Rabu, 23 November 2022

SEBUAH ODE PADA HARI GURU NASIONAL

 

Perjalanan panjangku menjadi seorang guru tentu saja bukan sebuah ketidaksengajaan.

Telah kulalui banyak liku-liku pahit dan getirnya mengemban amanat ini.

Kalau diibaratkan sebuah roda yang terus berputar seperti cakra manggilingan, maka sudah kulalui kasar dan halusnya kerikil di jalan setapak,

sudah kurasakan betapa berbedanya antara atas dan bawah.

 

Berpuluh tahun perjalanan ini kutapaki.

Menggilas segala asa, segala suka, bahkan segala duka.

Beribu tombak jalanan berdebu, becek, bau kulalui dengan  tiada keluh karena memang tiada pilihan.

Sampai jalanan penuh bunga yang harum mewangi ibarat taman surga pun juga sudah pernah kulalui.

Kini aku telah kokoh berdiri di atas kedua kakiku sebagai pondasi hidup dan kehidupanku.

Kini semua telah berbeda, bahkan seakan tiada lagi lelucon negeri dongeng,

tiada lagi batang kapur putih dan berwarna yang menari-nari di atas papan berwarna hitam pekat.

 

Batu sabak telah berganti dengan media digital,

Kalau dulu aku benar-bemar menjadi satu-satunya sumber belajar,

kini aku hanya manjadi salah satu dari sekian banyak, puluhan, ratusan, bahkan ribuan sumber belajar di era ini.

Ada banyak hal yang berubah, kalau dulu akau boleh menjewer bahkan memukul untuk mendidik, sekarang tiada lagi kemampuan itu.

Kalau dulu kepada guru aku harus membungkuk menghormat,

sekarang anak-anak terbiasa meneriakkan namaku untuk memanggilku.

 

Kadang ada rasa pilu di hati ini.

Kadang ada duka mendalam di hati ini ketika melihat tiada lagi kewibawaan terpancar dari profesi ini.

Kadang ada rindu mengharu biru ketika teringat betapa perjalanan ini telah memupus habis semua kenangan masa silam.

Tapi apa pun wujud dan perubahan yang ada tiada pernah sedikit pun mengurangi rasa dan asa ini.

Tidak ada sedikit pun perasaan untuk manjadi pecundang.

 

Kami para guru di negeri ini telah bertekad tetap menjadi garda depan pendidikan di negeri ini.

Menjadi benteng terakhir dekadensi moral.

Menjadi air penyejuk kering kerontangnya jati diri dan kepribadian generasi bangsa di negeri ini.

Maka kalau masid ada gelap menyelimuti masa depan generasi ini,

kalau masih tertindas merdeka belajar nya komunitas ini,

biarlah kami menjadi sebongkah harapan karena kesetiaan kami pada profesi luhur.

 

Akhirnya kepada seluruh putra bangsa di negeri ini,

adalah pesan sederhana yang menjadi harapan kami.

Jadilah insan cendikia yang berakhlak dan berbudaya.

Jadikan bangsa ini besar dan bangga dengan segala pekertimu.

Selamat dan sukseslah semua harapan demi guru bangsamu.


oleh: Agus Harianto, M.Pd.

Como Baixar