STRUKTUR FISIK DAN BATIN DALAM PUISI
oleh:
Agus Harianto, M.Pd.
STRUKTUR FISIK
Struktur fisik puisi adalah unsur pembangun
puisi yang bersifat nampak dalam bentuk susunan kata-katanya. Struktur fisik
puisi terdiri dari :
1. Tipografi
Tipografi (perwajahan puisi) yaitu bentuk
tatanan penulisan puisi, seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata, rata
kanan-kiri, bentuk tulisan yang kadang teratur, kadang zig zag, dan kalimat
yang tak selalu diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan titik. Seringkali
seorang penyair kontemporer mengekspresikan gejolak perasaannya dengan
menonjolkan aspek visual puisi di samping melalui kata-kata. Seperti puisi
tipografi yang lebih mementingkan sisi visual pada puisi.
2. Diksi
Diksi adalah pemilihan kata. Setiap karya
sastra, entah puisi, prosa, novel, perlu memperhatikan pemilihan diksi yang
tepat dengan cara memahami karakter diksi pada setiap jenis karya sastra yang
berbeda-beda. Karena puisi cenderung bukan karya tulis naratif atau deskriptif,
maka pilihan kata pada puisi musti diperhatikan secermat dan setepat mungkin
karena memiliki kaitan erat pada makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata.
3. Imaji
Imaji adalah gambaran, kesan, atau apa yang
ada dalam pikiran kita ketika kita membayangkan atau mengingat sesuatu. Imaji
bisa berupa gambaran visual, suara, bau, rasa, atau kombinasi dari semua indra
tersebut. Kalau didefinisikan, imaji (citraan) adalah kata-kata yang dapat mengungkapkan
sebuah pengalaman indrawi seperti penglihatan (visual), pendengaran (auditif),
atau perasaan (imaji taktil).
Termasuk puisi yang bagus, bagaimana seorang
penulis puisi bisa memilih kata-kata yang bisa membangkitkan imajinasi para
pembaca. Tanpa imaji, puisi akan terasa hambar dan mati. Imaji bisa dimunculkan
dengan menghadirkan benda-benda konkret dengan memposisikannya dalam bentuk
personifikasi atau metafora.
4. Kata Konkret
Dalam sastra, kita mengenal kata abstrak dan
kata konkret dengan makna yang berlawanan. Kata abstrak lebih memerlukan
pendalaman pemahaman karena sifatnya yang tidak nyata.
Berkebalikan dengan kata abstrak, kata
konkret merupakan kata yang memiliki rujukan berupa objek yang dapat diserap
oleh panca indera. Ciri-cirinya, kata konkret memiliki makna yang bisa diraba,
dirasa, didengar, dicium, atau dilihat. Dalam struktur puisi, kata konkret
diperlukan karena memungkinkan membangkitkan imaji para pembaca. Seperti yang
sudah disinggung pada poin sebelumnya, imaji berguna untuk membuat sebuah puisi
menjadi lebih hidup.
5. Bahasa Figuratif
Bahasa figuratif sama dengan majas, yaitu
kata-kata yang bersifat konotatif untuk menimbulkan efek-efek tertentu. Pada
puisi, majas banyak digunakan untuk memperindah pada aspek pemilihan kata. Selain
itu, majas juga digunakan untuk menyampaikan suatu pesan dengan cara memancing
imajinasi pembaca dengan menggunakan kiasan untuk mewakili pikiran dan perasaan
seorang penulis.
Ada banyak sekali jenis majas yang digunakan
dalam karya sastra yang terdiri dari majas perbandingan, majas pertentangan,
majas sindiran, dan majas penegasan.
6. Rima dan Irama
Rima dan irama dalam puisi akan membentuk
keselarasan bunyi yang harmonis dan padu untuk membangun satu kesatuan makna
yang utuh. Irama timbul karena pengulangan bunyi (rima) yang berturut-turut dan
bervariasi.
Rima
Rima (persajakan) yaitu pengulangan bunyi
yang teletak dalam larik sajak atau akhir sajak. Rima memiliki peran dalam
menghadirkan keindahan puisi. Ada banyak jenis pola rima seperti a-b-a-b,
a-a-b-b, atau yang lainnya.
Irama
Irama adalah permainan bunyi pada akhir kata,
frasa, atau kalimat. Nada-nada pada puisi biasanya digunakan secara serentak
dan berkesinambungan untuk membangun suara yang harmonis.
Ada namanya metrum, yaitu irama yang sifatnya
tetap. Dalam metrum, pergantian irama sudah ditentukan antar baris atau
alineanya. Tekanan nada tinggi rendah sudah di tentukan.
Vokal dan konsonan pada setiap akhir baris
puisi sudah ditentukan. Suku kata pada akhir baris pun sudah ada polanya. Puisi
yang menggunakan metrum yang ketat seperti tembang-tembang jawa dan macapat.
Ada namanya ritme, yaitu irama yang
disebabkan perubahan nada tinggi rendah secara teratur. Berbeda dengan metrum
yang sifatnya tetap, pola ritme tak selalu sama.
Ritme merupakan hasil kombinasi semua jenis
nada, intonasi, dan tekanan sehingga menghasilkan suara yang harmonis.
STUKTUR BATIN
Berkebalikan
dengan struktur fisik, struktur batin merupakan unsur pembangun puisi yang tidak
nampak secara langsung pada penulisan puisi. Struktur batin puisi terdiri dari
tema, rasa, nada, amanat.
1. Tema
Puisi
merupakan bentuk karya sastra yang sarat akan pesan moral yang terbungkus dalam
tema tertentu. Tema adalah gagasan pokok yang dikemukakan penyair dalam puisi.
Gagasan ini merupakan landasan pemikiran penyair dalam menciptakan karya puisi.
2. Rasa
Ketika
menulis puisi, seorang penyair akan mengangkat satu tema dan pokok permasalahan.
Rasa (feel) adalah sikap penyair terhadap pokok permasalahan pada puisi yang
dibuat.
Pengungkapan
suatu pokok permasalahan dan sikap terhadap permasalahan tersebut tidak
bergantung pada kemampuan teknis dalam membuat puisi saja, tetapi lebih banyak
bergantung pada pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh
latar belakang sosial dan psikologisnya.
3. Nada
Nada
(tone) adalah sikap penyair kepada pembaca. Nada juga berkaitan dengan tema dan
rasa, penyair bisa menyampaikan tema yang diangkat dengan nada menggurui,
mendikte, mengajak, atau dengan nada sombong dan merendahkan pembaca.
4. Amanat
Amanat
adalah pesan inti dari penyair yang ingin disampaikan kepada pembaca melalui
puisi. Amanat menjadi dasar dan tujuan yang mendorong penyair menciptakan puisi
tersebut.