Senin, 22 November 2010

Ode untuk Guruku

Sekuntum Cinta untuk Guruku

Kadang kami duduk di atas ketinggian
Untuk sekedar memuaskan rasa ingin tahu
Yang begitu kuat berteriak dalam aliran napas ini
Kadang kami berlari di atas pematang
Untuk sekedar mencari kebenaran atas cinta
Akan orang-orang yang berjalan di atas sajadah cinta
Suatu kali pernah kuukir sebait tembang karena keagungan
Suatu kali pernah kutulis syair kelembutan demi tetes-tetes keikhlasan
Yang tiada pernah terkikis dari raut wajah yang demikian teduh

Saudaraku…
Kini perkenankan aku meriwayatkan seberkas kisah perjalanan
Tentang orang-orang paling berjasa dalam hidup ini
Suatu hari aku mendengar kisah tentang seorang ibu guru yang tersenyum
Ketika mendengar kabar sukses para siswanya
Suatu hari aku mendengar kisah tentang seorang bapak guru yang marah
Ketika melihat betapa rendahnya perbuatan kami
Suatu saat aku mendengar kisah betapa memilukan seorang ibu guru yang menyayat hati
Ketika seorang anak didiknya menghujat dengan kata-kata tajam

Wajah guruku adalah beribu karakter anak-anaknya
Wajah guruku adalah semua wajah kami anak didiknya
Wajah guruku adalah air danau yang menampung segala kisah
Adalah kolam maha luas yang senantiasa memberikan pelepas dahaga anak-anaknya
Aku tahu bahwa segala duka dan segala suka berkecamuk menjadi santapan kesehariannya
Tidak pernah ada keluh walau marah sekalipun
Karena kemarahan hanya ada pada permukaan bukan pada hati

Bapak…Ibu
Dalam hati ini ada sekuntum rindu manakala mengingat betapa luhur dirimu
Betapa dalam keinginan untuk sekedar meredakan gejolak rindu dalam diri
Akan segala duka
Akan segala suka
Selama ini kami tidak pernah menyadari betapa benar apa yang telah engkau sampaikan
Kami tahu tapi pura-pura tidak tahu karena egoisme
Kami paham tapi angkara membawa kebenaran itu
Seakan tidak pernah ada kebenaran yang engkau bawa
Sekarang tatkala kami telah mulai membuka hati
Kami tahu tiada setitik pun dari sabdamu berupa nila
Setiap kata dan desah napasmu adalah tuntunan hidup bagi kami anak-anakmu

Ketika kami buta
Ketika kami tuli
Ketika kami telanjang
Engkau datang membawa pelita
Membakar bara yang masih tidur dalam kemalasan
Maka betapa ingin rindu ini terbalas dengan bentuk peluk dan restumu

Saudaraku…
Pada saat yang lain aku pernah medengar sebuah kisah tentang betapa berat hidup guru kita
Etika dan estetika yang selalu menjadi kembang napasnya
Seberkas pengetahuan yang senantiasa menjadi pencerah semua insan
Kadang hanya berbalas caci maki tanpa rasa
Kadang membersit lara tiada terobat ketika segala pengorbanan tiada berarti
Ketika gelar pahlawan tanpa tanda jasa benar-benar tak lagi memberikan arti
Memang perbaikan demi perbaikan kesejahteraan terus terupayakan
Tetapi mana pernah akan berarti jika senantiasa terdholimi

Saudaraku…
Betapa banyak Bapak/Ibu guru kita yang benar-benar berjuang melawan nasib
Betapa berat perjuangan mereka melawan kedholiman
Kita lihat pemotongan gaji dan tunjangan yang tidak manusiawi
Aku bisa dengar betapa sebenarnya hati kecil mereka berteriak
Tapi tiada kuat melawan air besar beriak
Dan betapa betapa luar biasa tuntutan sistem
Untuk sekedar mendapatkan tambahan tunjangan
Tiada senyum dan kemudahan pelayanan
Tapi guruku harus merelakan senyumya setiap saat
Mendermakan senyumnya dengan hati tercekat
Sementera aliran darahnya seakan terkerat

Tetapi akupun mendengar ketika guruku melompati batas hari
Ketika guruku mengejar kompetensi dan kualitas diri
Ketika guruku menciptakan banyak sekali karya prestasi
Ketika guruku membawa prestise dan prestasi kami anak-anak negeri
Maka kami anak-anakmu tiada pernah menutup mata dan hati
Kami tahu kepada siapa kami diskusi
Manakala kami harus meneladani jejak prestasi
Kami bangga padamu wahai Bapak dan Ibu

Sekarang memang belum mengerti apa-apa tentang dunia
Tapi sekarang kam akan mengerti apa-apa karena dunia
Tapi engkaulah yang paling mengerti apa-apa
Maka padamulah wahai Bapak dan Ibu
Kami datang dengan cinta yang hanya sekuntum
Kami datang dengan segala ratapan dan kehausan
Dan kami akan menimba di sumurmu yang tiada pernah berdasar
Terima kasih guruku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Como Baixar