru terpenuhi.

• Guru menambahkan ide yang belum terungkap.

• Dari data-data di papan tulis, guru mengajak siswa membuat kesimpulan/rangkuman yang mengacu pada kompetensi yang ingin dicapai



8. Role Play

• Guru menyusun skenario yang akan dimainkan.

• Guru menunjuk beberapa siswa (sesuai dengan kebutuhan peran) untuk mempelajari skenario dua hari sebelum PBM.

• Guru menjelaskan kompetensi yang akan dicapai.

• Guru memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk bermain peran sesuai dengan skenario yang telah disiapkan, siswa yang lain mengamati dengan cermat apa yang dimainkan kelompok dan topik yang disampaikan.

• Siswa di setiap kelompok diberi lembar kerja untuk membahas hasil pengamatan.

• Masing-masing kelompok menyampaikan hasil diskusinya.

• Guru bersama siswa menyimpulkan materi.



9. Problem Solving

• Siswa diminta memformulasikan dan mendefinisikan masalah dengan jelas dan ringkas.

• Siswa mengidentifikasi faktor-faktor yang sesuai.

• Siswa mengumpulkan informasi yang dibutuhkan. (fakta dan pengetahuan ttg masalah)

• Siswa menentukan berbagai pemecahan masalah.

• Siswa memilih pemecahan masalah tentatif.

• Siswa menguji pemecahan masalah yang dipilih.

• Siswa menilai hasil pemecahan masalah.

• Guru memberikan konfirmasi/penguatan.



10. STAD( StudentTeam Achievement Division)

• Guru menyajikan topik baru/masalah baru.

• Siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok.

• Siswa secara kelompok mendiskusikan topik tersebut .

• Guru memberikan kuis kepada masing-masing kelompok .

• Guru menghitungan nilai kelompok .

• Guru memberikan penghargaan .

• Guru memberikan penguatan.



11. TGT ((The Teams-Games Tournament)

• Guru menyajikan materi (konsep) baru.

• Siswa dibentuk menjadi kelompok belajar secara heterogen.

• Setiap kelompok mendiskusikan konsep baru tersebut

• Setiap kelompok berpartisipasi dalam turnamen akademik.

• Guru memberikan penghargaan terhadap kelompok yang menang.



12. Articulation (Artikulasi)

• Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

• Guru menyajikan materi.

• Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan dua orang.

• Suruhlah seorang dari pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima dari guru dan pasangannya mendengarkan sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran.

• Suruh siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil wawancaranya dengan teman pasangannya. sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil wawancarannya.

• Guru memberikan konfirmasi/penguatan.



13. Pemodelan (Modelling)

• Guru menyampaiakan kompetensi

• Guru melakukan pemodelan/demonstrasi prosedur tentang topik tertentu

• Siswa mengingat langkah-langkah yang dilihatnya dalam pemodelan

• Siswa menerapkan prosedur tersebut dalam topik yang berbeda.



14. Peta Konsep (concept map)

• Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.

• Guru menemukan konsep/permasalahan yang akan ditanggapi oleh siswa. Sebaiknya permasalahan mempunyai alternatif jawaban.

• Membentuk kelompok yang beranggotakan 2-3 orang.

• Tiap kelompok menginventarisasi/mencatat alternatif jawaban hasil diskusi.

• Tiap kelompok (atau diacak kelompok tertentu) membaca hasil diskusinya dan guru mencatat di papan dan mengelompokkan sesuai kebutuhan guru.

• Dari data-data di papan siswa diminta membuat kesimpulan atau guru memberi bandingan sesuai konsep yang disediakan guru.



15. Make – A Match (Mencari Pasangan)

• Guru menyiapkan beberapa kartu yang bervariasi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.

• Setiap siswa mendapatkan satu buah kartu.

• Setiap siswa memikirkan jawaban soal dari kartu yang dipegangnya.

• Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban)

• Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.

• Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar setiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya. Demikian seterusnya.

• Guru membrikan penguatan



16. Changing Partner (Bertukar Pasangan)

• Setiap siswa diminta mencari pasangan.

• Setiap pasangan diberi tugas yang sama oleh guru untuk menjawab pertanyaan atau memecahkan.

• Setiap pasangan bergabung dengan pasangan baru atau lainnya dan saling menanyakan dan mengukuhkan jawaban mereka.

• Setiap siswa berbagi informasi atau temuan baru yang diperoleh dari pasangan baru kepada pasangan semula.

• Guru memberikan penguatan.



17. Snowball Throwing (Bola Salju Menggelinding)

• Guru membentuk kelompok dan ketua kelompok menyampaikan penjelasan tentang materi.

• Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya, kemudian menyampaikan materi yang dijelskan oleh guru kepada teman-temannya.

• Selanjutnya setiap siswa diberi satu lembar kerja untuk menuliskan satu pertanyaan yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok.

• Kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilemparkan dari satu siswa ke siswa lainnya selama beberapa menit.

• Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan, siswa dipersilakan menjawabnya secara bergantian.

• Guru memberi penguatan.



18. Student Facilitator And Explaining (Tutor Sebaya)

• Guru mendemonstrasaikan atau menyajikan materi.

• Guru memberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada peserta lainnya baik melalui bagan/peta konsep maupun yang lainnya.

• Guru menyimpulkan ide siswa.

• Guru menyimpulkan ide siswa dan memberikan penguatan.



19. Course Review Horay (Mengulas Pelajaran Hore)

• Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.

• Guru mendemostrasikan materi yang sesuai dengan topik.

• Memberikan kesempatan siswa untuk menjawab pertanyaan.

• Untuk menguji pemahaman, siswa disuruh membuat kotak 9/16/25 sesuai dengan kebutuhan dan tiap kotak diisi angka sesuai dengan selera siswa.

• Guru membaca soal secara acak dan siswa menuliskan jawabannya di dalam kotak nomornya disebutkan guru dan langsung didiskusikan. Jika benar diberi tanda benar (P) dan jika salah diisi tanda silang (O).

• Siswa yang sudah mendapatkan tanda (P ) vertikal atau horisontal atau diagonal harus segera berteriak HORAY …. Atau yel-yel lainnya.

• Nilai siswa dihitung dari jawaban benar dan jumlah HORAY yang diperoleh.

• Guru memberikan penguatan.



20. Circulation: Cooperatif Integrated Reading And Composition (Perpaduan Membaca dan Mengarang)

• Membentuk kelompok yang beranggotakan 4 orang secara heterogen.

• Guru memberikan wacana/kliping sesuai topik pembelajaran.

• Siswa bekerjasama: membacakan dan menemukan ide pokok dan memberikan tanggapan terhadap wacana/kliping dan ditulis pada lembar kertas.

• Siswa mempresentasikan/membacakan hasil kelompok.

• Guru-siswa membuat kesimpulan



21. Inside-Outside Circle (Lingkaran Kecil-Lingkaran Besar)

• Separuh kelas berdiri membentuk lingkaran kecil dan menghadap ke luar.

• Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran di luar lingkaran pertama menghadap ke dalam.

• Dua siswa yang berpasangan dari lingkaran kecil dan besar berbagi informasi. Pertukaran informasi ini bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang bersamaan.

• Siswa yang berada di lingkaran kecil diam di tempat sedangkan siswa yang berada di lingkaran besar bergeser satu atau dua langkah searah jarum jam sehingga masing-masing siswa mendapat pasangan baru.

• Berikutnya giliran siswa yang berada di lingkaran besar yang membagi informasi. Demikian seterusnya.

• Guru memberikan penguatan.



22. Guessing Word (Tebak Kata)

• Penjelasan materi ± 45 menit

• Suruh siswa berdiri di depan kelas secara berpasangan.

• Seorang siswa diberi kartu yang berukuran 10X10 cm yang nanti dibacakan pada pasangannya. Seorang siswa lainnya diberi kartu 5X2 cm yang isinya tidak boleh dibaca (dilipat) kemudian ditempelkan di dahi atau diselipkan di telinga.

• Siswa yang membawa kartu 10X10 cm membacakan kata-kata yang tertulis di dalamnya sementara pasangannya menebak apa yang dimaksud pada kartu 10X10 cm. Jawaban yang tepat bila sesuai dengan isi kartu yang ditempelkan di dahi.

• Apabila jawabannnya tepat (sesuai yang tertulis pada kartu) maka pasangan boleh duduk. Bila belum tepat pada waktu yang telah ditetapkan boleh mengarahkan dengan kata-kata lain asal jangan langsung memberi jawaban. Demikian seterusnya.

• Guru memberikan penguatan.



23. Lottery Card (Kartu Arisan)

• Siswa dibentuk menjadi kelompok-kelompok beranggotakan ± 4 orang secara hiterogen

• Setiap anggota kelompok diberi satu gulungan kertas yang berisi jawabandan satu gulungan soal dibagikan kepada siswa masing-masing 1 lembar/kartu soal digulung dan dimasukkan ke dalam gelas.

• Guru menyiapkan gelas yang telah berisi gulungan soal

• Guru atau siswa mengocok isi gelas dikocok dan menjatuhkan salah satu soal, kemudian dibacakan.

• Siswa yang memegang gulungan kertas tentang jawaban soal tadi membacakannya.

• Apabila jawaban benar maka siswa dipersilakan tepuk tangan atau yel-yel lainnya.

• Setiap jawaban yang benar diberi poin 1 sebagai nilai kelompok sehingga total kelompok merupakan penjumlahan poin dari para anggotanya. Demikian seterusnya.

• Guru memberikan penguatan.



24. Cooperatif Script (Kerjasama Wacana)

• Guru membagi siswa untuk berpasang-pasangan

• Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan

• Guru & siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.

• Pembicara membacakan ringkasan secara lengkap dengan memasukan ide-ide pokok kalimat dalam ringkasannya sedangkan pendengar:

• Menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide pokok yang kurang lengkap.

• Membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan dengan materi lainnya.

• Bertukar peran: pendengar menjadi pembicara dan sebaliknya.

• Guru membrikan penguatan.



DAFTAR RUJUKAN

Indonesia Australia Partnership in Basic Education . 2007. Modul Pelatihan Pelatih. Malang: IAPBE.

Muijs, Daniel dan David Reynolds.2008. Effective Teaching: Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Sujanto, Kasihani KS. 2008. Model Pembelajaran. Malang: Universitas Negeri Malang, PSG.

Meier, Dave. 2002. The Accelerated Learning Handbook. Bandung: Kaifa.

Johnson, Elaine B. 2007. Contextual Teaching and Learning. California: Corwin Press.

Wenger, Win. 2004. Beyond Teaching and learning. Gaithersburg.

Como Baixar