Sabtu, 19 Desember 2009

PENELITIAN KUANTITATIF

PENELITIAN KUANTITATIF


Dirumuskan kembali oleh: Agus Harianto, S.Pd.,M.Pd.


Pendahuluan

1. Pengertian Penelitian

Penelitian akan dilakukan jika terdapat suatu hal yang menyimpang dari suatu aturan atau norma yang berlaku secara umum. Penyimpangan tersebut menjadi sebuah stimulus untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada objek yang mengalami perbedaan dari garis atau alur ketentuan norma. Berdasarkan peristiwa itu akhirnya dilakukan proses pengumpulan bahan dan data tentang objek, menganalisis data tersebut dan pada akhirnya menarik simpulan tentang kondisi objek berdasarkan data tersebut. Proses pengumpulan data, menganalisis, dan menarik simpulan inilah yang merupakan penelitian.

2. Hasil-hasil Penelitian

Kegiatan penelitian dilakukan bukan karena tanpa sebab maupun latar belakang, oleh karena itu target penelitian sudah barang tentu berwujud hasil penelitian. Hasil penelitian tidak sekedar berupa paparan data atau uraian deskripsi tentang sebuah proses , tetapi harus merupakan sebuah konsep yang mengandung sebuah sistem atau formula atau formula. Konsep-konsep yang berasal dari generalisasi berbagai macam kasus/peristiwa merupakan hasil sebuah penelitian. Dengan demikian hasil penelitian bisa berwujud sebuah teori baru, pola, rumus, cara, dalil, system, atau penguatan teori. Mengapa harus demikian? Karena apapun yang terjadi di muka bumi ini tidak mungkin terjadi tanpa adanya sistem. Berangkat dari asumsi tersebut, maka hasil penelitian pun pasti akan/harus menghasilkan sebuah sistem atau pola yang lain.

3. Manfaat Penelitian

Penelitian diasumsikan mempunyai manfaat yang berharga. Dengan asumsi ini penelitian dikembangkan di setiap bidang disiplin ilmu, di steiap jenjang pendidikan tinggi. Bahkan di tingkat sekolah menengah pun, penelitian sederhana sudah diberikan. Tentu saja hal ini dilakukan dengan dasar-dasar yang benar dan akurat. Pada tingkat dasar dan menengah, dengan memanfaatkan konsep bahwa anak selalu ingin tahu, konsep pembelajaran telah diarahkan pada penemuan-penemuan (inkuiri) yang pada dasarnya merupakan sebuah penelitian. Proses pengembangan pengetahuan merupakan hierarki dengan posisi paling atas adalah peneliti. Peneliti berusaha menemukan konsep yang akan diklasifikasikan oleh seorang penulis. Hasil klasifikasi penulis inilah yang akan diaplikasikan oleh beberapa orang yang ada di lingkungan sekolah. Jadi terdapat hierarki peneliti, penulis, dan penerus konsep di sekolah.

Berdasarkan pemahaman tersebut sudah barang tentu penelitian merupakan suatu hal yang sangat penting perannya. Dengan demikian ketika kita melakukan penelitian akan sangat banyak manfaat yang dapat kita ambil. Dengan melakukan penelitian kita dapat meningkatkan peran kita menjadik lebih baik, tidak saja menjadi pemakai konsep tetapi juga menjadi pelaku penelitian. Untuk dapat menjadi seorang peneliti yang baik tentu saja kita harus mengetahui hasil-hasil penelitian. Kalau hasil penelitian kita pahami, diharapkan kita dapat menguasai dan mengembangkan system, serta melakukan system tersebut dengan baik.

Betapa pentingnya arti sebuah penelitian baik yang dilaksanakan secara terstruktur maupun tidak terstruktur. Penelitian kuantitatif dan kualitatif sudah barang tentu jelas manfaatnya. Dan penelitian tanpa rencana karena keingintahuan seseorang tentang suatu hal dalam kehidupan sehari-hari pun tidak bisa dikatakan tidak bermanfaat. Sehingga wajar jika materi penelitian ini diajarkan di setiap jenjang pendidikan, terutama pendidikan tinggi.



Rumusan Masalah dan Tujuan Penelitian

1. Masalah Penelitian

Dalam bidang penelitian masalah dianggap sebagai sebuah pertanyaan. Dari masalah inilah terjadi proses/kegiatan penelitian. Berdasarkan masalah itulah peneliti melakukan berbagai macam hal seperti menentukan tujuan, asumsi, hipotesis, pengumpulan data, sampai dengan pengumpulan data penarikan simpulan. Namun apakah sebenarnya yang ditanyakan dalam sebuah masalah penelitian? Hal yang ditanyakan dalam masalaha penelitian adalah sesuatu yang pada akhirnya akan menjadi hasil-hasil penelitian yaitu beripa system, pola, rumus, teori baru, penguatan teori, cara, dan dalil.

Bagaimanakah syarat-syarat masalah yang baik? Syarat-syarat yang baik dalam sebuah penelitian adalah meliputi beberapa hal yaitu: jangkauan kelogisan, dan memiliki variabel yang terukur. Contoh masalah yang dikatakan mempunyai ruang lingkup atau jangkauan kelogisan yang jelas adalah sebagimana tersebut di bawah ini.

Pengaruh Jenis Kelamin Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Progam Studi Bahasa Indonesia Universitas Islam Malangtahun Akademik 2005/2006

Sedangkan penelitian dengan judul “Hubungan Era Globalisasi dengan Peningkatan PendidikanNasional” mempunyai ruang lingkup yang sangat luas dan sulit terjangkau.

Berbicara tenntang variabel penelitian, pada dasarnya variabel adalah sesuatu yang bervariasi.Variabel yang baik adalah variabel yang jelas dan dapat diukur. Sebagai contoh adalah jenis kelamin. Jenis kelamin adalah variabel yang dapat diukur. Terdapat laki-laki dan perempuan sebagai ukuran dari variabel jenis kelamin. Tetapi laki-laki dan perempuan bukan variabel karena tidak ada ukuran untuk itu. Misalnya, tidaknya mungkin terdapat laki-laki dengan ukuran sangat laki-laki, cukup laki-laki, atau bahkan kurang laki-laki, demikian pula pada kata perempuan. Kata kecantikan juga bukan merupakan sebuah variabel karena bersifat sangat relative. Jadi sebuah variabel yang baik harus terukur dan tidak bersifat relatif.

Antara variabel yang satu dengan variabel yang lain mempunyai hubungan. Hubungan antarvariabel dalam sebuah penelitian harus benar-benar jelas. Seorang peneliti harus melihat hubungan yang tergambar dalam rumusan masalah. Hubungan antarvariabel dalam masalah penelitian dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu hubungan kausal dan hubungan korelasional.

Ciri-ciri hubungan kausal:
1. terjadi antara dua kelompok,
2. mempergunakan kata “pengaruh”,
3. bersifat discreet, dan
4. terdapat penyebaban di dalamnya.

Contoh: Apakah pengaruh jenis kelamin terhadap prestasi?

Ciri-ciri hubungan korelasional:
1. terjadi dalam satu kelompok,
2. mempergunakan kata “hubungan” atau “korelasi”,
3. bersifat kontinyu, dan
4. semakin begini semakin begini.

Contoh: Apakah hubungan kemampuan membaca dan menulis?


Hubungan korelasional tidak bisa dikausalkan karena tidak berbicara tentang sebab akibat. Maka janngan mempergunakan “pengaruh” atau jangan mengukur “pengaruh” dalam hubungan tersebut. Sebagai contoh hubungan yang salah adalah:

1. Apakah kemampuan menulis yang tinggi berpengaruh untuk menghasilkan kemampuan membaca yang tinggi pula?
2. Apakah faktor usia berpengaruh pada prestasi?


2. Tujuan Penelitian

Jika sebuah masalah dirumuskan dalam bentuk pertanyaan, tujuan penelitian adalah bentuk pernyataan dari masalah. Dari rumusan masalah “Apakah pengaruh jenis kelamin terhadap prestasi?” dapat diubah menjadi tujuan penelitian “Penelitian ini bertujuan mengungkap pengaruh jenis kelamin dalam meraih prestasi”. Jadi antara rumusan masalah dan tujuan penelitian mempunyai inti yang sama, hanya redaksionalnya yang diubah sehingga tidak terjadi tumpang tindih bahasa.


Asumsi dan Hipotesis

1. Asumsi

Asumsi merupakan anggapan dasar yang dijadikan landasan/pijakan dalampenelitian. Sebuah asumsi harus mempunyai kebenaran aksioma, yaitu tidak diperlukan lagi proses pembuktian atau pembenaran. Berdasarkan asumsi inilah akan diturunkan berbagai alternative yang pada akhirnya harus dipilih untuk menjadi sebuah hipotesis. Pada masalah “Apakah jenis kelamin berpengaruh terhadap prestyasi?” bisa diambil asumsi bahwa jenis kelamin mempunyai pengaruh besar pada prestasi seseorang. Contoh lain sebuah asumsi adalah sebagaimana telah disampaikan di awal bahwa segala kejadian di muka bumi ini pasti bukan karena sebuah kebetulan melainkan sudah berdasarkan sebuah sistem.

2. Hipotesis

Hipotesis merupakan dugaan/prakiraan/jawaban sementara dari masalah. Penentuan hipotesis didasarkan pada asumsi yang dipergunakan. Hipotesis yang tidak mampu membedakan variabel merupakan hipotesis null. Pernyataan bahwa “tidak ada perbedaan pretasi antara mahasiswa laki-laki dan perempuan” merupakan hipotesis null, karena tidak membedakan variabel.

Tidak semua rumusan masalah mempunyai hipotesis. Hipotesis bisa terjadi dari masalah yang mempunyai dua variabel. Maka masalah yang terdiri atas satu variabel merupakan masalah yang tidak mempunyai hipotesis. Bagaimanakah hipotesis yang baik? Hipotesis yang baik adalah hipotesis yang bisa diuji.

Jenis-jenis hipotesis:
1. hipotesis theori,
2. hipotesis statistis, dan
3. hipotesis empiris

Hipotesis theori dan hipotesis statistik dipergunakan dalam penelitian kuantitatif, sedangkan hipotesis empiris dipergunakan dalam penelitian kualitatif. Dalam sebuah penelitian, hipotesis theori masih merupakan hipotesis yang belum bisa diuji sehingga harus diubah menjadi hipotesis statistik. Hipotesis statistik terdiri atas dua jenis hipotesis, yaitu hipotesis null dan hipotesis alternatif. Perhatikan contoh di bawah ini.

a. Masalah : Apakah pengaruh jenis kelamin terhadap prestasi?
b. Tujuan : Penelitian ini bertujuan mengungkap pengaruh jenis kelamin dalam meraih prestasi.
c. Asumsi : Jenis kelamin mempunyai pengaruh yang kuat pada prestasi seseorang.
d. Hipotesis :
Sebagaimana telah dijelaskan di atas, hipotesis dapat diambil dari salah satu alternatif yang muncul dari asumsi yang dipergunakan. Berdasarkan asumsi di atas bisa dimunculkan hipotesis sebagaimana tersebut di bawah ini.

d.1 Laki-laki mempunyai kemampuan yang lebih baik daripada perempuan dalam meraih prestasi (XL>XP).
d.2 Perempuan mempunyai kemampuan yang lebih baik daripada laki-laki dalam meraih prestasi (XP>XL).

Pada saat menganalisis data, kita harus mempunyai cukup bukti untuk menolak terjadinya hipotesis null karena tidak mampu membedakan variabel.

Hipotesis Theori : (XL>XP)

Hipotesis Null

XL=XP
XL-XP = 0

Pada gambaran di atas hipotesis theori menyatakan bahwa prestasi laki-laki lebih baik daripada prestasi perempuan. Namun ternyata tidak didapatkan cukup bukti untuk menolak terjadi hipotesis null. Jika distatistikkan XL= 80 dan XP = 76, sedangkan patokan norma pembedanya adalah 5, maka:

XL-XP = 80 - 76
= 4

Belum dapat dikatakan membedakan variabel, namun jika XL= 85 dan XP = 75, maka

XL-XP = 85 - 75

= 10

dapat dikatakan membedakan dan cukup bukti untuk menolak hipotesis null.


Hiptesis d.1 dan d.2 di atas merupakan hipotesis alternatif. Terdapat dua jenis hipotesis alternatif, yaitu satu alternatif dan dua alternatif.

Contoh hipotesis satu alternatif :

Seorang guru mengajar sudah lebih dari sepuluh tahun dengan mempergunakan metode A. Ketika dikenalkan metode B sebagai metode baru, maka akan muncul satu pertanyaan, apakah metode B lebih baik daripada metode A ? Jawaban bahwa metode B lebih baik daripada metode A merupakan hipotesis satu alternatif.

Contoh hipotesis dua alternatif :

Seorang guru yang baru saja akan mengajar dihadapkan pada pilihan untuk mempergunakan metode A atau metode B. Muncul dua pertanyaan, apakah metode A lebih baik daripada metode B, ataukah metode B lebih baik daripada metode A ? Dua jawabnan dari dua pertanyaan tersebut merupakan hiotesis dua alternatif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Como Baixar