Drama
adalah bentuk cerita yang berisi konflik sikap dan sifat manusia yang disajikan
dalam bentuk dialog. Dapat dikatakan drama merupakan tiruan kehidupan nyata
yang dipanggungkan. Mengingat hal tersebut maka pementasan drama bukan
merupakan sesuatu yang sepele yang bisa dianggap mudah begitu saja. Namun bukan
berarti tidak bisa dipelajari. Memerankan naskah drama memerlukan keteguhan
jiwa pemerannya di samping kemampuan fisik yang harus memadai. Berangkat dari
pernyataan bahwa naskah drama dibuat untuk diperankan, maka sebagai pembelajar
drama harus memahami bagaimana teknik bermain drama atau bermai peran dengan
benar. Lantas bagaimanakah cara bermain drama atau bagaimana cara memerankan
naskah drama? Pahami penjelasan berikut!
Kata drama berasal dari bahasa Yunani, yaitu draomai yang
artinya sesuatu yang telah diperbuat. Kata draomai berasal dari kata kerja dran yang berarti berbuat to act atau to do. Secara etimologis drama merupakan jenis
karya sastra berupa lakon yang ditulis dengan dialog-dialog dengan memerhatikan
unsur-unsur pembentuk yang meliputi gerak atau perbuatan yang akan dipentaskan
di atas panggung. Karya drama terdiri atas dua dimensi, yaitu dimensi sastra
dan dimensi seni pertunjukan. Dialog dalam drama berbeda dengan dialog-dialog
pada umumnya. Dalam drama dialog merupakan unsur penting yang menjadikan keistimewaan
tersendiri karena menyimpan pesan filosofis dan humanism yang disampaikan oleh
pengarang.
A. Mengenal
Akting dan Bloking
Sebelum berlatih memerankan tokoh drama, sebaiknya kita
mengenal akting terlebih dahulu. Akting
merupakan tata cara yang lazim dipergunakan oleh seorang pemeran tokoh
drama atau film. Akting dapat dikatakan sebagai teknik bermain peran. Dalam
pemeranan drama akting meupakan hal penting yang tidak boleh ditinggalkan.
Bagaimanakah akting tersebut? Dialog diucapkan dengan baik diikuti gerak dan
ekspresi wajah yang tepat sesuai dengan petunjuk laku dalam naskah. Kalau kita
mengucapkan, "Akan kubunuh kau…" tanpa ekspresi wajah dan gerak
yakin, pesan yang terkandung dalam teks drama itu tidak akan sampai pada
penonton. Oleh karena itu, dialog harus diucapkan dengan akting yang benar-benar
mampu mencerminkan kita itu sangat marah dan penuh nafsu untuk membunuh,
misalnya dengan mata yang merah, tangan mengepal dan gematar sambil memukul
meja.
Selain akting, kita perlu juga mengenal bloking. Pengertian
bloking adalah teknik berpindah tempat dari tempat yang satu ke tempat yang
lainnya. Bloking sangat berguna untuk pemain yang belum dapat bermain dengan
mengandalkankan suara, mimik/gestur, dan gerak tubuh lainnya dengan baik di
atas panggung. Untuk pemula pemanfaatan tata bloking sangat dianjurkan, bahkan lebih
baik menonjolkan teknik bloking untuk menjaga penampilan agar tidak menjemukan.
Hal ini bukan berarti pemain yang sudah mahir tidak perlu memerhatikan teknik
bloking ini, justru dengan bloking yang tepat dengan gerakan yang beralasan
akan lebih diterima oleh penonton apabila memerankan sebuah lakon dalam suatu
pementasan.
Untuk memperjelas uraian tentang bloking cermati ilustrasi
di bawah ini.
Misalnya, kita sedang berdialog di atas
panggung dan berjalan serta memutar tubuh dengan arah panggung, kita sempat
membelakangi penonton (walaupun selintas), itu termasuk bloking yang tidak baik
(bloking yang kaku). Akan tetapi, jika berdialog atau memutar tubuh kita dengan
jalan memertahankan wajah, badan, dan kaki, Kita tetap menghadap ke penonton.
Hal ini akan lebih baik kesannya daripada cara bloking yang seperti tadi.
Semua gerakan yang kita lakukan di atas panggung harus
mempunyai alas an yang logis, yaitu gerakan yang logis langsung dicerna oleh
jalan pikiran penonton. Cermati ilustrasi berikut ini. Misalnya, orang yang sedang merokok bergerak menuju asbak untuk
menotokkan abu ke dalam asbak atau seseorang yang kesal hatinya bertindak
menghantam meja, atau juga terhenyak di kursi karena mendengar kabar yang
mengejutkan. Alasan tersebut bersifat logis. Ada pula yang disebut dengan alasan kejiwaan, yaitu alasan yang
datangnya dari keadaan jiwa. Dalam hal ini termasuk juga gerakan-gerakan yang
menggambarkan keadaan jiwa di bawah sadar. Sering gerakan-gerakan semacam itu
berlawanan dengan ucapan yang sedang diucapkan. Misalnya, sambil mengucapkan kata-kata yang gembira, seseorang mengepalkan
tangannya, mengungkapkan jiwanya yang penuh dendam. Seorang pemain yang
bisa menghayati perannya dengan baik, dengan cara spontan melahirkan berbagai
gerakan di bawah sadar, seakan-akan telah memahami betul kata hati dan isi jiwa
peran yang sedang dimainkannya.
B. Latihan
Dasar Aktor
Hampir semua orang terutama remaja dan pemuda yang
memimpikan dirinya menjadi aktor/aktris bahkan seorang selebritis ternama.
Mempunyai popularitas benar-benar menjadi mimpi yang luar biasa indahnya. Hal
ini terbukti dengan banyaknya peserta audisi seni akting yang rutin diadakan
oleh sejumlah home production. Tetapi
masalah utama yang senantiasa membelenggu adalah kemampuan dasar sebagai calon
seorang aktor yang sangat minim. Untuk meningkatkan kemampuan akting sudah barang
tentu harus dilakukan pembiasaan-pembiasaan yang dilakukan secara
terus-menerus.
Bagaimana pun, bisa adalah karena terbiasa. Menyadari semua
hal tersebut banyak calon pemain, pelakon, atau aktor yang berusaha untuk bisa
berakting sebaik-baiknya. Hal ini didasari oleh kesadaran bahwa apa yang
diperagakan oleh seorang aktor, itulah yang dinikmati penonton. Oleh karena itu, kesuksesan suatu pertunjukan
drama sangat ditentukan oleh kepiawaian aktor. Memang benar bahwa yang paling
bertanggung jawab dalam pertunjukan drama adalah sutradara. Karena tanggung
jawab itu, sutradara mengarahkan dan melatih aktor sebelum naik panggung. Akan
tetapi, setelah aktor berada di panggung, semua bergantung aktor karena
aktorlah yang membawa penonton berpikir dan merasakan. Jika bisa diidentikkan
adalah seorang pelatih sepak bola yang habis-habisan
melatih anak buahnya dengan berbagai teknik untuk memenangkan pertandingan.
Namun ketika para pemain sudah berada di tengah lapangan berhadapan dengan tim
lawan, maka keberhasilan benar-benar terletak pada kepiawaian para pemain. Hasil
karya seorang aktor adalah peragaan cerita. Dalam memeragakan cerita itu, aktor
melakukan perbuatan aktif yang disebut akting. Karena itu, dapat dikatakan
bahwa hasil karya aktor adalah akting.
Karya seni sang aktor diciptakan melalui tubuh, suara, dan jiwanya
sendiri. Hasilnya berupa peragaan cerita yang ditampilkan di depan penonton.
Karena itu, seorang aktor yang baik adalah seorang seniman yang mampu
memanfaatkan potensi dirinya. Potensi diri itu dapat dirinci menjadi potensi
tubuh, potensi driya, potensi akal, potensi hati, potensi imajinasi, potensi
vokal, dan potensi jiwa. Kemampuan memanfaatkan potensi diri itu tentu tidak
datang dengan sendirinya, tetapi harus dengan giat berlatih. Untuk membentuk
semua kemampuan tersebut seorang aktor harus terus-menerus berlatih.
Beberapa teknik pelatihan dasar calon aktor sebagaimana
diuraikan oleh Adi Abdul Somad, dkk. (BSE tahun 2008) dapat dcermati sebagai
berikut.
a. Potensi Tubuh
Tubuh harus bagus dan
menarik. Arti bagus dan menarik di sini bukan wajah harus tampan atau cantik,
tetapi tubuh harus lentur, sanggup memainkan semua peran, dan mudah diarahkan,
dan tidak kaku. Latihan dasar untuk melenturkan tubuh antara lain sebagai
berikut.
(1) Latihan tari supaya
aktor mengenal gerak berirama dan dapat mengatur waktu.
(2) Latihan semedi supaya
aktor mengenal lebih dalam artinya diam, merenung secara insani.
(3) Latihan silat supaya
aktor mengenal diri dan percaya diri.
(4) Latihan anggar untuk mengenal
arti semangat.
(5) Latihan renang agar
aktor mengenal pengaturan napas.
b. Potensi Dria
Dria adalah semua
pancaindra: penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa, dan pengecap. Semua
perlu dilatih satu persatu supaya peka. Cara melatihnya, melalui dria ganda.
Artinya, suatu pengindraan disertai pengindraan yang lain. Misalnya, melihat
sambil mendengarkan.
c. Potensi Akal
Seorang aktor harus cerdik
dan tangkas. Kecerdikan dan ketangkasan itu bisa dipunyai kalau ia terbiasa
menggunakan akal, antara lain dengan kegiatan membaca dan berolahraga. Tentu
saja olahraga yang dimaksud adalah olahraga yang berhubungan dengan pikiran
seperti catur, halma, bridge, atau teka-teki silang.
d. Potensi Hati
Hati merupakan landasan
perasaan. Perasaan manusia amat beragam dan silih berganti. Kadang-kadang
senang dan tertawa, kadang-kadang sedih dan meratap. Semua berurusan dengan hati.
Karena itu, melatih hati sebenarnya melatih kepekaan perasaan. Jika perasaan
seseorang peka, ia dapat merasakan apa yang datang dalam suasana batinnya
dengan cepat dan dengan cepat pula ia dapat memberikan reaksi.
e. Potensi Imajinasi
Akting baru mungkin terjadi
apabila dalam hati ada kehendak. Kehendak (niat) itu harus dilengkapi imajinasi
(membayangkan sesuatu). Untuk menyuburkan imajinasi dalam diri dapat dilakukan dengan
sering mengapresiasi puisi dan mengapresiasi lukisan.
f. Potensi Vokal
Aktor mengucapkan kata-kata
yang dirakit menjadi kalimat-kalimat untuk mengutarakan perasaan dan
pikirannya. Kata-kata diucapkan dengan mulut. Jadi, mulut menghasilkan suara.
Suara dari mulut yang
membunyikan kata-kata itu disebut vokal. Aktor harus mempunyai vokal kuat agar
kata-kata yang diucapkan jelas. Latihan dasar untuk menguatkan vokal antara lain
dengan deklamasi dan menyanyi.
g. Potensi Jiwa
Seorang aktor harus mampu
memerankan tokoh dengan penjiwaan. Artinya, ia harus berusaha agar jiwanya
melebur dalam tokoh yang diperankan. Penjiwaan ini dapat dibangkitkan lewat
pengalaman dan pengamatan. Misalnya, seorang tokoh bisa memerankan tokoh sedih
dan menangis tersedu-sedu dengan penuh penghayatan karena dia berpengalaman
merasakan sedih atau pernah mengamati orang bersedih. Karena itu, sebaiknya aktor
banyak melakukan pengamatan masalah kehidupan untuk menambah pengalaman.
C. Tata Busana
Tata
busana atau kostum menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam pemeranan drama.
Keberadaan tata busana dekat sekali dengan tata rias. Kadang tidak bisa
dibedakan antara tata busasa dan tata rias. Sering terjadi petugas (kru) tata
busana sekaligus merangkap sebagai petugas (kru) tata rias. Artinya, penata rias sekaligus juga menjadi
penata busana. Hal ini dilakukan untuk menampakkan rupa dan postur tokoh yang diperankan,
pemain harus dirias dengan pakaian yang cocok. Dengan kata lain, tata rias dan
tata busana merupakan dua hal yang saling berhubungan dan saling mendukung.
Akan tetapi, sering pula terjadi tugas penata rias
dipisahkan dengan tugas mengatur pakaian. Artinya, penata rias hanya khusus merias
wajah, sedangkan yang mengatur pakaian atau busana adalah penata busana, dengan
pertimbangan untuk mempermudah dan mempercepat kerja. Meskipun demikian, penata
rias dan penata busana harus bekerja sama saling memahami, saling menyesuaikan,
dan saling membantu agar hasil akhirnya memuaskan. Tata rias dan tata busana
sering sekali tidak dimunculkan dalam teks/naskah drama sebagaimana petunjuk
laku. Oleh karena karena itu petugas tata buasana dan tat arias haus mampu
menginterpretasikan apa yang dihendaki oleh naskah. Dalam pementasan tata
busana dan tat arias berfungsi (a) mendukung pengembangan watak pemain; (b)
membangkitkan daya saran dan daya suasana; dan (c) personalisasi pemain, yaitu
untuk membedakan satu pemain dengan pemain lainnya.
D. Langkah-langkah Memerankan Drama
Keberhasilan pemeranan drama pada dasarnya sepenuhnya
menjadi tanggung jawab aktor. Oleh karena itu, sebagai seorag aktor kita harus
memiliki dedikasi tinggi terhadap tugas yang dibebankan sesuai dengan tuntutan
naskah atau skenario. Untuk hal itu seorang aktor selayaknya memenuhi persyaratan
minimal sebagai seorang aktor.
Syarat minmal yang dimaksud
adalah:
·
susana hati harus selalu gembira,
·
penuh semangat,
·
memiliki keseriusan dan kemauan bekerja sama,
·
siap berlatih secara intensif, kreatif,
efektif, dan
·
bisa memenuhi jadwal latihan (dari awal
sampai tahap pementasan).
Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan saat memerankan naskah drama.
a.
Setiap kata harus diucapkan atau dilafalkan dengan jelas.
b.
Tekanan keras lembutnya pengucapan. Kata-kata yang
diucapkan dengan tekanan keras atau lembut adalah kata-kata yang dianggap penting
daripada kata-kata lain.
c.
Tekanan tinggi rendahnya pengucapan suatu kata dalam
kalimat atau intonasi yang digunakan harus tepat.
d.
Tekanan cepat lambatnya pengucapan suatu kata dalam
kalimat (tekanan tempo).
e.
Menunjukkan gerakan tubuh (gerak-gerik) dan ekspresi
wajah (mimik) yang sesuai dengan karakter atau watak tokoh yang diperankan.
f.
Melalui mimik dan gerak tubuh pemain juga harus dapat
menunjukkan perasaan yang sedang dialami tokoh yang diperankan. Misalnya kegembiraan,
kejengkelan, kejemuan, dan kesedihan.
g.
Watak tokoh dalam drama terlihat dalam percakapan
antartokoh.
Dalam percakapan itu tergambar sifat
dan tingkah laku setiap tokoh. Dari kata-kata dan gerak-geriknya tergambar
watak jahat, baik hati, pemarah, pendendam, jujur, sabar, atau yang lainnya.
Jika akan memerankan drama, Kita
harus menjiwai watak tokoh. Lakukan hal-hal berikut agar dapat menjiwai watak
tokoh dengan baik.
1.
Membaca naskah drama, khususnya pada tokoh yang akan
diperankan secara berulang-ulang.
2.
Mengamati orang-orang yang memiliki watak yang mirip
dengan tokoh yang hendak diperankan.
3.
Jika tidak ada, pemain dapat melihat foto-foto, cerita,
sejarah, atau sumber lain yang dapat mendukung karakter tokoh.
4.
Berlatih memerankan tokoh sesuai dengan karakternya, baik
tokoh antagonis maupun tokoh protagonis.
Tiket Pesawat Murah Online, dapatkan segera di SELL TIKET Klik disini:
BalasHapusselltiket.com
Booking di SELLTIKET.COM aja!!!
CEPAT,….TEPAT,….DAN HARGA TERJANGKAU!!!
Ingin usaha menjadi agen tiket pesawat??
Yang memiliki potensi penghasilan tanpa batas.
Bergabung segera di agen.selltiket.com
INFO LEBIH LANJUT HUBUNGI :
No handphone :082276603391
PIN : 5364257d