Rabu, 15 Februari 2012

Antara Matahari Rembulan dan Laut

Kapankah matahari akan memeluk rembulan...
Di manakah rembulan tersenyum pada matahari...
Mengapa matahari menjadi salju ketika rembuan tersenyum...
Bagaimana laut sat melihat matahari mencium
rembulan...
Ketika rembulan tersenyum pada matahari,
matahari hanya dapat menatap dari cakrawala...
Sementara laut menyimpulkan kemenangan
Kadang matahari bimbang dengan panasnya
Masihkah bulan memantulkan cahayanya ke laut?
Kadang matahati menyesal dengan kuasanya
Mengapa harus dia bakar laut untuk menjadi hujan
Kadang rembulan pun pudar senyumnya
Dalam gemerlap matahari

Esai Sastra

FATAMORGANA CINTA
Ulasan cerpen Misi Kuping Oranye karya Rosandra
Oleh: Agus Harianto, M.Pd.

Pengalaman masa silam yang membentuk kepribadian seseorang kadang merupakan sebuah bentuk fatamorgana yang sulit sekali dihilangkan. Berbagai bentuk kenangan menyatu, tumpang tindih dengan permasalahan-permasalahan yang sangat kompleks menjadikan sulit sekali untuk memetakan fatamorgana tersebut. Dampak dari hal tersebut adalah betapa susah mewujudkan kembali fatamorgana menjadi sesuatu yang lebih realis dan lebih hidup. Apa yang kita rasakan pada masa silam kadang merupakan bentukan dari butir-butir cinta yang kian menghijau. Bisa saja di tengah perjalanan menjadi menguning dan tidak pernah membulirkan butir-butir realita dari cinta tersebut.
Misi Kuping Oranye yang ditulis dengan gaya realis dan sederhana cenderung membawa kita pada pengalaman diri sendiri di masa lampau. Gaya bahasa yang menarik, penuturan yang bersifat apa adanya dapat memicu kesemangatan untuk terus menkmati kepenasaran kita terhadap alur ceritanya. Memang terdapat beberapa gaya bahasa yang memerlukan eksploitasi otak kanan kita. Tetapi secara umum pengarang ingin mengajak kita pada kesederhanaan bercerita atau mungkin bercinta.
Lantas apa yang ingin disampaikan secara tersirat dalam kisah ini? Sudah pasti dan dengan mudah bisa kita tebak adalah kata “cinta”. Rosandra menyatakan betapa cinta itu adalah sebuah bentuk cita-cita. Untuk menggapainya diperlukan perjuangan yang serius. Tidak mungkin cita-cita tersebut bisa kita raih tanpa mengorbankan banyak hal. Tokoh utama sebagai simbol pengejawantahan perjuanngan bebar-benar total dalam memperjuangkan semuanya. Sebuah misi yang dia beri nama Misi Kuping Oranye ditatanya dengan perhitungan yang matang. Alhasil...dia tidak peduli dengan hasil akhirnya.
Apakah hal ini merupakan ekspresi gaya hidup yang memang harus senantiasa disesuaikan dengan tuntutan zaman? Tentu saja hal tersebut sangat bergantung pada kondisi psikologis tokoh atau justru pembaca. Kemudian apakah bisa kita kembalikan pada diri kita masing-masing sebagai unsur pengembangan kepribadian manusia? Berdasarkan hal itu sangat mungkin kita bisa melakukan negosiasi dengan diri sendiri bahwa masa lalu itu membentuk diri kita sendiri atau tidak. Ataukah masa lalu itu tidak memberikan konstribusi apapun dalam kehidupan kita selanjutnya.
Seperti kita ketahui, semua orang mempunyai visi dalam hidupnya. Masalahnya kita tidak tahu apakah visi tersebut ditindaklanjuti dengan membentuk misi-misi yang tepat? Ketika semua orang mempunyai cita-cita, ketika semua orang berusaha untuk meruntuhkan egoistis diri, ketika semua orang mulai menghancurkan argumen-argumen keakuannya, maka di situlah mulai tertata/terbentuk sebuah penyadaran diri yang harus segera ditangkap menjadi konsep-konsep penyadaran diri yang utuh. Seperti itukah yang dimaksudkan Rosandra melalui tokoh-tokohnya, Will dan Atan?
Will dan Atan sebagai tokoh-tokoh sentral dalam Misi Kuping Oranye menggambarkan betapa rumitnya seseorang dengan segala macam bentuk variasi kehidupannya. Will bisa saja gagal dengan misinya, tetapi siapa sangka justru dia dimenangkan oleh misi lain yang diskenariokan oleh Atan yaitu Misi Bocah Sariawan. Demikian pula implikasinya dalam keseharian, banyak kegagalan yang kita alami sebagai manusia sosial. Tetapi marilah kita mengingat kembali berapa banyak unsur tiba-tiba atau ketidaksengajaan yang justru dapat mengangkat diri kita sebagai makhluk sosial yang lebih bermartabat?
Dengan gaya bercanda, pengarang mampu mengeksploitasi nilai-nilai individualisme menjadi nilai sosial yang luar biasa. Coba saja kita lihat, bagaimana sikap Will dan Atan ketika harus menolong seorang Ibu yang akan melahirkan anakanya? Sudah jelas kita akan membayangkan betapa meraka akan ‘kocar-kacir’ dibuatnya. Tetapi sikap dewasa Atan ternyata mampu membuat semuanya menjadi lebih baik. Si Ibu tertolong, dan Will merasa menjadi gadis yang jauh lebih feminin dari sebelumnya.
Sebagaimana cerita-cerita pada umumnya, kita bisa menebaknya pasti Will dan Atanakan bersatu. Tetapi paling tidak kita bisa melihat dari sisi psikologis bukan hanya dari sisi alurnya. Memang alurnya sederhana sebagaimana layaknya sebuah cerpen. Konflik dan klimaknya pun terkesan biasa saja dan cenderung ditata dengan kesengajaan. Kesengajaan menata alur dalam proses kreatif cipta sastra adalah hal yang ‘lumrah’ terjadi. Semua pengarang fiksi pasti akan memuat banyak sekali kesengajaan untuk menciptakan alur. Alur yang ditata dengan sengaja merupakan wujud proses kretaif yang bermula/berdasar pada khayalan/imajinasi belaka. Akan berbeda jika yang ditulis merupakan kisah atau pengalaman baik langsung maupun tidak langsung dari pangarang. Lepas dari semua hal yang diuraikan di atas, ada banyak hal lain yang seharusnya menjadi titik tolak kita berpikir, yaitu betapa hebat Rosandra berkreasi, bagaimana dengan diri kita? Nah!

Como Baixar