Senin, 24 November 2008

LEGENDA YANG TIDAK LAGI MELEGENDA

Perkembangan teknologi benar-benar mampu menawarkan berbagai kemudahan dalam kehidupan. Kemampuan mengakses segala macam informasi seakan tidak dapat diukur dengan nalar. Terlalu banyak hal yang semula merupakan sebuah ketidakmungkinan, sekarang menjadi sesuatu yang serba mungkin dan sangat mudah untuk mendapatkannya. Perkembangan ini seakan membuat kita terninabobokan untuk tidak lagi membuat filter yang tangguh. Filter yang dapat melindungi diri kita dari berbagai serangan atau dampak yang ditimbulkan oleh perkembangan teknologi ini. Disadari atau tidak hampir dari semua status sosial atau disiplin ilmu telah terninabobokan dengan kehadiran teknologi hebat yang telah merebut sebagian besar dari fungsi manusiawi kita. Perjalanan revolusi industri berabad-abad yang lalu di Inggris seakan hadir kembali dengan bentuk yang berbeda namun justru dengan kemampuan yang berlipat ganda menunjukkan kemegahan dan kekokohannya. Siapa yang mampu membendung arus perkembangan teknologi? Siapa yang akan mampu menciptakan teknologi tandingan yang bersifat menghambat perkembangan tersebut? Tentu saja tidak akan ada hal yang demikian. Menyikapi hal tersebut tentunya kita harus mampu mengikuti perkembangan zaman agar kita tidak tergilas oleh perkembangan tersebut. Karena dengan mengikutinya, kita akan tahu akan dibawa ke mana arus perkembangan tersebut. Sudah barang tentu diperlukan pengetahuan dan berbagai macam pengorbanan untuk bisa mengikuti segala bentuk perubahan sebagai sebuah konsekuensinya.
Dengan terfasilitasinya teknologi informasi dan komunikasi, maka seakan tidak ada yang tidak mungkin untuk menggapainya. Teknologi internet, audio visual, telah memberikan berbagai kemudahan pada kita. Kecanggihan teknologi di dunia perfilman pun telah bisa kita rasakan. Beberapa puluh tahun yang lalu kita hanya dapat melihat dengan penuh kesabaran siaran televise yang didominasi oleh TVRI yang sedikit sekali menayangkan acara hiburan. Tetapi sekarang kita justru dibuat harus bersabar untuk dapat memilih saluran mana yang paling tepat untuk kita dan anak-anak kita. Banyaknya acara hiburan di televisi secara tidak kita sadari telah menjerumuskan kita pada sesuatu yang tidak kita duga sebelumnya. Yaitu bahwa secara perlahan kita telah dibawa untuk meninggalkan budaya bangsa yang sangat adiluhung ini. Bagaimanakah latar belakangnya? Berikut ini kita akan membahas bagaimana tayangan cerita LEGENDA yang seakan menjadi andalan utama di berbagai televisi swasta.
Dalam pengetahuan teori apresiasi dan estetika sastra terdapat berbagai macam cerita klasik. Di Indonesia terdapat banyak sekali cerita klasik atau cerita rakyat yang berlatar belakang budaya yang berbeda. Persamaan cerita di suatu daerah dengan daerah lain sangat mungkin terjadi. Hal seperti ini bisa terjadi di seantero penjuru dunia. Sebagai sebuah perbandingan di Indonesia terdapat cerita Roro Mendut-Prono Citro, di Tiongkok terdapat cerita Sampek-Ingtay, di Yunani terdapat kisah Romeo-Yuliet yang ketiganya berkisah tentang balada cinta sepasang kekasih. Yang jelas setiap daerah mempunyai kisah-kisah senada. Berbicara tentang legenda, pada dasarnya legenda adalah dongeng atau cerita rakyat yang mengisahkan asal-usul terjadinya suatu tempat atau asal-usul suatu peristiwa.
Dalam teori sastra, cerita klasik dapat dipilah menjadi beberapa jenis yaitu : mitos, sage, fabel, dan legenda. Mitos adalah cerita klasik yang berisi kepercayaan masyarakat kepada sesuatu yang bersifat gaib. Sebagai contoh yang termasuk dalam mitos adalah Nyi Roro Kidul, Ki Ageng Selo, dll. Sage merupakan dongeng atau cerita rakyat yang berhubungan dengan sejarah atau kraton. Misalnya Joko Tingkir, Airlangga, dll. Sedangkan cerita tentang perikehidupan binatang seperti hikayat Si Kancil termasuk dalam jenis fable. Sementara itu legenda adalah cerita asal-usul sesuatu sebagaimana telah dijelaskan di atas. Tetapi akhir-akhir ini tayangan televisi seakan melebur semua jenis tersebut menjadi satu yaitu legenda. Hal ini cukup menjadikan tanda tanya, apakah memang sudah tidak diperlukan lagi genre sastra klasik tersebut? Sementara itu pembelajar sastra mengenal betul berbagai macam penjenisan sastra klasik tersebut.
Tampaknya kepentingan pelestarian budaya bangsa seakan tidak dipentingkan lagi dalam percaturan dunia pertelevisian kita. Kepentingan bisnis dan marketing seakan menjadi hal utama yang harus lebih diperhatikan. Hal ini tampak pada penggarapan tayangan-tayangan legenda di stasiun televisi kita yang cenderung asal-asalan dan jauh menyimpang dari orisinalitas budaya yang ada. Taruh saja cerita Joko Tingkir yang digarap oleh PT Genta Buana Record, ditinjau dari sisi penggarapan sinema diakui sangat bagus. Tetapi dari sisi orisinalitas cerita, sangat diragukan. Memang cerita klasik dituturkan dari mulut ke mulut yang rentan sekali dengan bumbu cerita yang semakin mengembang. Bagaimana pun sekarang kita harus berusaha menjaga kelestarian budaya, bukan malah semakin mengacaukannya atau dipelesetkan jauh sekali dari cerita asli menurut sastra klasik.

Agus Harianto, S.Pd.
Guru Bahasa Indonesia dan Sastra Indonesia di SMA Negeri 1 Turen-Malang
Sedang menyelesaikan program Magister Pendidikan Bahasa Indonesia di Universitas Pascasarjana Islam Malang

1 komentar:

  1. tentang legenda yang tidak lagi melegenda? masak iya sih....? menurutku gak masalah jika sebuah legenda diimplementasikan dalam berbagai versi, apalagi jika itu bertujuan untuk tayangan komersial. itung-itung mengenalkan "legenda negeri sendiri" kepada bangsa sendiri. toh legenda itu tetap berpatokan pada patrun aslinya walau sudah dimodifikasi. ingat aja betapa populernya cinderella,king arthur atau robinhood, padahal tuh ada berbagai versi film atau ceritanya yang berbeda dan justru dari perbedaan itu membuat para penikmat legenda di seantero dunia tidak boring. begitu dahsyatnya pesona white snake legend hingga timbul white snake legend versi tsui hark atau versi ang lee, tetapi justru menambah khazanah keragaman budaya. kurasa gak maslah jika legenda diangkat dalam berbagai versi....toh patrun aslinya juga sudah diindoktrinasikan di sekolah-sekolah. sehingga masyarakatlah nanti yang akan menilai sendiri, taste mana yang lebih original. jangan khawatir deh....ketimbang TV nayangin legendanya orang barat mending legenda sendiri dilestarikan so dont worry with a change....ai luf indonesiana!

    BalasHapus

Como Baixar