Kamis, 06 Mei 2010

RPP dan Proses Pembelajaran

HUBUNGAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN
DENGAN PROSES PEMBELAJARAN DI SEKOLAH
Oleh : Agus Harianto, S.Pd.

1. Pendahuluan
Kegiatan belajar mengajar di sekolah merupakan bagian integral sebuah proses pembelajaran. Belajar dan mengajar tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lain. Keduanya merupakan unsur yang saling mendukung untuk mendukung menuju satu pencapaian tujuan. Tanpa sebuah tujuan tidak mungkin sebuah kegiatan akan mempunyai arah yang jelas dan pasti. Kegiatan belajar mengajar dengan tujuan yang jelas dan terarah bisa dirumuskan dengan cara yang sistematis melalui berbagai macam konsep dan teori pembelajaran. Sebagaimana sudah menjadi sebuah kelaziman dalam kehidupan ini, bahwa perubahan senantiasa akan terus terjadi, maka kebutuhan akan sebuah teknologi pembelajaran pun akan terus bertambah. Meningkatnya kebutuhan akan konsep dan teori pembelajaran ini tentu saja dipicu oleh berbagai perubahan dan perkembangan yang terus terjadi.
Banyak sekali konsep dan teori pembelajaran yang ditawarkan oleh para ahli bidang pengajaran untuk bisa dipakai dalam sebuah proses pembelajaran dan transfer ilmu pengetahuan. Dengan sudut pandang yang berbeda, dan segala kelebihan atau kelemahannya kita bisa menerapkan sebuah atau beberapa konsep pembelajaran. Tetapi satu hal yang perlu diperhatikan adalah bagaimana konsep atau teori pembelajaran tersebut bisa diterapkan secara tepat dalam sebuah proses pembelajaran. Berikut akan kita bahas bagaimana penerapan berbagai teori pembelajaran dalam proses belajar mengajar di sekolah.

2. Kondisi Nyata Pembelajaran di Sekolah
Pemahaman terhadap sebuah konsep pembelajaran yang tidak utuh berakibat terhadap pola penerapannya di lapangan. Lemahnya penguasaan konsep pembelajaran ini tentu saja akan terus berkembang jika tidak diimbangi dengan peningkatan kemampuan sumber daya manusia dari siapa saja yang berkecimpung dalam bidang pengajaran ini. Sebagai sebuah contoh adalah silang pendapat yang terus berlanjut tentang konsep yang benar tentang strategi pembelajaran. Dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berdasarkan kurikulum 2004 atau Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) senantiasa terjadi perbedaan sudut pandang tentang sistematika penulisannya. Dalam sebuah seminar atau pelatihan dinyatakan bahwa sistematika penulisan RPP adalah sesuatu yang tidak mutlak, yang dipentingkan adalah unsur-unsur yang disyaratkan sudah terpenuhi. Tetapi dalam sebuah forum yang lain, sebagai contoh dalam sertifikasi guru, penulisan RPP benar-benar merupakan suatu yang dibakukan. Di satu sisi dinyatakan bahwa tujuan pembelajaran sudah termaktup dalam indikator, sehingga tidak perlu lagi dinyatakan secara ekplisit. Tetapi di sisi yang lain tujuan pembejalaran harus benar-benar dinyatakan secara eksplisit, karena berbeda dengan indikator.
Hal-hal seperti ini menjadikan sebuah kontaminasi pemahaman terhadap konsep pembelajaran yang cukup runyam dan jelas membingungkan. Belum lagi dengan pergeseran kurikulum yang terus-menerus mengalami perubahan tanpa memperhatikan keadaan yang sebenarnya di lapangan. Menyikapi hal tersebut penyiapan sumber daya manusia dari tenaga pengajar merupakan faktor utama dan mutlak yang harus mendapat perhatian terlebih dahulu jika ingin menghasilkan sebuah produk/output sebagaimana yang diharapkan oleh perubahan kurikulum yang dimaksud. Sementara kita ketahui bahwa kenyataan di lapangan banyak sekali tenaga pengajar yang dapat dikatakan masih belum memenuhi kelayakan secara kualitas. Secara formalitas, dalam hal ini ijazah dan tingkat pendidikan dan akta memang memenuhi syarat, tetapi dalam hal penguasaan keterampilan dan pengetahuan dasar minimal yang seharusnya dimiliki oleh seorang tenaga pengajar kadang masih sangat jauh dari yang diharapkan. Tentu saja hal seperti ini sangat memprihatinkan.
Sebagai sebuah contoh adalah bagaimana rendahnya kompetensi seorang guru atau tenaga pengajar dalam hal penguasaan teknologi pendidikan/pengajaran, teknologi informasi, dan bahasa asing. Data statistik di sebuah sekolah sebagaimana yang penulis teliti menunjukkan seuatu hal yang sangat memprihatinkan. Katakanlah dalam sebuah lembaga pendidikan menengah atas mempunyai 65 orang tenaga pengajar. Jika dipersentase akan dapat menunjukkan gambaran yang sangat memprihatinkan. Hampir sebagian besar dari sejumlah tenaga pengajar tersebut tidak mempunyai kompetensi sebagaimana yang diharapkan.
Keadaan ini merupakan akibat dari berbagai macam kondisi yang bersifat internal dan eksternal dari seorang tenaga pengajar di instansi tersebut. Kondisi internal tentu saja benar-benar bergantung pada kemampuan individual dari masing-masing personal. Kemampuan ini bisa berupa rendahnya tingkat intelektual atau rendahnya minat untuk mengembangkan diri. Dan yang paling parah disebabkan oleh kemalasan karena tidak adanya stimulus yang bisa membuat secara individu terpaksa harus mengembangkan diri. Rasa aman sebagai seorang pegawai negeri dengan kenaikan pangkat otomatis yang demikian mudah, karena bisa dilakukan dengan melakukan manipulasi data, juga dapat dikatakan sebagai salah satu faktor internal yang meninabobokan perkembangan kualitas sumber daya manusia tenaga pengajar.
Sedangkan salah satu contoh faktor eksternal adalah model penilaian akhir keberhasilan siswa dalam bentuk ujian nasional. Sistem ujian nasional yang dilaksanakan selama ini menjadikan srategi, pendekatan, metode, atau model pembelajaran apapun tidak lagi sesuai dengan ketentuannya. Hal ini terjadi karena yang dipentingkan pada akhirnya adalah hasil akhir bukan proses. Dalam pembicaraan forum ilmiah seperti seminar, workshop, simposium, lokakarya dan sejenisnya memang disampaikan bagaimana menggunakan strategi pembelajaran yang tepat. Tetapi tetap saja yang terjadi adalah drill atau pemberian bekal secara khusus kepada siswa agar berhasil dalam arti lulus ujian nasional. Ketakutan dan stress seorang guru, terutama guru mata pelajaran yang diujikan secara nasional adalah jika tidak berhasil membawa siswa didiknya menuju sukses ujian nasional. Keadaan ini benar-benar menjadi kondisi nyata di lapangan.

3. Memilih Model Pembelajaran Inovatif
Bagaimanapun untuk dapat mewujudkan suatu tujuan pembelajaran yang baik diperlukan sebuah rumusan teori belajar yang tepat. Mungkin akan muncul berbagai macam pertanyaan tentang keberadaan teori belajar. Mengapa kita memerlukan teori yang masih spekulatif, padahal akan lebih baik jika kita langsung berurusan dengan data-data konkret, faktual, dan empiris tentang belajar? Snelbecker (1974) dalam Teori-teori belajar, Ratna Wilis Dahar menyatakan bahwa perumusan teori itu bukan hanya penting, melainkan vital bagi psikologi dan pendidikan, untuk dapat maju dan berkembang, dan memecahkan masalah-masalah yang ditemukan dalam setiap bidang itu.
Berbagai perubahan yang terjadi dalam dunia pendidikan selama ini senantiasa memicu tumbuh dan berkembangnya hal-hal baru yang berupa konsep. Konsep dasar tersebut sudah barang tentu berakar pada sebuah teori yang sudah ada sebelumnya. Apapun bentuk dan model teori pembelajaran yang berkembang dapat dipastikan mempunyai pola pikir atau paradigma tertentu dengansegala kelebihan dan kelemahannya. Untuk itu sebaiknya kita tidak terlalu terjebak dalam adu argumentasi demi memutuskan teori belajar mana yang paling unggul.
Berbagai pendekatan pembelajaran yang ditawarkan telah memberikan inspirasi pada diri kita untuk berpikir kritis. Mana yang tepat dan akan kita pilih sebagai metode pembelajaran mata pelajaran yang akan kita ajarkan pada para siswa. Dalam mengajarkan sebuah mata pelajaran tidak cukup hanya mengandalkan sebuah pendekatan pembelajaran. Materi “X” tepat sekali diajarkan dengan mempergunakan pendekatan keterampilan proses, tetapi dimungkinkan sangat lucu dan tidak tepat sasaran jika dipergunakan untuk mengajarkan materi “Y”. Mungkin materi “Y” sangat mungkin disampaikan dengan pendekatan contectual teaching learning (CTL). Bahkan adakalanya kita harus menggabungkan beberapa pendekatan pembelajaran untuk menyampaikan sebuah materi pembelajaran. Hal ini tampak nyata ketika kita sudah menurunkan metode pembelajaran dari pendekatan yang kita pergunakan. Sebuah metode yang biasanya kita turunkan dari pendekatan “A” bisa saja kita gabungkan dengan metode pembelajaran yang lain yang kita turunkan sebuah pendekatan “B”
Metode adalah cara guru menyampaikan materi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu. Beberapa metode dapat dimanfaatkan guru mulai dari yang sederhana sampai dengan yang kompleks. Namun terdapat metode-metode khusus untuk tujuan-tujuan tertentu, seperti metode bercerita, metode membaca, metode menulis dan lain-lain (Suprayekti, 2003: 13). Beberapa metode pembelajaran yang lazim dimanfatkan guru antara lain adalah sebagaimana tersebut di bawah ini.
a. Metode ceramah.
b. Metode demontrasi.
c. Metode diskusi.
d. Metode latihan.
e. Metode simulasi.
f. Metode eksperimen.
g. Metode bermain peran.
h. Metode sumbang saran.
i. Metode studi kasus, dll.

Penggunaan metode pembelajaran benar-benar bergantung pada spesifikasi mata pelajaran yang diajarkan oleh guru. Satu misal metode eksperimen tepat sekali dipergunakan pada pembelajaran Biologi, Kimia, dan Fisika, tetapi kurang tepat ada pembelajaran Bahasa Indonesia. Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia sangat tepat jika dipergunakan metode bermain peran sekaligus digabung dengan metode demontrasi, demikian dan seterusnya.
Dalam hal memilih sebuah metode pembelajaran guru dituntut harus mampu mengambil keputusan yang tepat karena ketepatan pemilihan metode pembelajaran berkorelasi dengan hasil akhir pencapaian tujuan pembelajaran. Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru sebelum menentukan pilihan terhadap metode pembelajaran adalah: (1) faktor guru, (2) faktor siswa, (3) faktor kurikulum, dan (4) faktor lingkungan. Faktor pertama adalah bagaimana guru mempunyai keterampilan mengajar, mengelola tahapan pembelajaran, dan kemampuan memanfaatkan metode. Seorang guru atau pengajar harus benar-benar menyadari batas kemampuan dirinya sebelumnya menentukan metode pembelajaran yang akan dipilihnya. Metode apapun yang dipilihnya harus disesuaikan dengan kemampuannya agar bisa memperoleh hasil yang maksimal. Faktor kedua adalah siswa sebagai subjek belajar atau pembelajar. Pada diri siswa yang harus diperhatikan bagaimana sebuah metode pembelajaran sesuai dengan karakteristik siswa baik secara umum maupun khusus. Sedangkan faktor kurikulum merupakan pedoman bagi guru dalam merumuskan tujuan dan mengorganisasikan isi pembelajaran. Dan faktor lingkungan merupakan latar konteks terjadinya pengalaman belajar. Pada faktor ini perlu diperhatikan lingkungan fisik dan lingkungan nonfisik yang menunjang situasi interaksi belajar mengajar secara maksimal. Dalam hal ini sangat perlu diperhatikan adalah sarana dan prasarana sebagai fasilitas pembelajaran. Sebagai sebuah contoh tidak mungkin kita memilih metode dan pendekatan audio visual jika tidak tersedia fasilitas laboratorium multimedia.
Menentukan sebuah metode pembelajaran yang inovatif memang menjadi sebuah kebutuhan mutlak dalam proses belajar mengajar. Mengapa harus inovatif? Fakta menunjukkan bahwa pada kenyataannya metode pembelajaran yang statis, monoton, dan konvensional cenderung tidak diminati oleh siswa didik. Padahal salah satu faktor penentu keberhasilan proses pembelajaran adalah siswa. Dengan demikian rasa ketertarikan siswa baik terhadap penampilan guru, kompetensi guru, maupun cara guru menyampaikan materi pelajaran harus mendapat perhatian yang maksimal.

4. Penutup
Merancang sebuah strategi pembelajaran yang tepat guna harus mampu mencerminkan sebuah konsep pola pikir yang jelas dan mempunyai dasar yang dapat diyakini kesahihannya. Berbagai macam teori pembelajaran yang ditawarkan bisa menjadi bahan referensi bagi seorang guru untuk menentukan konsep pembelajaran yang tepat bagi para siswanya. Untuk bisa merancang sebuah konsep pembelajaran yang baik diperlukan kompetensi standar seeorang guru. Kompetensi standar yang dimaksud pada masa ini yaitu kemampuan menguasai strategi pembelajaran, penguasaan bahasa asing, dan penguasaan teknologi informasi dan komunikasi di samping kemampuan pedagogi yang memang harus dikuasai.
Kondisi pembelajaran yang sangat bervariasi dengan segala bentuk kekurangan dan kelebihannya menuntut seorang guru untuk dapat menemukan sebuah pola pembelajaran yang inovatif dan menarik. Kearifan dalam menanggapi berbagai masalah dalam bidang pengajaran merupakan modal utama dalam rangka mengembangkan kemampuan diri. Kemampuan diri yang bagus akan dapat menyumbangkan kesuksesan pencapaian tujuan pembelajaran secara umum. Untuk itu sangat disarankan agar kita senantiasa mau dan bisa mengikuti segala bentuk perubahan dan perkembangan. Dengan mengikuti perubahan kita tidak akan tergilas oleh perubahan itu sendiri. Pada hakikatnya semua perubahan adalah untuk meraih sesuatu yang jauh lebih dan lebih sempurna.
Penerapan interaksi belajar mengajar secara spesifik dimaksudkan untuk memberikan gambaran bahwea apa yang telah dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran harus direncanakan secara sistematis dan terpola. Dengan demikian akan terjalin hubungan yang signifikan antara komponen perencanaan pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA
Dahar, Ratna Wilis. 1988. Teori-teori Belajar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Suprayekti. 2003.Interaksi Belajar Mengajar.Surabaya: Balai Penataran Guru Jawa Timur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Como Baixar