Rabu, 11 Februari 2009

BEBERAPA KONSEPSI DAN ALIRAN POKOK DALAM PENDIDIKAN



A. Konsepsi dan Aliran Konvensional dalam Pendidikan
Dalam sejarah pendidikan terdapat berbagai aliran yang didasarkan pada konsepsi yang berbeda-beda. Di antaranya adalah teori empirisme, nativisme, naturalisme, dan konvergensi.
1. Aliran Empirisme (Tabula rasa)
Aliran dipelopori oleh John Locke (1632-1704) seorang filsuf berkebangsaan Inggris, yang berpendapat bahwa anak lahir di dunia ini seperti kertas kosong atau sebagai meja berlapis lilin yang belum ada tulisan di atasnya. Perkembangan anak bergantung 100% dari dunia luar yang disebut lingkungan. Aliran empirisme didasarkan atas konsepsi yang menyatakan bahwa perkembangan individu bergantung pada pengalaman-pengalaman yang diperoleh selama hidupnya. Aliran bersikap optimisme terhadap hasil pendidikan, sehingga disebut pula aliran optimisme. Berdasarkan konsep dasar ini, maka hal yang harus diperhatikan dalam pendidikan adalah : (1) pendidikan diberikan seawal mungkin, (2) pembiasaan dan latihan lebih penting daripada aturan, nasihat, atau perintah, (3) menngamati anak didik secara lebih dekat, (4) nak harus dianggap sebagai makhluk rasional, dan (5) pelajaran di sekolah jangan sampai menjadi beban.
2. Aliran Nativisme
Aliran ini dipelopori oleh Schoupenhaur (1978-1860) seorang filsuf bangsa Jerman, yang berpendapat bahwa bayi lahir dengan pembawaan baik dan buruk. Dalam konsep aliran ini lingkungan sama sekali tidak berpengaruh terhadap perkembangan individu. Hasil pendidikan 100% bergantung pada pembawaan anak didik itu sendiri. Menurut tokoh aliran ini yang jahat akan menjadi jahat, yang baik akan menjadi baik. Dan hal tersebut tidak akan dapat diubah oleh kekuatan pendidikan.
3. Aliran Naturalisme (Negativisme)
Aliran ini dipelopori oleh J.J. Rousseau (1712-1778) seorang filsuf bangsa Perancis, yang berpendapat bahwa semua anak adalah baik pada waktu lahir, tetapi menjadi buruk di tangan manusia. Prinsip kembali ke alam menjadi ciri utama aliran naturalisme. Aliran ini meragukan perlunya pendidikan bagi pengembangan bakat dan kemampuan anak. Oleh karena itu aliran ini disebut juga aliran negativisme. Pendidikan lebih baik ditunda daripada mengakibatkan hal-hal yang tidak diinginkan pada diri anak didik.
4. Aliran Konvergensi
Aliran ini dipelopori oleh Willian Stern (1871-1939) seorang ahli pendidikan bangsa Jerman, yang berusaha mengawinkan dua aliran yang 180 derajat berlawanan yaitu aliran empirisme dan nativisme. Menurut konsepsi konvergensi baik pembawaan maupun lingkungan kedua-duanya mempunyai pengaruh terhadap perkembangan anak didik. Hasil pendidikan bergantung pada besar kecilnya pembawaan serta situasi lingkungannya. Jika kualitas pembawaan dan/atau lingkungan berubah, maka hasil perkembangan/pendidikan akan berubah pula.

B. Konsepsi dan Aliran Baru dalam Pendidikan
Aliran baru dalam dunia pendidikan tidak lagi mempersoalkan perlu tidaknya pendidikan, bagaimanapun pendidikan penting . Permasalahan penting yang perlu dibahas adalah bagaimana menyelenggarakan pendidikan itu sehingga bermanfaat maksimal bagi inndividu.
1. Pengajaran Alam Sekitar
Tokoh pengajaran alam sekitar J. Ligthart (1859-1916) seorang ahli pendidikan bangsa Belanda menekankan bahwa dalam pengajaran alam sekitar yang dipentingkan adalah suasananya, yaitu ketulusikhlasan, kasih sayang, persaudaran, dan kepercayaan.
a. Konsep Pengajaran Alam Sekitar
Manusia hidup terikat dan tidak bisa melepaskan diri dari lingkungan. Pengajaran alam sekitar diselenggarakan terhadap anak dengan memperkenalkan bagian alam sekitar tertentu kepada anak dengan mengolah apa yang diperkenalkan itu melalui proses pengajaran yang aktif dan kreatif. Dalam praktik di sekolah bisa dilakukan dengan penyelenggaraan perjalanan sekolah.
b. Langkah-langkah Pokok Pengajaran Alam Sekitar:
o menetapkan tujuan,
o persiapan,
o pelaksanaan pengamatan, dan
o langkah pengolahan
c. Keuntungan Pengajaran Alam Sekitar
o menentang verbalisme dan intelektualisme,
o membangkitkan perhatian spontan,
o mendorong siswa aktif dan kreatif,
o mempunyai nilai praktis, dan
o anak menjadi subjek bagi alam sekitarnya.

2. Pengajaran Pusat Perhatian
Pengajaran pusat perhatian didasarkan pada pengajaran alam sekitar yang objek pengamatannya dititikberatkan pada suatu pusat tertentu, yaitu hal-hal yang menarik perhatian anak didik. Asas-asas pengajaran pusat perhatian adalah: (1) kebutuhan anak, (2) bahan pengajaran bersifat keseluruhan/totalitas, (3) hubungan simbiosis, (4) anak aktif, dan (5) hubungan kerja sama antara rumah dan sekolah.

3. Sekolah Kerja
Dalam sekolah kerja berkembang aliran individual ektrim, aliran sosial ekstrim, dan aliran sosial modern (gabungan aliran individual dan sosial). Sekolah kerja didasarkan pada adalah: (1) anak aktif berbuat, (2) anak sebagai pusat, (3) mendidik anak menjadi pribadi yang berani, (4) totalitas yang berpusat pada masalah kehidupan, (5) mementingkan pengetahuan sosial, (6) anak menjalani proses berpikir, dan (7) sekolah adalah bentuk masyarakat kecil.
Macam-macam sekolah kerja: (1) sekolah kerja sosiologis, yang mengikuti aliran sosial ekstrim, (2) sekolah psikologis, yang menekankan pada perkembangan kejiwaan anak didik, (3) sekolah kerja sosiologis-psikologis (J. Dewey), mengikuti aliran pendidikan sosial modern, dan (4) sekolah kerja kepribadian, menekankan pentingnya pegembangan kepribadian anak.

4. Pengajaran Proyek
Model ini dipelopori oleh W.H Kilpatrick (Amerika), mempergunakan konsep dasar bahwa pengajaran itu harus aktif, ilmiah, dan memasyarakat. Langkah-langkah pengajaran proyek adalah:
a. Persiapan : - guru memberikan stimulus pada siswa
- menetapkan jenis kegiatan dan semua objek/subjeknya
- mempergunakan metode ilmiah
b. Kegiatan Belajar : - melaksanakan kegiatan proyek (perjalanan/berwisata,dsb)
- siswa menindaklanjuti proyek (diskusi, menulis laporan)
c. Penilaian : - melakukan pameran hasil karya proyek
- warga kelas memberikan penilian/komentar

C. Aliran Tradisional dan Maju dalam Pendidikan
Aliran tradisional menekan peranan pendidik dan hal-hal lain di luar anak didik, sedangkan aliran maju/progresif menempatkan anak didik pada kedudukan sentral dalam upaya keseluruhan pendidikan. G.F. Kneller seorang ahli berkebangsaan Amerika Serikat (1964) mengembangkan empat konsepsi dasar pendidikan yaitu : perenialisme, progresivisme, esensialisme, dan rekonstruksionalisme.
1. Perenialisme
Menurut konsep ini keadaan yang tetap adalah lebih nyata daripada perubahan, dan keadaan yang tetap itu lebih ideal daripada terjadinya perubahan. Prinsip pokok konsepsi ini adalah : (a) pendidikan sama untuk setiap orang, (b) mempergunakan penalaran, (c) kewajiban menyebarkan pengetahuan tentang kebenaran yang hakiki, (d) pendidikan bukan peniruan melainkan persiapan hidup, (e) murid harus mempelajari berbagai pelajaran dasar, dan (f) murid harus mempelajari kesusasteraan, sejarah, filsafat, dan pengetahuan alam.
2. Progresivisme
Konsepsi ini memandang bahwa perubahan, dan bukan keadaan tetap, merupaka inti dari kanyataan. Prinsip pokok konsepsi ini adalah : (a) pendidikan harus merupakan kehidupan itu sendiri bukan persiapan kehidupan, (b) belajar sesuai dengan minat anak, (c) belajar pemecahan masalah diutamakan pada pembelajaran pasif "subject matter", (d) peran guru hanya memberi nasihat bukan menuntun, (e) mengembangkan kerja sama bukan persaingan, dan (f) demokrasi merupakan hal utama.
3. Esensialisme
Hal-hal yang membedakan dengan konsepsi yang lain adalah adanya usha kaum esensialis untuk menelaah isi kurikulum untuk memilih yang esensial sesuai dengan program sekolah serta usaha untuk mengembalikan wibawa guru di kelas. Prinsip pokok konsepsi ini adalah : (a) belajar adalah kerja keras, (b) prakarsa pendidikan ada pada guru, (c) inti proses pendidikan adalah terserapnya bahan pelajaran, dan (d) kembali pada metode tradisional.
4. Rekonstruksionalisme
Pokok-pokok dalam konsepsi ini adalah : (a) pendidikan harus menciptakan tatanan sosial yang baru sesuai dengan nilai-nilai dan kondisi sosial yang baru, (b) masyarakat baru, (c) anak, sekolah, dan pendidikan dipengeruhi oleh kekuatansosial budaya, (d) guru meyakinkan murid tentang kebenaran dan memecahkan masalah melalui rekonstruksi sosial secara demokratis, dan (e) memperbarui tujuan dan cara-cara yang dipakai pendidikan.



Perbedaan Aliran Tradisional dan Maju
No.
Aliran Tradisonal
Aliran Maju
1.
Guru sebagai subjek dan siswa sebagai objek belajar.
Siswa sebagai subjek belajar
2.
Guru tampil seakan tahu segala sesuatu dan siswa tidak tahu apa-apa.
Guru membantu siswa dalam kegiatan berpikir.
3.
Guru amat banyak berbicara, siswa sekedar mendengar.
Guru memberi stimulus, dan siswa mencoba memberi tanggapan/respon.
4.
Guru mengajar dan siswa belajar
Guru dan siswa terlibat dalam proses belajar dan mengajar.

D. Taman Siswa dan INS
1. Perguruan Kebangsaan Taman Siswa
Taman Siswa didirikan oleh R.M. Soewardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara) pada tanggal 3 Juli 1922 di Yogyakarta dengan berlandasakan semngat kebangsaan.
a. Asas-asas Taman Siswa
Inti dari dari asas Taman Siswa adalah: (1) hak mengatur diri sendiri dengan mengingat tertibnya persatuan, (2) pengajaran harus membimbing anak menjadi manusia merdeka, (3) pendidikan berdasarkan kebudayaan, (4) pendidikan merata untuk seluruh rakyat, (5) berkembang dengan kekuatan sendiri, dan (6) pendidikan berhamba pada sang anak tanpa pamrih.
b. Panca Dharma Taman Siswa
Ø Dasar Kemanusiaan : hak mengembangkan kecerdasan, pengetahuan, budi pekerti, dan kepandaian setinggi-tingginya meurut kemampuan.
Ø Dasar Kebangsaan : kebersamaan dalam menumbuhkan kesatuan dan kebudayaan kebangsaan Indonesia.
Ø Dasar Kebudayaan : memajukan dan menyesuaikan kebudayaan terhadap pergantian alam serta mencegah pengasingan (isolasi) kebudayaan yang akan menyebabkan kemunduran dan kematian kebudayaan itu sendiri.
Ø Dasar Kodrat Hidup : pendidikan harus mementingkan keperluan dan kodrat alam anak didik, bukan penguasaan pengetahuan.
Ø Dasar Kemerdekaan : membantu anak didik menjadi manusia yang merdeka batinnya, merdeka pikirannya, dan merdeka pengerahan kegiatannya.
c. Corak Pendidikan Nasional dan Sistem Among
Corak pendidikan nasional menurut Taman Siswa pada dasarnya bersifat, berisi, dan berorientasi pada kebudayaan kebangsaan yang memadukan unsur budaya asing yang tidak merugikan dengan budaya sendiri. Sedangkan sistem among menekankan pengembangan kodrat alam anak didik yang pada dasarnya merdeka. Dalam hal ini pendidik merupakan pamong yang harus tut wuri handayani.
d. Trisentra Pendidikan
Taman Siswa percaya hawa pendidikan harus dilakukan di tiga pusat pendidikan, yaitu: di alam keluarga, alam perguruan, dan alam pergerakan pemuda. Dalam hal ini perguruan harus menjadi penyambung antara keluarga (dan anak-anaknya) dengan masyarakat.

2. Ruang Pendidikan INS
INS yang dipelopori oleh Moch. Syafei, menekankan bahwa bangsa Indonesia harus memiliki watak yang merdeka. INS mempergunakan system sekolah kerja yang kreatif yang tidak terikat oleh kurikulum. INS merupakan sekolah umum yang unik dengan memberikan bidang-bidang:
a. pendidikan keterampilan (pertukangan kayu, besi, keramik, listrik, pateri),
b. pendidikan pertanian (bercocok tanam, peternakan, perikanan, dan teknologinya),
c. pendidikan karya seni (senirupa, drama, tari, olah raga), dan
d. pendidikan manajemen ( pengelolaan koperasi, perpustakaan, asrama).
Sebagaimana Taman Siswa, INS juga menekankan pentingnya asrama bagi perkembangan anak didik.

E. LANDASAN DAN ARAH PENDIDIKAN DI INDONESIA DEWASA INI
1. Pengembangan Bangsa dan Pendidikan Nasional
Pengembangan bangsa merupakan kriteria dasar dalam membangun satu sistem pendidikan nasional dengan mewujudkan keselarasan, keseimbangan, dan keserasian antara pengembangan kuantitatif dan pengembangan kualitatif serta antara aspek lahiriah dan rohaniah. Dalam hal ini sistem pendidikan nasional harus berfungsi mengembangkan bangsa dan kebudayaan nasional.
2. Pengembangan Kebudayaan dan Pendidikan Nasional
Pengembangan kebudayaan memiliki hubungan erat dengan pembangunan. Pada dasarnya pembangunan adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya. Pengembangan kebudayaan yang terjadi dalam lingkup nasional dan internasional berfungsi membangun kualitas sumber daya manusia dalam mewujudkan cita-cita nasional. Pengembangan kebudayaan ini meliputi tiga hal pokok, yaitu: (1) pilihan eksistensi, (2) pengembangan pengetahuan, dan (3) praktik komunikasi.
3. Dasar, Tujuan, dan Fungsi Pendidikan Nasional
Dasar pendidikan nasional adalah Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, sehingga sistem pendidikan nasional adalah sistem pendidikan Pancasila. Pendidikan nasional bertujuan meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian, dan mempertebal semangat kebangsaan agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. Sedangkan fungsi pendidikan nasional adalahmengembangkan warga negara Inndonesia, baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat, mengembangkan bangsa Indonesia, dan mengambangkan kebudayaan nasional.
4. Unsur-unsur Pokok dan Asas-asas Pelaksanaan Pendidikan Nasional
Unsur-unsur pokok pendidikan nasional:
1. pendidikan moral Pancasila,
2. pendidikan agama,
3. pendidikan watak dan kepribadian,
4. pendidikan bahasa,
5. pendidikan kesegaran jasmani,
6. pendidikan kesenian,
7. pendidikan ilmu pengetahuan,
8. pendidikan keterampilan,
9. pendidikan kewarganegaraan
10. pendidikan kedasaran bersejarah
Asas-asas Pelaksanaan Pendidikan Nasional :
1. Asas semesta, menyeluruh, dan terpadu, yang berarti bahwa pendidikan nasional terbuka bagi setiap manusia Indonesia, mencakup semua jenis dan jenjang pendidikan, dan merupakan satu kesatuan usaha sadar yang tidak dapat dipisahkan dari keseluruhan usaha pembangunan banga.
2. Asas pendidikan seumur hidup.
3. Asas tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah.
4. Asas pendidikan berlangsung dalam lingkungan rumah tangga, sekolah, dan masyarakat.
5. Asas keselarasan dan keterpaduan dengan ketahanan nasional dan wawasan nusantara.
6. Asas Bhineka Tunggal Ika.
7. Asas keselarasan, keseimbangan, dan keserasian.
8. Asas manfaat, adil, dan merata yang meliputi asas nondiskrimintif, yang memandang manusia Indonesia seutuhnya tanpa diskriminasi, baik atas dasar kesukusn, daerah, keturunan, derajat, jenis kelamin, dan kekayaan maupun atas dasar agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Mahasa Esa.
9. Asas ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani, yang berarti bahwa seorang pendidik harus memberi teladan di depan, memberi motivasi di tengah, dan mengawasi dari belakang.
10. Asas mobilitas, efisiensi, dan efektivitas, yang memungkinkan pengadaan kesempatan yang seluas-luasnya bagi setiap manusia Inndonesia.
11. Asas kepastian hukum, yang berarti bahwa sistem pendidikan nasional dilaksanakan atas dasar peraturan perundang-undangan.

Agus Harianto, S.Pd.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Como Baixar